Mohon tunggu...
Teguh Arief Septyawan
Teguh Arief Septyawan Mohon Tunggu... -

Seorang pembelajar Sepanjang Zaman

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kampanye Menjadi Panggung Politik

2 April 2014   20:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:10 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pastinya masih ingat dikepala kita ketika secara resmi KPU merilis dana kampanye yang digunakan 12 partai politik peserta Pemilu 2014 awal tahun 2014. Yang pastinya mencengangkan....

Karena bagaimana tidak mencengangkan, ketika sebuah partai politik dan calegnya dengan suka rela mengeluarkan uang ratusan miliar rupiah hanya untuk menarik simpati rakyat untuk memilih partainya.

Tapi apakah panggung politik itu lebih mahal dibandingkan panggung hiburan pada umumnya? Jika melihat data yang dikeluarkan oleh KPU sebagai lembaga yang mengatur jalannya pemilu, angka-angka yang dikeluarkan parpol untuk mengikuti kampanye tentunya angka tersebut lebih mahal jika kita hanya sekedar menggelar panggunung hiburan untuk pesta rakyat.

Berikut jumlah dana kampanye yang dilaporkan 12 partai politik nasional hasil rilis dari KPU:

1. Partai Nasdem
Laporan Sumbangan Periode Pertama : Rp 41.186.935.500;
Laporan Sumbangan Periode Kedua : Rp 97.790.669.354;
Total Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 138.977.622.854.

2. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
Laporan Sumbangan Periode Pertama : Rp 54.204.938.236,11;
Laporan Sumbangan Periode Kedua : Rp 15,5 miliar;
Total Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 69.704.938.236.

3. Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
Laporan Sumbangan Periode Pertama : Rp 32.481.388.425,90;
Laporan Sumbangan Periode Kedua : Rp 50 miliar;
Total Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 82.481.388.425,90.

4. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
Laporan Sumbangan Periode Pertama : Rp 130.842.436.120;
Laporan Sumbangan Periode Kedua : Rp 90 miliar;
Total Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 220.842.436.120.

5. Partai Golkar
Laporan Sumbangan Periode Pertama : Rp 75.037.763.861;
Laporan Sumbangan Periode Kedua : Rp 99 miliar;
Total Laporan Awal Dana Kampanye : Rp174.037.763.861.

6. Partai Gerindra
Laporan Sumbangan Periode Pertama : Rp184.580.579.070;
Laporan Sumbangan Periode Kedua : Rp 122 miliar;
Total Laporan Awal Dana Kampanye : Rp306.580.579.070.

7. Partai Demokrat
Laporan Sumbangan Periode Pertama : Rp 139.091.134.444;
Laporan Sumbangan Periode Kedua : Rp 129 miliar;
Total Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 268.091.134.444.

8. Partai Amanat Nasional (PAN)
Laporan Sumbangan Periode Pertama : Rp 86.342.968.557;
Laporan Sumbangan Periode Kedua : Rp 170 miliar;
Total Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 256.342.968.557.

9. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
Laporan Sumbangan Periode Pertama : Rp 45.058.531.231;
Laporan Sumbangan Periode Kedua : Rp 51.712.646.787;
Total Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 96.771.178.018.

10. Partai Hanura
Laporan Sumbangan Periode Pertama : Rp 136.372.137.926;
Laporan Sumbangan Periode Kedua : Rp 104.7 miliar;
Total Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 241.072.137.926.

11. Partai Bulan Bintang (PBB)
Laporan Sumbangan Periode Pertama : Rp 29.107.872.785;
Laporan Sumbangan Periode Kedua : Rp 18.3 miliar;
Total Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 47.407.872.785.

12. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI)
Laporan Sumbangan Periode Pertama : Rp 19.682.719.813;
Laporan Sumbangan Periode Kedua : Rp 16.7 miliar;
Total Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 36.382.719.813.

Rupanya benar, para partai politik dan caleg peserta pemilu 2014, menyamakan bahwa kampanye yang mereka lakukakan layaknya sebuah panggung atau pertunjukan, dimana ada beberapa elemen didalamnya saling mendukung. Saya mencoba mengurainya satu persatu:

Pihak Sponsor

Jika dalam sebuah panggung hiburan yang disiarkan oleh sebuah stasiun televisi sudah pasti memiliki sponsor yang akan membayar seluruh biaya pengeluaran selama acara berlangsung guna mendapatkan profit yang sebanyak-banyaknya, begitu pula para peserta pemilu 2014 yang mendapatkan sponsor dari uang KAS partai, caleg, hingga para simpatisannya untuk menghasilkan suara yang sebanyak-banyaknya saat pencoblosan tiba.

Ada Sound System, Tata Cahaya, dan Publikasi

Dalam perhelatan panggung hiburan rakyat, selain artis pengisi acara, tentunya tata cahaya, tata letak kamera, hingga sound system menjadi sangat penting. Guna menciptakan suasana yang meriah dan megah. Rupanya hal tersebut ditiru oleh peserta pemilu 2014, dimana dalam setiap kampanye nasional atau regional, setiap partai berlomba-lomba membuat panggung yang meriah dan megah dengan menggunakan sound system dan tata cahaya kelas wahid dan otomatis publikasi di stasiun televisi. Bahkan tak tanggung-tanggung ada beberapa stasiun televisi berani menampilkan kampanye salah satu parpol secara eksklusif dan live.

Massa/Penonton

Lihat panggung hiburan tanpa penonton atau massa ibarat sayur tanpa garam kurang nikmat. Pun hal yang sama dilakukan parpol dalam mengkampanyekan visi misi partai dan calegnya, tanpa ada massa maka percuma aja. Bahkan keberadaan calo ini rupanya sudah mulai terorganisir dan tertata dengan rapih.

Calo Massa

Imbas dari pengerahan massa tentu harus ada orang yg bertanggung jawab untuk mendatangkannya. Jika sekarang acara musik distasiun televisi banyak diramaikan oleh massa or penonton bayaran, dipanggung kampanye juga banyak calo yang menawarkan massa yang banyak. Karena belum tentu massa tanpa bayaran mau datang jika tidak ada keterikatan dengan partai tersebut, alhasil uang yang menjadi keterikatan mereka, dan calo ini memegang peran penting dalam pengerahan massa dalam sebuah kampanye

Master of Ceremony alias MC = Juru Kampanye

Pastinya kita mengenenal MC or Host yang memang benar-benar bisa memberikan warna dalam sebuah pagelaran panggung, bahkan MC tersebut bisa mahal bayarannya tergantung seberapa sering dia tampil di televisi membawakan sebuah acara. Namun jika dipanggung politik, justru peran MC kurang begitu nampak, karena jatah mereka diambil oleh para juru kampanye kawakan dari masing-masing partai. Tentunya juru kampanye tersebut bukan orang sembarangan, untuk tingkat nasional bahkan sekaliber ketua umum partai yang juga presiden or gubernur didapuk menjadi juru kampanye.

Artis Penghibur

Penampilan artis dalam sebuah panggung hiburan itu yang dinanti-nanti oleh penonton, baik yang datang langsung ataupun tidak. Jika panggung hiburan tersebut berskala nasional dan ditampilkan distasiun tv nasional sudah pasti artisnya, artis papan atas dengan bayaran yang selangit pula. Hal itu juga dicontoh dalam panggung politik sebuah kampanye, dimana artis-artis ibukota hingga artis lokal ditampilkan untuk sekedar menghibur para massa pendukung yang ‘mungkin’ bosan jika hanya mendengar janji-janji dari parpol dan caleg

Pesan Sponsor

Jangan lupa bahwa ujung dari sebuah panggung adalah pesan sponsor dibaliknya. Dipanggung politik hal itu juga berlaku, dimana ketika semua massa sudah dihibur, dibayar, dikasih makan, pasti ujung-ujungnya adalah pesan sponsor yaitu pesan si parpol dan caleg itu untuk memilihnya pada pemilu tanggal 9 April mendatang.

Dari persamaan diatas, dapat disimpulkan bahwa konsep panggung hiburan sangat diadaptasi oleh parpol dab caleg peserta pemilu. Walau mereka harus merogoh kocek lebih dalam, namun demi partainya menang dan caleg-calegnya lulus ke Senayan serta jagoannya jadi Presiden itu tidak menjadi masalah.

Yang menjadi masalah adalah bagaimana mereka mengembalikan pengeluaran yang sudah mereka habiskan selama masa kampanye untuk menggelar panggung politik. Jangan-jangan ketika berkuasa, sudah dapat terbaca bahwa mereka akan menempatkan orang-orangnya dipos-pos yang mana uang rakyat menumpuk. Alias selama lima tahun mereka mencari cara agar uang pinjaman dari simpatisan dan pengeluaran partai dan caleg bisa balik lagi atau bahkan mungkin mendapatkan keuntungan.

Sudah saatnya rakyat cerdas melihat dan mencermati, mana-mana saja partai yang akan berbuat seperti itu jika kelak mereka terpilih. Toh para peserta pemilu April mendatang merupakan wajah-wajah lama yang disaat mereka dulu berkuasa, mereka menggunakan kekuasaannya untuk kepentingan partai dan golongannya saja. Jangan sampai lupa dan terlena akan janji-janji manis mereka.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun