Hartono makan dengan lahap. Tapi anehnya sayur mangut dari ikan pari tak disentuh sama sekali. Padahal itu makanan paling disukainya.Â
Rina tak peduli. Wajar setiap orang berubah. Apalagi ini dalam kurun waktu yang sangat lama. Sebenarnya Rina mencatat banyak perubahan sikap dan kebiasaan Hartono.Â
Setelah mandi, misalnya, Hartono meletakkan handuk dengan rapi. Menyimpan pakaian kotor pada tempatnya.Â
Badannya kini sedikit lebih wangi dibanding 14 tahun silam. Padahal untuk hal - hal menyangkut seputar kerapian dan  ketertiban biasanya sulit sekali berubah. Tapi Rina tak mau menelisik dan mempertanyakan. Yang penting dia sudah kembali.Â
Masyarakat yang hadir di acara syukuran tersebut nampak bersuka cita. Mereka tak sabar ingin mendengarkan kisah petualangan Hartono.Â
"Terima kasih saudara - saudaraku telah menyambut kedatangan saya selama 14 tahun. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk berkumpul di sini. Telah rela menyumbang sehingga kita bisa berkumpul di sini. Juga kerelaan ibu -ibu yang mengirimkan makanan," kata Hartono dalam sambutannya.Â
Kemudian beberapa warga mulai tak sabar ingin mendengar kisah Hartono.Â
" Apa yang terjadi sehingga selama 14 tahun tak selembar surat tekirim. Atau menelpon untuk mengatakan posisinya dimana?" tanya Grudo yang bisa dibilang sahabat dekat Hartono.Â
"Iya Pak Grudo, maaf, Â memang situasinya tidak mendukung untuk bisa berkirim surat atau menelepon," jawab Hartono.Â
Mendengar jawaban Hartono, masyarakat kaget. Pasalnya belum pernah Hartono memanggil Grudo dengan panggilan namanya. Apalagi pakai embel - embel 'pak'. Grudo ini biasa dipanggil Hartono dengan panggilan 'Car'. Â Kependekan dari 'Carik'.Â
Mereka jika jalan berdua selalu memosisikn diri sebagai Kades dan Carik. Hanya sebutan untuk mereka berdua. Nah pada sambutan hari itu, Hartono seperti telah menghapus keakraban selama mereka bersahabat. Ada apa? Padahal kenangan-kenangan  Hartono bersama Grudo rasanya tak mungkin terlupakan. Apalagi bagi Hartono.Â