Mohon tunggu...
Teguh Kurniawan
Teguh Kurniawan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Rokenroll

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pesakitan Muda

9 Februari 2011   15:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:45 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12972611661269170685

Untuk dua dimensi yang akan tersentuh

Jarak dan waktu yang akan mengerut

Dua alasan itulah kini aku terbentang

Dalam kilometer menurut ilmu ukur manusia

Enam belas panjang dengan dua sisi enam lebar

Waktu itu, empat ratus dua hari silam

Jutaan mata banyak berharap padaku

Roda-roda kehidupan akan bergulir maju tanpa decit

Karena jarak dan waktu yang akan mengerut

Berpaling dari nenek moyangku yang klasik

Awal masehi empat ratus dua hari silam

Disudut itu ratusan manusia berpakaian rapi menepukku

Dibawah payung raksasa berenda

Dengan pita tergunting dan sirine meraung

Sambil dipuja aku mulai unjuk kerja

Satu dua hari aku beradaptasi

Roda-roda karet itu mulai kerap melindasku

Berbagai ukuran dan kecepatan

Marak ketika siang dan senyap ketika malam

Aku setia dengan mereka

Namun... Ada yang tak lumrah setelah tiga puluh hari

Aku mulai jadi pesakitan

Tak jauh beda dengan nenek moyangku di ujung sana

Aku mulai berteriak sana sini menanggung beban

Beberapa bagian tubuhku mulai terluka

Ah !!! Aku mulai merasa perih

Luka dan lecet bermunculan di tubuhku yang legam

Bukan sekedar satu atau dua

Namun lebih sekedar dari beberapa

Mendera dan menyiksa

Belum lagi cercaan-cercaan yang bermunculan

Mulai mengolok diriku yang lemah

Menghujat ambang kegagalanku

Seakan aku bisa tercipta begitu saja

Ah, mereka lupa...aku hanya sesuatu yang tercipta

Pernah aku curi dengar

Diantara roda karet yang mengiris lukaku

Aku hanyalah korban

Yang harus tercipta

Demi harta dan tahta

Pernah juga aku tak sengaja mendengar

Pembelaan beberapa dokter spesialisku

Jika aku serius dicipta

Tulang-tulangku haruslah lebih keras

Kulitku pun haruslah lebih tebal

Sering pula aku dengar keluhan di atasku

Penyesalan beberapa manusia

Yang harus dipotong hasil keringatnya

Untuk sekumpulan manusia lain

Jika ternyata seperti ini aku jadinya

Ah !!! Aku tetap harus menanggung perih ini

Tiga ratus hari lalu

Pernah lukaku mulai diobati

Demi sang manusia tertinggi di negara ini

Yang roda-roda kulitnya

Tuk sesaat akan mengirisi kulitku yang tak sempurna

Ah !!! Namun sepertinya aku memang harus tercipta cacat

Dua ratus hari lalu

Manusia-manusia itu mulai merawat lukaku

Namun sepertinya mereka lupa

Aku butuh banyak organ pengganti

Bukan sekedar ramuan penutup luka

Hari ini tetaplah aku dipenuhi luka

Dengan perih yang terus kudera entah sampai kapan

Mungkin sampai manusia-manusia itu sadar

Ada kalanya mereka harus belajar

Bagaimana cara mencipta yang benar

Hari ini aku tetap terbentang

Dengan usia sangatlah muda

Aku menyerupai nenek moyangku di ujung sana

Penuh dengan lecet dan luka.....

Kini..... Aku hanyalah pesakitan muda

***********

Kota Baja, 9 Februari 2010

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun