Konsep nomadic tourism sangat terasa di sini terutama bagi mereka yang ingin mencari sensasi berkelana dan hidup di alam bebas.
Sejumlah tenda seakan menyibak hamparan perkebunan teh nan hijau permai, sejuk dan segar. Pada titik inilah aktivitas berlangsung.
Di sini saya bisa merasakan eksotisme dan kedamaian budaya, alam yang terefleksi dalam aneka kerajinan buatan masyarakat setempat.
Bagi pengelola, nomadic tourism dapat mengurangi ekonomi tinggi dan relatif mudah dalam perawatan. Bukan tidak mungkin, menarik para pelaku industri pariwista dalam mengembangkan bisnisnya di sini.Â
Bagi masyarakat perkotaan yang terbiasa melihat kemacetan dan polusi, glamping adalah pilihan yang ideal.
Glamping adalah cara menikmati suasana alam tanpa mengorbankan kenyamanan dan kemewahan dalam hal akomodasi.
Di kawasan glamping inilah kita bisa menginap di tenda besar, rumah pohon, pondokan ramah lingkungan, kubah atau tipe akomodasi unik lainnya.
Tidak seperti berkemah biasanya yang membawa tenda dari rumah lalu membangun tendanya dan menyalakan api untuk memasak sendiri.
Saat datang ke kawasan ini, saya bersama peserta Orientasi dan Outbound Biro Kumunikasi Publik Kementerian Pariwisata pada 1-3 Agustus 2018.
Bandung dipilih sebagai tempat kegiatan outbound, karena berpotensi besar untuk dikembangkan menjadi nomadic destination, bahkan sejumlah tempat sangat instagramable sehingga layak dijadikan digital destination tourism.