Kata "wong cilik" merupakan istilah akrab dalam lingkungan penggemar ketokohan Soekarno atau Bung Karno.
Bapak Proklamator Bangsa Indonesia ini mengeluarkan istilah wong cilik atau orang kecil sebagai suatu kristalisasi pemikiran ditengah-tengah berkecamuknya ideologi-ideologi dunia pada masa perang dunia ke dua berlangsung.
Perang yang menimbulkan banyak kerugian baik secara fisik ataupun jiwa bagi bangsa-bangsa di dunia itu muncul akibat pertentangan ideologi-ideologi politik dunia seperti liberalisme, komunis dan agama.
Tiga ideologi itu melahirkan turunan sistem ekonomi masing-masing diantaranya liberalisme melahirkan cara pandang ekonomi berupa kapitalisme, komunisme dengan sosialismenya dan agama (terutama Islam) menurunkan sistem ekonomi Islam dibawah kepemimpinan kilafah.
Ajaran-ajaran politik dunia itu menembus berbagai corak kehidupan bangsa-bangsa di dunia yang beraneka ragam.
Ideologi yang meng-internasional, merangsek kedalam sendi-sendi kehidupan bangsa yang sudah hidup dengan tatanan ideologinya masing-masing.
Dengan progresifitas pergerakan ideologi dunia yang masif semacam itu tak terelakan lagi, muncul imperealisme atau pendudukan suatu bangsa oleh bangsa lain.
Motif dibalik imperealisme sendiri rata-rata karena dorongan kebutuhan ekonomi global yang berkembang menyusul adanya perkembangan ilmu sosiologi, revolusi industri sampai kepada hadirnya fenomena penumpukan modal kapital pada suatu bangsa tertentu terutama bangsa-bangsa di Eropa.
Dari realitas dinamika ideologi dunia semacam itu, Indonesia menjadi negara yang terkena dampak langsung imperialisme dan kolonialisme selama berabad-abad.
Sampai pada akhirnya memasuki perkembangan abad XIX, pada masa-masa Soekarno hidup, berjuang dan menjadi pemimpin tertinggi pertama di Republik Indonesia melalui jalan revolusi kemerdekaan.