Mohon tunggu...
Teguh Ari Prianto
Teguh Ari Prianto Mohon Tunggu... Penulis - -

Kabar Terbaru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Makan Siang Istana dan Gagasan Perbaikan Nasib Petani Indonesia

5 November 2023   12:20 Diperbarui: 5 November 2023   12:31 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politisi muda dan Aktivis Tani Indonesia, Dede Ginanjar, Soroti kebijakan politik Indonesia pasca jamuan makan siang Jokowi. Foto: Dede GP/Dok. pribadi

Masih bergulir isu politik dibalik pasca pertemuan makan siang Presiden Joko Widodo atau makan siang jokowi bersama para calon presiden di Istana negara belum lama ini.

Kali ini menyisir politisi muda dan aktivis pertanian Indonesia, Dede Ginanjar Pristiawan, pihaknya keras menyoroti peristiwa makan siang istana tersebut.

Dalam sebuah pertemuan di Bandung, belum lama ini, Dede Ginanjar terenyuh dengan sikap-sikap pemerintah dan para politisi tersebut.

Makan siang istana menyiratkan adanya upaya politik terutama dalam upaya mencari langkah mempersamakan persepsi politik jelang pemilu 2024.

Simpul-simpul kekuatan politik dalam pemilihan presiden, dianggap relevan menyuarakan sikap-sikap baik guna mencipta pemilu damai.

Hanya saja bahasan dalam jamuan makan siang istana terlampau jauh menyentuh nadi kehidupan rakyat terutama petani.

Jamuan makan siang istana, sdalah penyajian makanan-makanan terbaik secara terhormat kepada para undangan.

Dalam sajian-sajian itu, apakah terbersit juga pemikiran mengenai kualitas panganan yang jadi sajian dengan bagaimana usaha petani menyediakan semua itu hingga bahan pangan tersaji sempurna.

Sebagai pemerhati dunia pertanian, Dede Ginanjar mengharapkan bahwa peristiwa makan siang istana tidak berhenti pada obrolan-obrolan politik parsial, menyangkut pemilu dan segala pernak-perniknya.

Makan siang istana itu bagaimana seharusnya menyambungkan dengan pembahasan nasib petani juga.

Menyelami suasana kebatinan petani dalam melihat peristiwa makan siang istana, Dede Ginanjar menemukan adanya kerisauan, bahwa, urusan bicara politik di meja makan itu bisa dilakukan politisi dalam proses menguatkan ide-ide politiknya.

Disamping itu, soal apa isi piring saat santap siang pun, harus dipikirkan.

Asupan gizi cukup dan bahan pangan berkualitas harus terus diperhatikan.

Usaha ini, hubungannya dengan kemampuan petani mengolah usaha pangan.

Apakah pemerintah juga sampai kepada pemikiran ini, yaitu bagaimana kesinambungan membangun dunia politik melalui meja makan sejalan juga dengan penguatan ide politik menciptakan kualitas pangan dan keunggulan kehidupan petani?

Makan siang di sawah, dilakukan petani bak ritual dorong sukses proses tanam. Foto: herstory.co.id
Makan siang di sawah, dilakukan petani bak ritual dorong sukses proses tanam. Foto: herstory.co.id

Hal pokok dari pemikiran Dede Ginanjar, bahwa, etika makan, kualitas pemikiran politisi saat berada di meja makan, sangat dipengaruhi kualitas bahan pangan dari para petani.

Zat-zat terkandung dari bahan pangan dalam isi piring makan kita,  berdampak kepada kehidupan jangka panjang kita.

Dalam hal ini, ada kalanya pemerintah perlu ditegur agar terus menyinergikan kondisi politik dengan dasar-dasar kehidupan lain di dalam memahami persoalan keseharian rakyat.

Tradisi menjamu makan siang dalam situasi politik saat ini, diandalkan mampu meredam gejolak.

Namun kenyataannya, harga beras masih terus melambung dan harga bahan pokok dipasaran semakin meninggi.

Artinya, kondisi kebersamaan dalam pembicaraan politik pasca makan siang istana, nyaris tanpa dampak baik bagi kehidupan rakyat khususnya petani.

Hanya bisa berharap, semoga saja langkah Presiden Joko Widodo melalui jamuan makan siang istana, mendekatkan tekad kepada usaha perbaikan nasib petani.

Makan siang dengan jamuan dari hasil olahan bahan pangan petani Indonesia, sembari memperkenalkan kembali makanan-makanan khas Indonesia, bisa saja ini menjadi usaha mencipta petani maju.

Atau setidaknya, saat sajian khas Indonesia hadir dalam piring-piring makan politisi, dibalik sajian khas Indonesia, maka Presiden Jokowi turut mengingatkan pula mengenai Indonesia itu kaya dengan sumber daya alam unggul, sehingga rakyatnya dapat berusaha bertahan dengan cita rasa makanan Indonesia.

Bisa saja lidah-lidah politisi itu telah lama dibiasakan mencicipi makanan negeri asing.

Terbiasa dengan makanan produk asing, hal ini menimbulkan bahaya jangka panjang. Pengaruhnya besar kepada cara politisi bertindak.

Kita mengetahui bahwa asupan pangan itu memengaruhi langsung terhadap prilaku. Saat ini banyak sekali sikap-sikap politisi mencerminkan warna-warna politik asing, terpengaruh jalan pikiran negeri entah berantah.

Bersama petani Indonesia, bagaimana seharusnya kita mengembalikan Indonesia kepada keunggulannya sebagai Indonesia dengan kemandiriannya dan berpengaruh secara mendunia bersama isi piring makan siang yang kita santap setiap saat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun