Sinyal pertama, dia tidak terkoneksi dengan kebijakan direksi. Sebagai PNS yang menerima gaji setiap bulan dari APBN, tidak penting baginya ada atau tidak ada Dirut TVRI. Sikap ini adalah ilustrasi betapa tidak adanya semangat daya saing PNS di LPP TVRI. Sinyal kedua, jika dibalik posisinya, mungkin Helmy Yahya-lah yang selama menjabat tidak komunikatif dengan para karyawan TVRI.
Sikap karyawan TVRI yang skeptis itu apabila terbentuk menjadi mental dan budaya kerja, justru akan memberatkan TVRI dalam kemampuan bersaing di dunia broadcasting. Televisi swasta sudah terbang jauh meninggalkan TVRI sejak 1990an.Â
Padahal, TVRI lahir di tahun 1962 dengan jangkauan siaran yang secara periodik bertambah luas di seluruh pelosok negeri ini. TVRI berpotensi menjadi saluran televisi satu-satunya yang dapat merubah masyarakat menjadi lebih cerdas dan mencintai Indonesia.
Calon Dirut TVRI yang sedang digodog oleh Pansel dan Dewas, semuanya telah lulus seleksi 10 persyaratan yaitu Warga Negara Indonesia; Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, setia kepada Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945; Sehat jasmani dan rohani; Berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela; Berpendidikan minimal sarjana; Memiliki integritas serta dedikasi yang tinggi untuk mempertahan persatuan dan kesatuan; Memiliki kepedulian, wawasan, pengetahuan dan/ atau keahlian, serta pengalaman dalam bidang penyiaran publik. Kecuali bidang tugas tertentu dalam pengelolaan penyiaran; Tidak terkait langsung ataupun tidak langsung dengan kepemilikan dan kepengurusan media massa lainnya; Tidak memiliki jabatan lain; dan Non-partisan.
Syarat-syarat itu rasanya cukup jika point "berkelakuan tidak tercela" termasuk di dalamnya adalah sikap tidak koruptif. Selama ini LPP TVRI masih dianggap surga bagi para penyintas uang anggaran negara alias koruptor.
Jika tidak ada campur tangan politik dalam seleksi calon Dirut TVRI, kita berharap yang terpilih adalah orang gila dengan independensi tinggi dan memiliki akses komunikasi ke berbagai lembaga diatas dan dibawahnya. Dia yang tidak memiliki beban masa lalu dan masa depanlah yang akan memperbaiki kondisi TVRI.Â
Semoga dalam tes psikologi calon Dirut TVRI nanti, mereka yang normal akan gugur. Sebab memilih Dirut TVRI sama halnya memilih seorang presiden era milenium.**
Penulis adalah:Â
Ketua PWI Jaya Seksi Film dan Budaya (2009-2014),
Ketua Forum Pewarta Film (2019-2021)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H