Mohon tunggu...
Teguh Murtazam
Teguh Murtazam Mohon Tunggu... freelance -

Muslim II Acehness II Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Santunlah dalam Berpolitik

9 Juli 2016   22:07 Diperbarui: 9 Juli 2016   22:32 1318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang-orang yang curang dalam berpolitik sering sekali memberikan janji namun palsu, mereka berbicara baik namun mendustakannya, dan ketika diberi amanah oleh rakyat, mereka mengkhianati amanah tersebut. dan jika mereka berperkara seperti layaknya pemilu maka mereka menggunakan segala cara termasuk yang dilarang oleh Allah SWT (suap, intimidasi, dsb) untuk memenangkannya. padahal jika kita mau sedikit lebih realistis, pemimpin yang menggunakan cara-cara yang haram pasti akan menghasilkan sesuatu yang haram. sebagaimana qaidah agama menyebutkan "al-washilah ilal haram fa huwa haram".

Model-model kecurangan ini tentu beragam, ada kecurangan yang berbentu suap-meyuap yang dialamatkan pada masyarakat untuk memilihnya, padahal dalam aturan hal ini tidak dibolehkan, atau ada juga yang mengintervensi dengan ancaman-ancaman agar konstituen merasa khawatir kalau "calon tersebut" tidak menang maka akan terjadi sesuatu. Ada juga gaya kecurangan dengan menjelek-jelekkan lawannya sehingga para pemilih menganggap lawan politik "calon tersebut" adalah orang-orang yang hina dan tidak layak dipilih. Selain itu terdapat juga model kecurangan yang dilakukan oleh incomben atau calon yang didukung incomben dengan memnfaatkan fasilitas pemerintah untuk keuntungan pribadi, acara-acara pemerintahan dihias sedemikian rupa agar dianggap oleh masyarakt bahwa acara tersebut adalah acara "calon tersebut" atau memnfaatkan kekuasaan untuk mengancam bawahan2nya agar memilihnya, jikalau tidak maka bawahan tersebut akan dikenai sangsi tertentu. bisa saja dipecat atau dipindahkan keposisi yang lebih rendah (mutasi).

Para calon pemimpin yang terlibat dalam tindakan-tindakan seperti yang telah disebutkan diatas adalah pemimpin yang tidak layak untuk dipilih. Mereka telah mengkhianati rakyat bahkan sebelum amanah itu diberikan oleh rakyat. Bagaimana mungkin seorang pemimpin kaum Muslimin yang seharusnya menggiring umatnya ke jalan Allah SWT, justru menggiring kaum Muslimin kedalam neraka dengan permainan busuknya. Karna sesungguhnya perilaku curang khususnya suap-menyuap di ancam oleh Allah SWT baik penyuap dalam hal ini calon pemimpin dan yang disuap yaitu rakyat yang memilih pemimpin karna suap, dengan neraka.

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melaknat orang yang menyogok dan orang yang disogok.” [Hadits Shohih Riwayat Abu Daud, At Tirmidzi, Ibnu Maja dan Ahmad]

Selain itu, tentu bagi mereka yang mendapatkan kekuasaan dengan cara yang curang, dalam hal ini suap. Maka dipastikan, mereka akan menggunakan kekuasaan tersebut untuk mengembalikan uang yang telah mereka keluarkan ketika mereka mengusahakan kekuasaan tersebut. Dan kemajuan yang diharapkan tidak akan pernah akan dirasakan. Korupsi makin merajalela, kehancuran semakin menjadi nyata.

Bagi anda yang saat ini berada dalam barisan pemenangan (timses) calon yang anda rasa mengunakan strategi seperti yang telah disebutkan diatas (semoga Allah memberi petunjuk). Jikalau anda masih meyakini Islam sebagai agama yang benar dari Allah Rabbul ‘alamin, maka saya menasehati, tinggalkan dia ! atau Allah penguasa langit dan bumi akan memurkai anda, dan jika Allah telah memurkai anda, maka tidak ada yang bisa menyelamatkan anda bahkan walaupun seluruh isi langit dan bumi bekerjasama untuk menyelamatkan anda, sungguh akan menjadi kesia-siaan belaka.

Bagi anda yang menjadi pelaku tindaka-tindakan diatas (calon pemimpin), kembalilah kepada Allah, karna selain menanggung dosa kecurangn yang anda lakukan sendiri, anda juga akan menanggung dosa mereka yang berbuat dosa (menerima suap anda) karna anda. Jadi bayangkan jika ada 1 juta orang yang anda suap dan mereka menerima suap yang anda berikan. Maka selain menanggung dosa perbuatan anda sendiri, anda juga akan menanggung dosa 1 juta orang yang anda suap. Perhatikan hadist Rasulullah SAW berikut !

“Barang siapa merintis (memulai) dalam agama Islam sunnah (perbuatan) yang baik maka baginya pahala dari perbuatannya tersebut, dan pahala dari orang yang melakukannya (mengikutinya) setelahnya, tanpa berkurang sedikitpun dari pahala mereka. Dan barang siapa merintis dalam Islam sunnah yang buruk maka baginya dosa dari perbuatannya tersebut, dan dosa dari orang yang melakukannya (mengikutinya) setelahnya tanpa berkurang dari dosa-dosa mereka sedikitpun”. (HR. Muslim no 1016)

Bagi anda masyarakat pemilih, tegaslah ada calon pemimpin yang melakukan kecurangan. Sungguh sebenarnya Allah telah menunjukkan pada anda siapa yang terbaik yang harus anda pilih. Indikatornya sederhana saja, jika anda yang berbuat curang seperti menyuap, mengintimidasi, memanfaatkan kekuasan dan fasilitas pemirantah dalam berkompanye. Maka “WALLAHI (saya bersumpah dengan nama Allah) bahwa dia adalah pemimpin yang harus anda tinggalkan, jangan pilih dia, atau anda akan menyesal dunia akhirat.

Sungguh tulisan ini saya buat karna saya cinta saudara-saudara sekalian sebagai sesame Muslim, dan cinta bangsa ini agar tidak dipimpim oleh pemimpin-pemimpin yang dholim.

Akhirnya saya sebagai penulis memohon ampunan dan petunjuk kepada Allah SWT, dan memohon kepadanya agar menganugrahkan pemimpin yang tsiah terhadap agama, dan memberikan petunjuk kepada saya dan masyarakat calon pemilih sekalian agar berani untuk tidak memilih pemimpin yang dholim.

Allahu ‘alam…

Teguh Murtazam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun