Mohon tunggu...
Teguh puryanto
Teguh puryanto Mohon Tunggu... -

Jurnalis, penyuka sejarah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kartini yang Terpasung Semen

15 April 2016   15:38 Diperbarui: 20 April 2016   23:02 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekitar setengah jam menunggu, Sukinah menghampiri penulis lagi. Di temani kopi, ia mengungkapkan bahwa pembangunan pabrik semen di Jawa Tengah memang mengincar kawasan karst kendeng. Selain di Rembang, Pati, Grobogan, Blora, Wonogiri, Kebumen, Banjar Negara, dan Muria juga di ajukan ijin yang sama.

Sebelum pendirian pabrik semen itu bergulir, Sukinah tak pernah membayangkan ia akan tinggal di tenda dan berada dalam barisan aksi yang olehnya di sebut “ unjuk rasa” ini. 

Pada hari aksi ketika peletakan batu pertama pabrik semen, mereka menduduki tapak pabrik untuk kali pertama. Sejak itu Sukinah berikrar tidak akan mundur sampai pabrik semen hengkang dari tanah kelahirannnya. Ibu-ibu lain mengikuti janji Sukinah.

Ia tak pernah menyangka aksi mereka ,mendapat simpati yang luar biasa dari banyak pihak. Video mereka di usir dalam aksi pendudukan tapak pabrik menjadi viral di media sosial. Solidaritas untuk warga Kendeng mengalir dari berbagai penjuru; dari Yogyakarta, Jakarta, Bandung, dan lain-lain. Para ibu di Rembang tidak berjuang untuk mereka sendiri, tapi juga untuk orang-orang Jawa Tengah.

Keputusan Sukinah dan kawan untuk memasung kaki adalah simbol teriakan ibu yang memanggil kembali Jokowi yang kini Presiden. Seorang putra solo yang pernah berjanji untuk merampungkan masalah pabrik semen tersebut.

‘’Di kantor Gubernur DKI Jakarta, sebelum jadi bapak Presiden, beliau sudah berjanji untuk membantu merampungkan masalah pabrik Semen. Sekarang kami memanggil beliau kembali dengan kaki yang di pasung semen’’ tutur Sukinah. 

Perjuangan mereka memang sarat simbol. Mereka menjadikan caping, kendi, lesung dan memasung kaki dengan semen sebagai simbol perjuangan.

"Kaki kami yang terpasung semen itu simbol bagi kami yang terpasung semen. Sedang kendi adalah sebagai tempat untuk air. Kalau kendi pecah, air akan hilang, tidak ada kehidupan. Lesung, caping dan tembang adalah simbol petani. Jika caping tak lagi di kenakan, lesung tak lagi di tabuh, dan bibir petani sudah tak lagi menembang maka kiamat akan datang" kata Sukinah yang sempat di buru aparat ini.

"Kami sudah cukup menghidupi keluarga kami dari tani. Tidak mungkin kalau ada pabrik semen kami akan tambah makmur, mungkin malah tambah sengsara. Kalau pemerintah tidak menghiraukan kami, rakyat kecil, kami akan berjuang sama-sama," katanya.

"Jika hari ini ibu-Ibu ini sepakat membuka pasungan semen di kakinya , itu karena percaya bahwa pesan mereka sudah sampai ke Bapak Presiden lewat Kantor Staff Kepresidenan, mereka punya rasa percaya pada Bapak untuk melindungi alam mereka dan alam Indonesia. Jangan langgar kepercayaan ini. Karena janji itu malati," tutup Sukinah.

Bagi Sukinah, perjuangan mereka di Rembang dan pegunungan Kendeng adalah palagan akhir. Terus melawan, atau patah binasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun