Tahukah Anda dengan merek sampoerna, sebuah merek rokok yamg sangat terkenal di Indonesia dan menjadi primadona banyak pecinta rokok.Â
Salah satu produknya yaitu dji sam soe bahkan dijuluki sebagai raja kretek oleh konsumen rokok di Indonesia. Merek tersebut saat ini menjadi "juara" dalam pangsa pasar rokok di Indonesia, menguasai sekitar 28% dari total pasar di Indonesia pada tahun 2021. Namun semua kesuksesan tersebut tidak diraih dengan cara yang mudah.Â
Butuh perjuangan, pengorbanan dan kerja keras untuk bisa sampai pada titik tersebut. Disini saya akan menceritakan kisah hidup sang pendiri yaitu Liem Seeng Tee yang penuh perjuangan dan inspiratif dalam membesarkan perusahaannya, namanya ini suatu saat akan berubah menjadi sampoerna karena adanya regulasi dari pemerintah yang mengharuskan etnis tionghoa untuk mengubah namanya.
Liem Seeng Tee lahir pada tahun  1893 dari keluarga miskin yang berada di provinsi Fujian Tiongkok, pada tahun 1897, saat Liem kecil masih berusia 4 tahun, ia harus rela kehilangan ibunya karena meninggal dalam keadaan musim dingin.Â
Pada saat itu, kondisi di sana sangat buruk, China pada saat itu sedang dilanda kemiskinan, musim yang bruk, kelaparan dan perang yang tiada henti. Akibat kondisi yang tidak menentu itu, ayahnya memutuskan untuk pergi merantau bersama kedua anaknya, yaitu Liem dan kakak perempuannya untuk mencari kehidupan yang lebih baik.Â
Mereka pergi meninggalkan kampung halamannya dengan menggunakan kapal belanda yang berlayar ke Penang, Malaysia. Namun sesampainya disana, keadaan kota Penang juga tidak lah bagus serta layak untuk para imigran seperti mereka.Â
Ayahnya kemudian memutuskan untuk pergi ke arah selatan, namun pada saat itu uang ayahnya sudah habis, sehingga mereka tidak bisa membeli tiket untuk melanjutkan perjalanan.Â
Ayahnya dipaksa membuat keputusan sulit dengan menyerahkan anak perempuannya untuk diadopsi oleh keluarga hokkien(sebutan untuk keluarga tionghoa perantauan yang berasal dari provinsi Fujian, Tiongkok) yang ada disana demi mendapatkan sejumlah uang untuk membeli tiket kapal. Liem kecil dan ayahnya berlayar lagi dan sampai di Surabaya, Jawa Timur.Â
Namun baru 6 bulan sejak sampai disana, ayah Liem meninggal karena terjangkit kolera. Liem kecil yang masih berusia 5 tahun sudah harus rela kehilangan kedua orang tuanya dan harus berjuang hidup di negeri entah berantah yang jauh dari kampung halamannya. Sebelum ayahnya meninggal ayahnya sempat menitipkan Liem kepada keluarga hokkien sederhana  yang ada di Bojonegoro.Â
Dalam keluarga asuh yang baru, liem diajarkan banyak hal. Salah satunya adalah Liem diajarkan untu k mempelajari sistem dagang bisnis keluarga sederhana mereka, yaitu bisnis kecap . Namun pada usia 11 tahun Liem, memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah orang tua asuhnya dan hidup mandiri untuk bekerja sebagai pegawai di sebuah rumah makan di surabaya.Â
Disana Liem tidak mendapatkan bayaran, namun sebagai gantinya Liem mendapat jatah makan, pakaian dan tempat tinggal yang diberikan oleh pemilik rumah makan tersebut.Â