Relawan itu ada bukan karena uang atau pamrih, tetapi mereka ada karena perasaan, cita dan keadilan, kegelisahannya muncul tatkala yang mereka anggap baik telah dihitamkan bahkan dituduh dan difitnah. Mereka bergerak bukan karena pengkultusan tapi karena keyakinan akan masa depan mereka sendiri, sesungguhnya mereka sanggup berdiri paling depan, bahkan bekerja jauh lebih massif daripada orang yang dibelanya sendiri. Kadang mereka harus berargumen, membela, memuji, dan membersihkan fitnah di sepanjang jalan, meski ia tak dikenal dan tak terkenal, Temannya bilang “kenapa mau membela calon presidenmu itu?? ingat hari ini kau masih makan tanah!, begitupun esok hari, dan minum mu masih dari sungai yg sama,, untuk apa??”, kamu tidak berpikir itu lagi, hanya satu yang ada di pikiranmu, apa yang kau rasa benar itu yang kau perjuangkan seklaipun kau tahu, ini adalah jalan yang sunyi, tanpa hadiah, bingkisan, atau penghargaan, engkau menjalin simpul dengan relawan lainnya, bertemu di jejaring sosial, saling membela, tapi kadang caci maki dari orang harus kita hadapi dengan bahasa yang sopan dan baik, sebab ini lah relawan sejati, tanpa melihat siapa yang dihadapi, engkau tidak harus menghujat untuk menang, cukuplah menepis tuduhan dan fitnah, berkarya positif untuk bangsa. Semua itu engkau lalui dengan penuh ketidak pastian ditengah hiruk pikuk politik dan ketidak tentuan arah, kadang kala sendiri engkaupun bertanya, apakah dia yang aku dukung itu betul2 layak dibela dan diperjuangkan, tak usah khawatir setidaknya engkau telah keluar dari zona aman hanya untuk memperdengarkan suara batin dan sanubarimu, seorang kawan pernah berkata, mungkin kebahagiaan yang paling utama itu bukanlah harta atau tahta, tetapi kebahagiaanmu mengeluarkan isi hati dan pikiranmu meski itu berbeda dengan orang disekitarmu,, dan tadi malam saat KPU telah menetapkan presidennya, maka saat nya kembali kedalam rutinitas kita, ambil penamu dan tuliskan dalam bukumu, bahwa hari ini indonesia telah memilih, dan engkau bisa bersuara meski tidak banyak dan tak ada yang mengenalmu, hidup memang seperti itu, tak perlu engkau tahu siapa dia, yang kau yakini suaramu sama dengannya, engkau titipkan harapanmu padanya, meski dia bukan dewa, dia bukan siapa-siapamu, tapi kau yakinkan untuk mengawalnya, sampai dia mendapatkan apa yang selayaknya untuk dia. seperti kata Soe Hok Gie, “non partai, mahasiswa, relawan itu seperti koboi, yang datang dari horizon jauh, memerangi kejahatan di tengah kota, saat angkara itu musnah, penduduknya ingin berucap terimakasih, tapi koboi itu sendiri telah pergi, menghilang, kembali ke dalam padang sunyi".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H