Mohon tunggu...
TEGUH IMAN SANTOSO
TEGUH IMAN SANTOSO Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

I am Ordinary man.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Analisis Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Beruntun di Tol Cipularang, Purwakarta Jawa Barat

16 November 2024   19:01 Diperbarui: 16 November 2024   19:50 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Analisis Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Beruntun di Tol Cipularang, Purwakarta Jawa Barat

 

Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Beruntun di Tol Cipularang

Kecelakaan beruntun di Tol Cipularang, Purwakarta Jawa Barat merupakan masalah serius yang perlu dianalisis secara mendalam. Berbagai faktor dapat menjadi penyebab terjadinya kecelakaan beruntun di ruas jalan tol ini, seperti jenis permukaan jalan, kondisi jalan yang rusak, dan komposisi lalu lintas yang padat (Kurniawati et al., 2022).

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa jenis permukaan jalan dan kondisi jalan yang rusak dapat mempengaruhi tingkat kecelakaan lalu lintas (Kurniawati et al., 2022). Selain itu, komponen lain seperti distraksi dan kualitas tidur pengemudi juga berkontribusi terhadap tingkat kewaspadaan pengemudi dan pada akhirnya dapat memicu terjadinya kecelakaan. (Budiawan et al., 2017)

Analisis data statistik kecelakaan lalu lintas di Tol Cipularang juga menunjukkan bahwa jumlah kendaraan yang melintas dan komposisi kendaraan yang beragam, seperti kendaraan ringan, kendaraan berat, dan sepeda motor, dapat menjadi faktor penting penyebab kecelakaan beruntun (Rihandiar, 2019) (Kurniawati et al., 2022) (Budiawan et al., 2017).

Kecepatan Kendaraan

Salah satu faktor lain yang diduga menjadi penyebab kecelakaan beruntun di Tol Cipularang adalah kecepatan kendaraan yang tidak terkendali. (Kurniawati et al., 2022) Kecepatan kendaraan yang tidak sesuai dengan batas aman dapat meningkatkan risiko kecelakaan, terutama pada kondisi jalan yang tidak ideal dan lalu lintas yang padat. (Rihandiar, 2019) Selain itu, kepadatan lalu lintas di Tol Cipularang yang tinggi, terutama pada jam-jam sibuk, dapat menjadi pemicu terjadinya kecelakaan beruntun.

Untuk mengatasi masalah kecelakaan beruntun di Tol Cipularang, diperlukan upaya-upaya komprehensif yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, operator tol, dan pengguna jalan. Hal ini meliputi perbaikan kondisi jalan, peningkatan keamanan, dan peningkatan kesadaran pengemudi akan pentingnya berkendara dengan aman. Penelitian sebelumnya telah mengidentifikasi kualitas tidur sebagai salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keselamatan berkendara. Dalam upaya mengurangi tingkat kecelakaan beruntun di Tol Cipularang, perlu dilakukan tindakan-tindakan strategis seperti peningkatan pengawasan dan penegakan hukum terhadap pelanggaran lalu lintas, edukasi dan kampanye keselamatan berkendara, serta peningkatan sarana dan prasarana transportasi yang lebih aman dan nyaman. Berbagai upaya dan tindakan yang komprehensif dan terkoordinasi dari berbagai pihak diharapkan dapat mengurangi angka kecelakaan beruntun di Tol Cipularang dan meningkatkan keselamatan bagi para pengguna jalan.

Kondisi Cuaca

Selain faktor-faktor di atas, kondisi cuaca yang tidak bersahabat, seperti hujan lebat dan kabut, juga dapat berkontribusi terhadap terjadinya kecelakaan beruntun di Tol Cipularang. Hujan lebat dan kabut yang mengurangi jarak pandang pengemudi dapat meningkatkan risiko kehilangan kendali kendaraan, terutama pada kondisi jalan yang buruk.

Oleh karena itu, perlunya upaya-upaya mitigasi dan manajemen lalu lintas yang efektif untuk menangani masalah kecelakaan beruntun di Tol Cipularang, seperti peningkatan pemeliharaan jalan, pemasangan rambu-rambu peringatan, pembatasan kecepatan, serta koordinasi yang baik antara operator tol dan pihak berwenang dalam menangani situasi darurat.

Kondisi Jalan

Penelitian sebelumnya telah mengidentifikasi bahwa jenis permukaan jalan dan kondisi jalan yang rusak dapat menjadi faktor penting yang mempengaruhi tingkat kecelakaan lalu lintas (Kurniawati et al., 2022).

Berdasarkan data yang ada, kondisi jalan di Tol Cipularang sering mengalami kerusakan, seperti retakan, berlubang, dan permukaan yang tidak rata, terutama pada musim hujan. Kondisi jalan yang buruk ini dapat mengurangi kestabilan kendaraan, meningkatkan risiko kehilangan kendali, dan pada akhirnya memicu terjadinya kecelakaan beruntun. Untuk mengatasi masalah ini, perlu dilakukan pemeliharaan dan perbaikan jalan secara berkala dan komprehensif, serta peningkatan kualitas konstruksi jalan untuk meningkatkan keamanan berkendara di Tol Cipularang.

Perilaku Pengemudi

Selain faktor-faktor di atas, perilaku pengemudi juga merupakan komponen penting yang dapat berkontribusi terhadap terjadinya kecelakaan beruntun di Tol Cipularang. Kelalaian dan pelanggaran lalu lintas oleh pengemudi, seperti melebihi batas kecepatan, menyalip secara sembrono, atau tidak menjaga jarak aman, dapat memicu terjadinya kecelakaan beruntun. Oleh karena itu, upaya-upaya peningkatan kesadaran dan disiplin pengemudi melalui edukasi, kampanye keselamatan, dan penegakan hukum yang ketat perlu dilakukan untuk mengurangi risiko kecelakaan beruntun di Tol Cipularang.

Berdasarkan analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa kecelakaan beruntun di Tol Cipularang, Purwakarta Jawa Barat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya-upaya komprehensif yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk perbaikan kondisi jalan, peningkatan keamanan, dan peningkatan kesadaran pengemudi akan pentingnya berkendara dengan aman.

Kendaraan Tidak Laik Jalan

Kendaraan yang tidak laik jalan juga dapat menjadi faktor penyebab kecelakaan beruntun di Tol Cipularang. Kendaraan dengan kondisi yang buruk, seperti rem yang tidak berfungsi dengan baik, ban yang sudah aus, atau sistem kemudi yang tidak stabil, dapat meningkatkan risiko kehilangan kendali saat berkendara, terutama pada kondisi jalan yang tidak ideal.

Kondisi Lalu Lintas

Selain itu, komposisi lalu lintas yang beragam, seperti kendaraan ringan, kendaraan berat, dan sepeda motor, dapat menjadi faktor penting yang memicu terjadinya kecelakaan beruntun di Tol Cipularang. Keberagaman kecepatan dan karakteristik kendaraan yang berbeda-beda dapat meningkatkan potensi konflik di jalan dan memicu terjadinya kecelakaan.

Kurangnya Pengawasan

Minimnya pengawasan dan penegakan hukum terhadap pelanggaran lalu lintas di Tol Cipularang juga dapat menjadi salah satu faktor penyebab kecelakaan beruntun. Penindakan yang kurang tegas terhadap pelanggaran-pelanggaran seperti melebihi batas kecepatan, menyalip secara sembrono, atau menggunakan kendaraan tidak laik jalan dapat menyebabkan perilaku berkendara yang tidak disiplin dan berbahaya di Tol Cipularang.

Untuk mengatasi masalah kecelakaan beruntun di Tol Cipularang, diperlukan upaya-upaya yang komprehensif dan terkoordinasi dari berbagai pihak, antara lain:

  • Perbaikan kondisi jalan, termasuk pemeliharaan dan peningkatan kualitas konstruksi jalan untuk menjamin keamanan dan kenyamanan berkendara.
  • Peningkatan keamanan, seperti pemasangan rambu-rambu peringatan, pembatasan kecepatan, dan koordinasi yang baik antara operator tol dan pihak berwenang dalam menangani situasi darurat.
  • Peningkatan kesadaran dan disiplin pengemudi melalui edukasi, kampanye keselamatan, dan penegakan hukum yang ketat terhadap pelanggaran lalu lintas.
  • Pemeriksaan dan pengawasan yang lebih ketat terhadap kondisi kendaraan untuk memastikan kelayakan jalan.

Dengan upaya-upaya di atas, diharapkan dapat mengurangi angka kecelakaan beruntun di Tol Cipularang dan meningkatkan keselamatan bagi para pengguna jalan.

Perencanaan Jalan yang Tidak Memadai

Selain faktor-faktor yang telah disebutkan sebelumnya, perencanaan jalan yang tidak memadai juga dapat menjadi penyebab terjadinya kecelakaan beruntun di Tol Cipularang. Desain geometri jalan, seperti tikungan yang tajam, tanjakan atau turunan yang curam, atau lebar jalan yang tidak mencukupi, dapat meningkatkan risiko kehilangan kendali kendaraan dan memicu terjadinya kecelakaan (Kurniawati et al., 2022).

Oleh karena itu, dalam perencanaan dan pembangunan jalan, perlu mempertimbangkan aspek-aspek keselamatan lalu lintas secara komprehensif, termasuk analisis kondisi lalu lintas, karakteristik pengemudi, serta kondisi lingkungan.

Kelalaian Pengguna Jalan

Kelalaian pengguna jalan, seperti kurang memperhatikan kondisi jalan, menggunakan kendaraan tidak laik jalan, atau mengabaikan rambu-rambu lalu lintas, juga dapat menjadi pemicu terjadinya kecelakaan beruntun di Tol Cipularang.

Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan upaya-upaya seperti:

  • Meningkatkan kesadaran dan disiplin pengemudi melalui kampanye keselamatan lalu lintas dan penegakan hukum yang lebih ketat terhadap pelanggaran lalu lintas.
  • Memperkuat pengawasan dan pemeriksaan kondisi kendaraan secara berkala untuk memastikan kelayakan jalan.
  • Memperbaiki dan meningkatkan kualitas infrastruktur jalan, termasuk geometri jalan, rambu-rambu, dan fasilitas keselamatan lainnya.
  • Meningkatkan koordinasi dan kerja sama antara berbagai pemangku kepentingan, seperti operator tol, kepolisian, dan pemerintah daerah, dalam menangani masalah kecelakaan lalu lintas.

Dengan upaya-upaya komprehensif tersebut, diharapkan dapat mengurangi angka kecelakaan beruntun di Tol Cipularang dan meningkatkan keselamatan bagi para pengguna jalan.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kecelakaan beruntun di Tol Cipularang, Purwakarta Jawa Barat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain kondisi jalan yang tidak memadai, perilaku pengemudi yang tidak disiplin, kendaraan tidak laik jalan, serta kurangnya pengawasan dan penegakan hukum.

Manajemen Lalu Lintas yang Buruk

Selain faktor-faktor di atas, manajemen lalu lintas yang buruk juga dapat menjadi penyebab kecelakaan beruntun di Tol Cipularang. Pengendalian arus lalu lintas yang tidak efektif, seperti pemberian peringatan yang tidak tepat waktu atau koordinasi yang kurang baik antara operator tol dan pihak berwenang, dapat mengakibatkan terjadinya kemacetan dan meningkatkan potensi konflik di jalan.

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan penerapan manajemen lalu lintas yang lebih baik, seperti:

  • Peningkatan koordinasi dan komunikasi yang efektif antara operator tol, kepolisian, dan pihak terkait lainnya dalam memantau dan mengendalikan arus lalu lintas.
  • Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi yang canggih, seperti sistem pemantauan lalu lintas terintegrasi dan peringatan dini, untuk membantu mengidentifikasi dan menangani situasi darurat dengan cepat.
  • Pelatihan dan peningkatan kompetensi petugas lapangan dalam mengelola dan mengendalikan lalu lintas di Tol Cipularang.

Kesadaran Keselamatan Berkendara

Salah satu faktor penting lainnya yang menyebabkan kecelakaan beruntun di Tol Cipularang adalah kurangnya kesadaran keselamatan berkendara di kalangan pengguna jalan (Budiawan et al., 2017) (Rihandiar, 2019). Perilaku pengemudi yang tidak disiplin, seperti melebihi batas kecepatan, menyalip secara sembrono, atau mengabaikan rambu-rambu lalu lintas, dapat meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan.

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya-upaya edukasi dan kampanye keselamatan lalu lintas yang lebih intensif, baik di tingkat pengguna jalan maupun operator tol. Selain itu, penegakan hukum yang lebih tegas terhadap pelanggaran lalu lintas juga perlu dilakukan untuk menanamkan budaya disiplin berkendara di kalangan pengguna jalan.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kecelakaan beruntun di Tol Cipularang, Purwakarta Jawa Barat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain (Kurniawati et al., 2022) (Kuncoro, 2022) (Prabadewi & Surjaningrum, 2022):

  • Perencanaan jalan yang tidak memadai, seperti desain geometri jalan yang kurang baik.
  • Kelalaian pengguna jalan, seperti kurang memperhatikan kondisi jalan dan mengabaikan rambu-rambu lalu lintas.
  • Manajemen lalu lintas yang buruk, seperti koordinasi yang kurang baik antara operator tol dan pihak berwenang.
  • Kurangnya kesadaran keselamatan berkendara di kalangan pengguna jalan.

Untuk mengatasi masalah tersebut, dibutuhkan upaya-upaya komprehensif, termasuk peningkatan kondisi infrastruktur jalan, peningkatan pengawasan dan penegakan hukum, serta kampanye keselamatan lalu lintas yang intensif.

Kondisi Perlengkapan Kendaraan

Selain faktor-faktor yang telah disebutkan sebelumnya, kondisi perlengkapan kendaraan yang tidak memadai juga dapat menjadi penyebab kecelakaan beruntun di Tol Cipularang. Kendaraan yang tidak dilengkapi dengan fitur keselamatan yang memadai, seperti rem, lampu, atau ban yang tidak dalam kondisi baik, dapat meningkatkan risiko kehilangan kendali dan terjadinya kecelakaan. (Kurniawati et al., 2022)

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya-upaya seperti:

  • Peningkatan pemeriksaan dan pengawasan kondisi kendaraan secara berkala oleh pihak terkait, seperti Dinas Perhubungan atau pihak kepolisian.
  • Kampanye dan sosialisasi pentingnya perawatan kendaraan secara rutin bagi para pengemudi.
  • Penerapan standar keselamatan yang lebih ketat bagi kendaraan yang diizinkan beroperasi di Tol Cipularang.

Faktor Manusia

Berdasarkan analisis yang dilakukan, faktor manusia juga merupakan salah satu penyebab utama terjadinya kecelakaan beruntun di Tol Cipularang. Perilaku pengemudi yang tidak disiplin, seperti mengemudi dengan kecepatan tinggi, tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas, atau menggunakan ponsel saat mengemudi, dapat meningkatkan risiko kecelakaan.

Selain itu, faktor kelelahan dan kurangnya konsentrasi pengemudi juga dapat menjadi pemicu terjadinya kecelakaan.

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya-upaya seperti:

  • Peningkatan kesadaran dan disiplin pengemudi melalui kampanye keselamatan lalu lintas.
  • Penegakan hukum yang tegas terhadap pelanggaran lalu lintas, seperti mengemudi di bawah pengaruh alkohol atau narkoba.
  • Pelatihan dan pemeriksaan kesehatan bagi pengemudi secara berkala untuk memastikan kesiapan fisik dan mental saat mengemudi.

Faktor Teknis

Faktor teknis, seperti kondisi jalan dan perlengkapan lalu lintas, juga berkontribusi terhadap terjadinya kecelakaan beruntun di Tol Cipularang. Kondisi jalan yang kurang baik, seperti permukaan jalan yang tidak rata, atau adanya kerusakan pada badan jalan, dapat menyebabkan pengemudi kehilangan kendali kendaraan.

Selain itu, perlengkapan lalu lintas yang tidak memadai, seperti rambu-rambu lalu lintas yang kurang jelas atau tidak berfungsi, dapat menyebabkan pengemudi salah menginterpretasikan informasi yang diberikan.

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya-upaya seperti:

  • Peningkatan pemeliharaan dan perbaikan infrastruktur jalan secara berkala oleh pihak pengelola jalan tol.
  • Peningkatan kualitas, jumlah, dan penempatan perlengkapan lalu lintas di Tol Cipularang untuk memastikan kejelasan informasi bagi pengemudi.

Kurangnya Informasi Pengguna Jalan

Salah satu faktor lain yang turut menyebabkan kecelakaan beruntun di Tol Cipularang adalah kurangnya informasi yang diterima oleh pengguna jalan mengenai kondisi lalu lintas di ruas jalan tersebut. Pengemudi yang tidak memiliki informasi memadai tentang situasi di depan, seperti adanya hambatan, kepadatan lalu lintas, atau kecelakaan, dapat membuat keputusan yang salah dan berpotensi menyebabkan kecelakaan.

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya-upaya seperti:

  • Pengembangan sistem informasi lalu lintas yang terintegrasi, seperti papan informasi elektronik dan sistem peringatan dini, untuk memberikan informasi real-time kepada pengguna jalan.
  • Peningkatan koordinasi antara operator tol, pihak kepolisian, dan instansi terkait lainnya dalam menyebarluaskan informasi kepada pengguna jalan.
  • Kampanye dan edukasi kepada pengguna jalan mengenai pentingnya memperhatikan informasi lalu lintas sebelum dan selama perjalanan.

Minimnya Rambu-Rambu Jalan

Selain faktor-faktor di atas, minimnya rambu-rambu lalu lintas di sepanjang ruas Tol Cipularang juga dapat menjadi penyebab kecelakaan beruntun. Penempatan rambu-rambu yang kurang strategis atau tidak memadai dapat menyebabkan pengemudi kesulitan dalam memahami informasi dan mengambil keputusan yang tepat saat berkendara.

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya-upaya seperti:

  • Peningkatan jumlah dan kualitas rambu-rambu lalu lintas di sepanjang Tol Cipularang, termasuk penambahan rambu peringatan, petunjuk arah, dan pembatasan kecepatan.
  • Evaluasi dan perbaikan penempatan rambu-rambu lalu lintas untuk memastikan visibilitas yang baik bagi pengemudi.
  • Kampanye edukasi bagi pengemudi tentang pentingnya memperhatikan dan mematuhi rambu-rambu lalu lintas di jalan tol.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kecelakaan beruntun di Tol Cipularang disebabkan oleh berbagai faktor, baik dari segi infrastruktur jalan, kondisi kendaraan, perilaku pengemudi, maupun kurangnya informasi dan rambu-rambu lalu lintas. Diperlukan upaya komprehensif dan kolaborasi berbagai pihak terkait untuk mengatasi permasalahan ini dan meningkatkan keselamatan lalu lintas di Tol Cipularang.

Buruknya Penegakan Hukum

Selain faktor-faktor yang telah disebutkan, kurangnya penegakan hukum yang tegas terhadap pelanggaran lalu lintas juga dapat menjadi penyebab terjadinya kecelakaan beruntun di Tol Cipularang. Pengemudi yang merasa tidak ada konsekuensi atas perilaku mereka cenderung akan mengabaikan peraturan dan prosedur keselamatan. (Kuncoro, 2022)

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya-upaya seperti:

  • Peningkatan pengawasan dan penegakan hukum yang konsisten oleh pihak kepolisian, seperti operasi tilang, pemeriksaan kendaraan, dan penindakan terhadap pelanggaran lalu lintas.
  • Pemberian sanksi yang tegas dan adil bagi pelanggar, sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan.
  • Kolaborasi antara pihak kepolisian, operator tol, dan instansi terkait lainnya dalam memperkuat penegakan hukum di Tol Cipularang.

Kondisi Lingkungan

Selain faktor-faktor yang telah disebutkan, kondisi lingkungan sekitar Tol Cipularang juga turut berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan beruntun. Antara lain, kondisi cuaca buruk seperti hujan deras atau kabut tebal dapat mengurangi jarak pandang pengemudi dan menyebabkan berkurangnya stabilitas kendaraan (Budiawan et al., 2017).

Selain itu, adanya hambatan samping, seperti kendaraan yang terguling atau terperosok ke bahu jalan, juga dapat memicu terjadinya kecelakaan berantai.

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya-upaya seperti:

  • Peningkatan sistem peringatan dini dan informasi cuaca untuk membantu pengemudi mengantisipasi kondisi lingkungan yang dapat mengganggu keselamatan berkendara.
  • Penempatan sarana pengamanan di sekitar lokasi kecelakaan, seperti rambu peringatan, pembatas jalan, dan sistem manajemen lalu lintas, untuk mencegah terjadinya kecelakaan beruntun.
  • Peningkatan koordinasi dan kesiapsiagaan tim penanganan keadaan darurat, seperti tim pemadam kebakaran, ambulans, dan derek, untuk merespons cepat dan menangani dampak kecelakaan.

Keterbatasan Infrastruktur

Selain faktor-faktor yang telah disebutkan, keterbatasan infrastruktur di Tol Cipularang juga dapat menjadi penyebab kecelakaan beruntun. Misalnya, desain geometri jalan yang tidak memadai, seperti tikungan tajam atau lajur yang terlalu sempit, dapat menyebabkan pengemudi kehilangan kendali kendaraan.

Selain itu, kondisi perkerasan jalan yang buruk, seperti berlubang atau licin, juga dapat mengurangi kemampuan kendaraan untuk berhenti dan berbelok dengan aman.

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya-upaya seperti:

  • Evaluasi dan perbaikan desain geometri jalan, termasuk pelebaran lajur, peningkatan radius tikungan, dan penambahan panjang jarak pandang, untuk meningkatkan keselamatan berkendara.
  • Pemeliharaan dan perbaikan rutin terhadap kondisi perkerasan jalan, seperti penambalan lubang, pembaruan lapisan aspal, dan peningkatan kekesatan permukaan, untuk menjaga kualitas jalan.
  • Implementasi teknologi perkerasan jalan yang lebih aman dan efektif, seperti penggunaan aspal karet atau beton semen, untuk meningkatkan kualitas jalan dan mengurangi risiko kecelakaan.

Berdasarkan analisis menyeluruh terhadap berbagai faktor penyebab kecelakaan beruntun di Tol Cipularang, dapat disimpulkan bahwa diperlukan upaya komprehensif dan kolaborasi berbagai pihak terkait, baik dari segi peningkatan infrastruktur, manajemen lalu lintas, penegakan hukum, maupun peningkatan kesadaran pengguna jalan, untuk mengatasi permasalahan ini dan meningkatkan keselamatan lalu lintas di Tol Cipularang.

Minimnya Perawatan Jalan

Salah satu faktor yang juga dapat berkontribusi terhadap kecelakaan beruntun di Tol Cipularang adalah minimnya perawatan jalan. Jalan tol yang tidak terawat dengan baik, seperti adanya lubang, retakan, atau permukaan yang tidak rata, dapat menyebabkan pengemudi kehilangan kendali kendaraan dan menabrak kendaraan lain.

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya-upaya seperti:

  • Peningkatan frekuensi dan kualitas pemeliharaan rutin terhadap perkerasan jalan, termasuk penambalan lubang, pengisian retakan, dan perataan permukaan jalan.
  • Penggunaan bahan perkerasan jalan yang lebih tahan lama dan memiliki daya cengkeram yang baik, seperti campuran aspal karet atau beton semen.
  • Implementasi sistem pemantauan dan pelaporan kondisi jalan yang efektif, sehingga kerusakan jalan dapat segera teridentifikasi dan ditangani.

References :

Budiawan, W., Sriyanto, S., & Hermanda, I. (2017). PENGARUH DISTRAKSI DAN KUALITAS TIDUR TERHADAP TINGKAT KEWASPADAAN PENGEMUDI BRT KORIDOR I (MANGKANG -- PENGGARON). In W. Budiawan, S. Sriyanto, & I. Hermanda, DOAJ (DOAJ: Directory of Open Access Journals). https://doi.org/10.12777/j@ti.12.1.43-48 

Kuncoro, W. S. (2022). PERAN SATUAN LALU LINTAS DALAM MENGURANGI PELANGGARAN LALU LINTAS DI TULUNGAGUNG. In W. S. Kuncoro, Jurnal Kawruh Abiyasa (Vol. 2, Issue 2, p. 127). https://doi.org/10.59301/jka.v2i2.43 

Kurniawati, R. A., Salsabila, T. I., Hawa, P. N., & Deffinika, I. (2022). PENGARUH JENIS PERMUKAAN DAN KONDISI JALAN TERHADAP TINGKAT KECELAKAAN LALU LINTAS DI KOTA BATU. In R. A. Kurniawati, T. I. Salsabila, P. N. Hawa, & I. Deffinika, Jurnal Transportasi (Vol. 22, Issue 2, p. 155). https://doi.org/10.26593/jtrans.v22i2.6065.155-162 

Prabadewi, D. A. A., & Surjaningrum, E. R. (2022). A systematic literature review to identify psychological impact of cyberbullying. 

Rihandiar, E. (2019). Pengaruh Geometrik dan Lingkungan Jalan Pada Kecelakaan Lalulintas di Jalan perkotaan. In E. Rihandiar, JURNAL MOMEN TEKNIK SIPIL (Vol. 2, Issue 1). https://doi.org/10.35194/momen.v2i1.646 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun