Al-Quran surat al-Baqarah : 183 menyampaikan pesan kepada hamba Allah SWT yang beriman bahwa output dari bulan ramadhan adalah ketaqwaan. Dengan bahasa yang sederhana dapat diibaratkan bahwa puasa selama 30 hari dibulan ramadhan ini adalah laksana sekolah atau pendidikan atau latihan untuk menjalani 11 bulan kedepan dengan KETAQWAAN, sampai kita bertemu dengan bulan ini kembali ditahun depan (jika Allah SWT menakdirkan).
Esensi yang dapat kita tangkap adalah keberadaan bulan Ramdhan menuntut agar ada perubahan didalam diri kita. Jika sebelum Ramadhan masih ada sifat buruk yang dilakukan maka selesai ramadhan segala sifat buruk itu sudah harus menjadi sifat baik, jika sebelum ramadhan banyak keluh kesah yang disampaikan bukan pada tempatnya maka setelah ramadhan semua itu harus sudah diubah, jika sebelum ramadhan masih sering galau dengan jodoh, maka setelah ramadhan harus lebih bisa yakin bahwa jodoh sudah ditaqdirkan oleh Allah dan tugas kita hanya memurnikan ketaatan kepadanya, jika sebelum ramadhan masih banyak hak orang lain yang didhalimi maka setelah ramadhan hal tersebut haruslah sudah diperbaiki. Intinya ramadhan adalah perubahan dari yang tidak baik menjadi baik, dari yang baik menjadi indah, dan yang indah menjadi mengindahkan. Sehingga gelar TAQWA yang dijanjikan dalam ayat 183 tersebut dapat digapai
lalu apakah indikator taqwa ? merujuk pada Q.S Ali Imran : 134-135 dan Q.S al-Baqarah : 3-4 taqwa adalah :
- Percaya kepada yang ghaib
- Percaya pada al-Quran
- Percaya pada akhirat
- Mendirikan sholat
- Gemar berinfaq, baik ketika senang maupun susah
- dapat mengontrol amarah, dan dengan mudah memaafkan orang lain
- jika ia berbuat dosa, maka ia bersegera bertaubat dan tidak akan mengulangi kesalahannya dengan sengaja.
Jika kesemua itu terkumpul dalam diri seorang mukmin maka ia dapat digolongkan kedalam orang yang bertaqwa.
Jika ditelusuri kembali indikatorr-indikator taqwa diatas maka ditemukan bahwa hampir sebagian besarnya adalah perbuatan hati yang berkaitan hati. Maka tepat sbada Rasulullah SAW yang mengabarkan bahwa taqwa adalah perbuatan hati. Sebagai mana sabdanya yang mulia dalam sebuah hadist shahih
Takwa itu (terletak) di sini”, dan beliau menunjuk ke dada (hati) beliau tiga kali (HSR Muslim (no. 2564)
Hatilah yang kemudian memberikan semangat, hati yang memaknai hidup, hati yang membuat seseorang tegar menghadapi segala macam cobaan, hati yang membuat seseorang dapat beribadah dengan khusyuk, hati yang membuat manusia mampu bersabar untuk tidak melakukan kemaksiatan, hati juga yang membuat seseorang melakukan ibadah hanya kepada Allah dan bukan karna ingin dilihat oleh manusia. Ekses dari perkara ini adalah lahirnya kepribadaan yang mempesona.
“bukan kupu-kupu itu awalnya berasal dari ulat, jika dahulu ia hanya makhluk menjijikkan yang terhina maka sekarang ia laksana permata yang selalu dipuja-puja karna keindahannya”
Demikianlah ramadhan mendidik manusia. Seekor ulat yang berubah menjadi kupu-kupu persis mengalami proses seperti layaknya seorang mukmin menjalankan puasa Ramadhan, dan akhirnya ia berubah menjadi makhluq yang indah dan bermanfaat bagi sekelilingnya. Maka oleh sebab itu disisa ramadhan mara berdoa agar Allah berkenan merubah ahli puasa menjadi orang-orang yang bertaqwa dan niatkan serta janjikan dalam hati bahwa selesai dari bulan yang mulia ini, “saya akan berubah !, Insya Allah”…
Teguh Murtazam
Nagan Raya, 28 Ramadhan 2016