Tiba-tiba saja, kampung yang tadinya tenang dan damai mendadak heboh. Seperti bangun dari tidur. Di pojok-pojok desa orang-orang tidak terburu-buru masuk ke peraduan. Tapi memperpanjang waktu untuk ngobrol dengan yang lain.Â
Hari itu, Hartono, suami Rina, yang telah menghilang selama 14 tahun tanpa kabar tiba-tiba muncul lagi. Untunglah, kendati ditinggal begitu lama, Rina tidak buru - buru menikah lagi. Sehingga persoalan begitu mudah. Hartono dengan sangat mudah bisa masuk kembali ke anak dan istrinya.Â
Tentu saja telah terjadi banyak perubahan. Rambutnya mulai memutih. Kulitnya tidak seputih dulu. Agak sedikit lebih gelap. Nah sikapnya pun tidak segalak dulu. Barangkali karena kini telah berusia 50 tahun. Sudah semakin sabar.Â
"Wah, Ibu Rina sekarang tidak sendiri lagi. Saya ikut senang Bu, suami sudah kembali. Ngomong-ngomong apakah Pak Hartono masih perkasa?" goda Dini tetangga Rina sambil terkekeh.Â
"Iya Bu Dini saya senang. Anak-anak juga senang ayahnya sudah kembali. Soal perkasa apa tidak rahasia dong hehehe" kata Rina membalas candaan Dini tetangganya.Â
Untuk menyambut kedatangan kembali salah seorang warga yang pernah menghilang  dilakukan syukuran dengan menggelar acara tumpengan.
 Membuat nasi kuning kemudian berdoa bersama. Masing-masing warga mengumbanng seikhlasnya. Ada yang mengumbanng beras, ayam, buah-buahan dan ada juga yang mengumbang uang.Â
Intinya seluruh warga desa itu tumplek blek ke kediaman Hartono untuk mengikuti acara syukuran. Juga ingin mengetahui kisah perjalanan selama 14 tahun menghilang. Kemana saja. Sikap masyarakat berbeda dengan Rina. Rina tidak mencecar pertanyaan kepada Hartono tentang kepergianya selama 14 tahun.Â
Satu kata yang disampaikan Rina kepada Hartono, 'alhamdulillah'. Rina bersyukur Hartono sudah kembali lagi. Rina tak mau buru buru mendasak alasan Hartono pergi. Apalagi menyelidiki apakah ada kaitnnya dengan wanita idaman lain. Rina segera membuat masakan kesukaan Hartono. Sayur mangut dari ikan Pari dan tempe goreng kering tanpa tepung. Lalapan daun kenikir yang telah direbus lebih dahulu. Tidak lupa sambal terasi.Â
"Abang ini masakan kesukaan. Ayok Bang makan yang lahap," kata Rina saat pertama kali bertemu.Â
"Iya," jawab Hartono singkat.Â
Hartono makan dengan lahap. Tapi anehnya sayur mangut dari ikan pari tak disentuh sama sekali. Padahal itu makanan paling disukainya.Â
Rina tak peduli. Wajar setiap orang berubah. Apalagi ini dalam kurun waktu yang sangat lama. Sebenarnya Rina mencatat banyak perubahan sikap dan kebiasaan Hartono.Â
Setelah mandi, misalnya, Hartono meletakkan handuk dengan rapi. Menyimpan pakaian kotor pada tempatnya.Â
Badannya kini sedikit lebih wangi dibanding 14 tahun silam. Padahal untuk hal - hal menyangkut seputar kerapian dan  ketertiban biasanya sulit sekali berubah. Tapi Rina tak mau menelisik dan mempertanyakan. Yang penting dia sudah kembali.Â
Masyarakat yang hadir di acara syukuran tersebut nampak bersuka cita. Mereka tak sabar ingin mendengarkan kisah petualangan Hartono.Â
"Terima kasih saudara - saudaraku telah menyambut kedatangan saya selama 14 tahun. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk berkumpul di sini. Telah rela menyumbang sehingga kita bisa berkumpul di sini. Juga kerelaan ibu -ibu yang mengirimkan makanan," kata Hartono dalam sambutannya.Â
Kemudian beberapa warga mulai tak sabar ingin mendengar kisah Hartono.Â
" Apa yang terjadi sehingga selama 14 tahun tak selembar surat tekirim. Atau menelpon untuk mengatakan posisinya dimana?" tanya Grudo yang bisa dibilang sahabat dekat Hartono.Â
"Iya Pak Grudo, maaf, Â memang situasinya tidak mendukung untuk bisa berkirim surat atau menelepon," jawab Hartono.Â
Mendengar jawaban Hartono, masyarakat kaget. Pasalnya belum pernah Hartono memanggil Grudo dengan panggilan namanya. Apalagi pakai embel - embel 'pak'. Grudo ini biasa dipanggil Hartono dengan panggilan 'Car'. Â Kependekan dari 'Carik'.Â
Mereka jika jalan berdua selalu memosisikn diri sebagai Kades dan Carik. Hanya sebutan untuk mereka berdua. Nah pada sambutan hari itu, Hartono seperti telah menghapus keakraban selama mereka bersahabat. Ada apa? Padahal kenangan-kenangan  Hartono bersama Grudo rasanya tak mungkin terlupakan. Apalagi bagi Hartono.Â
Hartono dan Grudo pernah dikeroyok oleh sekelompok bandit bersenjata. Akan tetap mereka bisa mengatasi itu. Kisah heroik itu sangat membekas di hati masyarakat. Mereka lalu dijuluki sebagai Lurah dan Carik yang berani berkorban bertaruh nyawa demi melindungi warga desa.Â
"Har apakah kamu lupa sama Grudo? Orang yang harusnya tak kamu lupakan?" tanya warga yang lain.Â
"Apakah kamu telah masuk kelompo orag - orang kaya. Dan hidup bermewah - mewah sehingga cerita di desa sengaj dihapus jejaknya?" tanya yang lain.Â
Yang makin warga heran, Hartono bersikap biasa saja ketika diberi kabar bahwa Sawah telah meninggal dunia. Padahal Sawah sahabat yang paling dekat dengan Hartono. Posisi kedekatannya di atas Grudo. Tak ada raut kesedihan. Seperti biasa saja.Â
Karena banyak keanehan - keanehan terjadi banyak yang meragukan bahwa pria yang datang kembali setelah 14 tahun pergi adalah Hartono. Tapi mereka enggan untuk menanyakan langsung. Sebab istrinya pun orang yang paling dekat dengan Hartono  tidak mencurigai dia. Malam larut. Mereka yang hadir di acara iti pulang ke rumah masing - masing dengan membawa pertanyaan dan keraguan. Siapakah orang yang mengaku sebagai Hartono. Kalau dari bentuk wajah dan hinggi badan sama. Tapi dari kebiasaan dan perilaku berbeda jauh.Â
Hartono lama-lama tidak nyaman dengan kecurigaan masyarakat. Dia lalu bertanya kepada istrinya. Jangan - jangan dia juga curiga seperti yang lain.Â
"Sayang, apakah kamu juga ragu bahwa aku adalah Hartono suamimu?" tanya Hartono.Â
"Sejak pertama bertemu dan kemudian kita banyak ngobrol sampai akhirnya kita tidur bersama aku sudah tahu bahwa kamu adalah bukan Hartono. Kamu jauh lebih baik dari Hartono yang sesungguhnya. Apakah aku harus melepaskan kamu. Tuhan telah membuang suamiku selama 14 tahun. Dan aku bersabar. Kini diganti kamu yang lebih baik. Apakah aku akan melepaskan kamu? Tentu saja tidak. Aku jatuh cinta pada kamu. Siapapun kamu itu," jawab Rina.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H