Mohon tunggu...
Teguh Kurniawan
Teguh Kurniawan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Rokenroll

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pindah Rumah

7 Februari 2011   08:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:49 15825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekedar ingin berbagi mengenai kegiatan pindah rumah yang saya lakukan bersama dengan istri pada kamis, 3 Februari kemarin. Bukan sekedar kegiatan pindah rumah begitu saja karena sesuai anjuran dan permintaan dari orang tua agar kami melakukan beberapa ritual adat yang dilakukan selama kegiatan pindah rumah tersebut berlangsung. Memang orang tua kami masih memegang budaya yang berlaku di tradisi jawa dalam melakukan kegiatan penting dalam kehidupan. Atas dasar niat baik dan filosofi dasar dibalik aktifitas tersebut akhirnya kami memutuskan untuk mengikuti saran orang tua. Kegiatan pindah rumah kami dimulai dengan mencari perhitungan hari baik (istilah jawa : pasaran) jauh-jauh hari sebelumnya. Saya rasa hal ini juga berlaku untuk beberapa hajatan besar  dalam banyak adat masyarakat kita semisal dalam menentukan tanggal pernikahan, khitanan, pembangunan rumah, dll. Dalam mencari hari baik ini biasanya berdasarkan pada weton (penanggalan jawa -seperti kliwon, legi, pon, dst-) saya dan istri. Hasilnya adalah, hari baik kami untuk melakukan pindah rumah adalah antara  15 januari sampai dengan 4 februari kecuali hari senin dan sabtu. Karena kesibukan pekerjaan dan aktifitas saya dan istri, kami memutuskan untuk melakukan pindah rumah diujung "deadline" hari baik kami yaitu pada tanggal 3 Februari kemarin. Dan karena alasan lain pula kami tidak bisa benar-benar pindah rumah dalam arti fisik sesungguhnya. Setelah berkonsultasi dengan orang tua, kami hanya semalam saja menempati calon hunian kami berikutnya tersebut dan untuk kemudian masih kembali menempati tempat tinggal lama selama dua minggu ke depan. O iya, jarak antara rumah kami yang lama dengan hunian baru kami nantinya adalah sekitar 15 km. Berikutnya adalah syarat-syarat yang harus kami bawa dan kami lakukan selama pindah rumah. Secara umum, kami harus membawa bantal dan guling beserta alas tikar yang nantinya akan digunakan kami tidur. Kemudian lampu damar (lampu api minyak) yang harus menyala selama perjalanan kami dari rumah lama ke rumah baru, rangkaian gedang ayu yang terdiri dari satu sisir pisang raja dan kelapa, bungkusan bubuk kopi dan gula, bubur merah, nasi beserta lauknya, sebatang rokok, cermin dan sisir, serta sapu lidi. Sedikit lebih rinci lagi, secara kronologi kegiatan pindah rumah kami adalah sebagai berikut :

  • Sesuai yang disyaratkan, kami mulai meninggalkan rumah lama tepat pada jam 11.00. Arah meninggalkan rumah lama haruslah menuju ke arah barat. Lampu damar menyala sedang dan dijaga oleh istri saya agar tidak sampai mati selama perjalanan.

12970008402058561280
12970008402058561280
  • Setelah perjalanan sekitar 30 menit, kami sampai ke tempat tinggal kami berikutnya tersebut. Sesuai yang disyaratkan pula, arah menuju rumah haruslah dari timur ke barat. Keluar dari kendaraan, saya berkewajiban untuk membawa lampu damar, bantal, guling dan tikar. Sementara istri membawa tempat rangkaian gedang ayu beserta isinya.

1297000585983856714
1297000585983856714
  • Masuk ke dalam rumah, saya dan istri langsung menuju ke kamar tidur untuk meletakkan bantal, guling, tikar dan lampu damar. Setelah itu saya membantu istri untuk menata rangkaian gedang ayu, bubur merah, nasi beserta lauknya. Setelah selesai saya membaca do'a dengan niat memohon perlindungan Tuhan dari kejahatan makhlukNya.

12970007661398662357
12970007661398662357

12970010561605309613
12970010561605309613
  • Kemudian saya keluar rumah dan menyirami keliling rumah bagian luar dengan menggunakan air yang telah saya siapkan juga sebelumnya.

1297000839367975651
1297000839367975651
Acara adat pindah rumahpun selesai. Berhubung lingkungan tempat tinggal saya tersebut masih baru dimana sekelilingnya masih rumah kosong dan belum berpenghuni juga maka saya dan istri membagi makanan yang kami bawa beserta bubur merah tadi kepada tukang-tukang yang ada di seberang rumah kami. Rumah adalah tempat berteduh, istirahat, dan bercengkrama dengan keluarga. Sudah sewajarnya bila saya ingin merasa nyaman selama saya menempati hunian baru kami berikutnya tersebut. Atas dasar itulah saya merasa tak ada salahnya untuk mengikuti adat yang ada selama proses pindahan seperti penjelasan diatas. Tak ada sesajen, niat pun ditujukan kepada yang di Atas sesuai anjuran agama yang saya yakini. Bila ada pertentangan saya cukup maklum karena memang kerap kali antara agama dan adat sering terjadi pertentangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun