Husnuzan saya tidak bertahan lama. Praduga tak bersalah itu seketika tumbang ketika saya menyaksikan proses penilaian (baca: penetapan nilai) melampaui kecepatan cahaya. Kebetulan--boleh juga dianggap sebagai kuasa Tuhan untuk menguak rahasia--keempat juri kolega saya itu punya tunggakan. Beberapa karya peserta belum dianugerahi nilai. Tunggakan harus dilunasi di meja sidang. Simsalabim! 90. 85. 80. 75. Atau sebangsa itu.Â
Bak sulapan, angka-angka mistis itu lahir dalam hitungan detik. Padahal, objek yang dinilai berupa media audiovisual. Durasinya sekitar 15 menit. Menakjubkan. Secanggih itukah jurus mutakhir penilaian ala era 4.0?
Kaum remaja panitia yang mendaulat saya sebagai juri tempo hari itu masih terbilang konservatif. Ilmu mereka jauh tertinggal laju teknik penilaian yang dipraktikkan para patron mereka. Kali lain mereka mesti diberi tahu: tak perlu kalian susah payah membuat lembar penilaian; cukup sediakan saja lembar nilai. Jangan-jangan kesadaran ini pula yang mengerem nafsu saya untuk melanjutkan negosiasi tempo hari itu?
Lembar penilaian berisi blangko untuk merekam proses pemerolehan nilai.
Lembar nilai berisi blangko untuk sekadar mencatatkan nilai.
Yang mana pilihan Anda: yang simpel atau yang akuntabel?Â
Tabik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H