Mohon tunggu...
teguh imam suryadi
teguh imam suryadi Mohon Tunggu... Jurnalis - Penikmat kopi gilingan sampai sachetan

Penikmat kopi gilingan sampai sachetan.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Menguji Pendekar Film di Usmar Ismail Awards 2016

22 Januari 2019   19:54 Diperbarui: 23 Januari 2019   06:38 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Koran Harian Terbit milik PT Surya Kota Jaya (Grup Poskota) berpindah tangan ke pengelola baru pada tahun 2014. Seluruh awaknya termasuk saya, yang 20 tahun lebih 'ngendon' di sana mendapat jatah uang sangu. Pembelinya politisi partai.

Manajemen baru koran sore yang terbit sejak tahun 1972 itu, salahsatunya teman lama. Sejak ada kabar pindahan, dia jadi sering nelpon dan chat di BBM (Blackberry Messanger). Halow milenialis, ini teknologi lawas lho!?

Dia terlibat di proses awal 'pindah gerbong' lama ke gerbong baru, lalu minta rujukan tentang siapa saja dari gerbong lama yang bisa diangkut ke gerbong baru. Dianggapnya, saya paham soal SDM. Hihi..

Berceritalah saya apa adanya, dan dia percaya begitu saja. Sepertinya. Dia ngasih kode, ada peluang redaktur kalau saya mau. Toh, dia tidak pernah menelpon atau kirim BBM lagi karena saya tidak merespon secara saksama dan dalam tempo sesingkatnya. Tapi, ocehan saya tentang personel baru itu dipakai.
 
***

dokpri
dokpri
Sementara suasana di Lantai 4 Gedung Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail (PPHUI) di Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan seperti sarang hantu. Sepi. Hanya 1,2,3 wartawan nongkrong di sana.

Kadung akrab dengan penghuni gedung aset Pemda DKI Jakarta yang dikelola PT Prodas dan Yayasan Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail (YPPHUI) itu, saya bikin Forum Pewarta Film (FPF). Awalnya, forum ini sebatas grup Blackberrry. Saya hasut wartawan supaya menghidupkan PPHUI.

FPF mulai bergerak dengan menonton bareng film lawas sambil berbuka puasa di Sinematek Indonesia. Kemudian bikin diskusi terkait pecahnya organisasi PARFI pasca kongres di Lombok, dan lainnya.

Akhir Desember 2015, saya bersepakat dengan Kepala Sinematek Adisurya Abdi untuk mengadakan Usmar Ismail Awards (UIA), ajang penghargaan karya perfilman yang jurinya adalah wartawan.
 
Acara puncak dijadwalkan bulan Maret 2016 pas Hari Film Nasional. Tapi target itu bergeser jadi tanggal 2 April 2016. Tempat acara yang semula akan di halaman Museum Fatahilah dialihkan ke Balai Kartini, Jakarta.

Kabar baik tentang rencana bikin UIA 2016 itu saya broadcast di grup BBM FPF. Dua kali wartawan film punya acara bersama yaitu pemilihan Best Actor dan Actress tahun 1973 oleh PWI, dan Festival Film Jakarta (FFJ) di tahun 2006 dan 2007 oleh Tabloid Bintang Indonesia dan Cek & Ricek.

Kedua event tidak berlanjut. Best Actor dan Actress secara politis diambil alih pemerintah, melebur menjadi bagian Festival Film Indonesia. FFJ tak terdengar lagi, entah mengapa?

Meski belum jelas pola kerjasama untuk UIA, saya semangat dan mulai bergerak. Ini kesempatan besar untuk wartawan film agar lebih berarti, punya andil dalam memajukan perfilman nasional ketimbang runtang-runtung atau bergerombol gak jelas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun