Mohon tunggu...
Teguh Gw
Teguh Gw Mohon Tunggu... Guru - Pernah menjadi guru

Pemerhati pendidikan, tinggal di Semarang, Jawa Tengah

Selanjutnya

Tutup

Diary

Pengemudi Taksol

22 Februari 2024   15:08 Diperbarui: 22 Februari 2024   15:11 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Saya memaklumi keraguannya. Menurut catatan waktu di aplikasi, pesanan saya tersambung ke Mas Dafi pukul 22.57. Saya jelaskan mengapa kami harus pergi malam-malam.

Setelah kami tunggu sekitar setengah jam, mobil merah berpelat K tiba. Pengemudinya turun.

"Ada barang bawaan, Pak," tanyanya.

"Hanya tas pakaian ganti, Mas," jawab saya.

Ia membuka pintu bagasi. Sebuah tas cangklong yang dibawa istri saya diminta, lalu dimasukkan ke bagasi. Menantu kami memasukkan tas punggung dan helm ke bagasi. Mas Dafi memindahkan helm itu ke jok paling belakang. Mungkin ruang bagasi dipandang kurang leluasa untuk menyimpan helm. Toh, jok depan dan tengah cukup untuk menampung empat orang penumpang. Jadi, jok belakang tidak terisi penumpang.

Semua penumpang dan barang sudah masuk mobil. Mas Dafi menghampiri saya. Tangan kanannya diulurkan. "Astagfirullah ...," batin saya, terperangah. Pemuda berpenampilan bersih dan rapi itu berpamitan dengan menjabat dan mencium tangan saya.

"Titip keluarga saya, ya, Mas. Nggak usah buru-buru," pesan saya.

Mobil merah perlahan meninggalkan rumah kami. Saya dan si sulung mengeluarkan motor dari teras. Setelah memarkir motor di depan rumah, saya menggembok pintu pagar. Kami menstarter motor masing-masing, lalu menyusul mobil yang membawa empat anggota keluarga kami.

Di pertigaan Sigar Bencah mobil sudah terkejar. Anak saya menyalip mobil karena hendak ngejogi bensin. Seratusan meter kemudian anak saya berbelok masuk ke SPBU, di kanan jalan. Saya menunggu di kiri jalan. Ternyata mobil merah itu juga masuk ke SPBU. Anak saya keluar lebih dulu. Kami berdua langsung berjalan, tanpa menunggu mobil.

Lalu lintas cukup lengang. Hanya di beberapa ruas kami harus berbagi jalan dengan truk-truk besar dan sarat muatan. Selebihnya, kami leluasa memacu si kuda besi.

Sekitar seperempat jam menjelang pukul 2 dini hari kami sampai di rumah duka. Empat orang yang naik mobil belum tampak. Saya hubungi istri via telepon. Tidak diangkat. Namun, menantu kami sudah berkabar kepada suaminya. Rombongan bermobil sudah sampai Penggung. Tinggal butuh beberapa menit lagi untuk menyusul kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun