Mohon tunggu...
Teguh Muflih Rizky
Teguh Muflih Rizky Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Elektro

masih mencari jawaban

Selanjutnya

Tutup

Politik

Peringatan Karya Widji Thukul

26 Oktober 2015   21:27 Diperbarui: 27 Oktober 2015   19:27 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peringatan

 

Jika rakyat pergi

Ketika penguasa pidato

Kita harus hati-hati

Barangkali mereka putus asa

 

Kalau rakyat sembunyi

Dan berbisik-bisik

Ketika membicarakan masalahnya sendiri

Penguasa harus waspada dan belajar mendengar

 

Bila rakyat tidak berani mengeluh

Itu artinya sudah gawat

Dan bila omongan penguasa

Tidak boleh dibantah

Kebenaran pasti terancam

 

Apabila usul ditolak tanpa ditimbang

Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan

Dituduh subversif dan mengganggu keamanan

Maka hanya ada satu kata: lawan!

 

(Solo,1986)

oleh :Wiji Thukul

Apa yang kamu rasakan ketika telah membaca puisi bejudul peringatan ini marahkah atau benci atau cuek saja atau bersemangat apapun yang kamu rasakan pastilah terasa pesan batin yang muncul bersamaan dengan membaca dan menghayati puisi ini, puisi ini pula menunjukan bahwa perjuangan reformasi indonesia tidak hanya dilakukan oleh sebatas para mahasiswa, politisi, ulama saja namun ada campur tangan para seniman dan sastrawan yang menunjukan kita bahwa seni juga berperan dalam revolusi sebuah bangsa tak terkecuali indonesia.

Selain puisi ini memiliki nilai positif namun tahukah kalian bahwa sang maestro pembuat puisi ini bernama widji thukul menjadi korban penghilangan oleh rezim yang berkuasa saat itu, widji sapaan akrabnya dikenal sebagai seniman yang berani mengeluarkan pendapatnya walaupun oleh rezim orde baru pers dan aksi-aksi menentang terhadap pemerintah adalah sebuah tindakan subversif dan dapat dikategorikan tindakan kriminal.

Widji tanpa kenal lelah berjuang bersama para seniaman dari satu panggung seni kepanggung seni lain menyuarakan pandangannya digerakan bawah tanah, widji sadar bahwa aksinya akan dicium oleh para aparat keamanan saat itu, untuk itu widji harus melancong dari satu kota ke kota lain agar aman, namun sepandai-pandai tupai melompat akhirnya jatuh juga, itu juga yang terjadi pada widji thukul, widji thukul dinyatakan hilang bersama dengan para aktivis lain dan hingga hari ini detik ini belum ada kejelasan dimanakah widji thukul.

Semangat widji thukul mempertahankan idealismenya telah menjadi secercah cahaya harapan bagi indonesia menggapai masa reformasi, maka dari kisah hidup dan puisi-puisi widji thukul ini kita dapat belajar bahwa kita para pemuda bangsa indonesia haruslah memiliki sikap kristis, jujur serta berani untuk menggapai indonesia yang lebih baik dengan rekonsiliasi, widji thukul adalah satu dari sekian tokoh yang menolak diam, menolak lupa atas apa yang dirasakan masyarakat indonesia. Ingatlah wahai para pemuda mungkin widji Thukul telah tiada namun akan tumbuh Widji Widji yang baru, gugur satu tumbuh seribu.

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun