Untuk dua dimensi yang akan tersentuh
Jarak dan waktu yang akan mengerut
Dua alasan itulah kini aku terbentang
Dalam kilometer menurut ilmu ukur manusia
Enam belas panjang dengan dua sisi enam lebar
Waktu itu, empat ratus dua hari silam
Jutaan mata banyak berharap padaku
Roda-roda kehidupan akan bergulir maju tanpa decit
Karena jarak dan waktu yang akan mengerut
Berpaling dari nenek moyangku yang klasik
Awal masehi empat ratus dua hari silam
Disudut itu ratusan manusia berpakaian rapi menepukku
Dibawah payung raksasa berenda
Dengan pita tergunting dan sirine meraung
Sambil dipuja aku mulai unjuk kerja
Satu dua hari aku beradaptasi
Roda-roda karet itu mulai kerap melindasku
Berbagai ukuran dan kecepatan
Marak ketika siang dan senyap ketika malam
Aku setia dengan mereka
Namun... Ada yang tak lumrah setelah tiga puluh hari
Aku mulai jadi pesakitan
Tak jauh beda dengan nenek moyangku di ujung sana
Aku mulai berteriak sana sini menanggung beban
Beberapa bagian tubuhku mulai terluka
Ah !!! Aku mulai merasa perih
Luka dan lecet bermunculan di tubuhku yang legam
Bukan sekedar satu atau dua
Namun lebih sekedar dari beberapa
Mendera dan menyiksa
Belum lagi cercaan-cercaan yang bermunculan
Mulai mengolok diriku yang lemah
Menghujat ambang kegagalanku
Seakan aku bisa tercipta begitu saja
Ah, mereka lupa...aku hanya sesuatu yang tercipta
Pernah aku curi dengar
Diantara roda karet yang mengiris lukaku
Aku hanyalah korban
Yang harus tercipta
Demi harta dan tahta
Pernah juga aku tak sengaja mendengar
Pembelaan beberapa dokter spesialisku
Jika aku serius dicipta
Tulang-tulangku haruslah lebih keras
Kulitku pun haruslah lebih tebal
Sering pula aku dengar keluhan di atasku
Penyesalan beberapa manusia
Yang harus dipotong hasil keringatnya
Untuk sekumpulan manusia lain
Jika ternyata seperti ini aku jadinya
Ah !!! Aku tetap harus menanggung perih ini
Tiga ratus hari lalu
Pernah lukaku mulai diobati
Demi sang manusia tertinggi di negara ini
Yang roda-roda kulitnya
Tuk sesaat akan mengirisi kulitku yang tak sempurna
Ah !!! Namun sepertinya aku memang harus tercipta cacat
Dua ratus hari lalu
Manusia-manusia itu mulai merawat lukaku
Namun sepertinya mereka lupa
Aku butuh banyak organ pengganti
Bukan sekedar ramuan penutup luka
Hari ini tetaplah aku dipenuhi luka
Dengan perih yang terus kudera entah sampai kapan
Mungkin sampai manusia-manusia itu sadar
Ada kalanya mereka harus belajar
Bagaimana cara mencipta yang benar
Hari ini aku tetap terbentang
Dengan usia sangatlah muda
Aku menyerupai nenek moyangku di ujung sana
Penuh dengan lecet dan luka.....
Kini..... Aku hanyalah pesakitan muda
***********
Kota Baja, 9 Februari 2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H