Berkat jasa Leonardo Fibonacci dan Rene Descrates, Angka Arab semakin terkenal pada abad pencerahan atau disebut Renaissance. Â Â
Seolah menjadi semacam misteri, banyak diantara kita belum mengetahui atau bahkan terkecoh oleh asal muasal keberadaan angka-angka Arab tersebut. Kesalahpahaman yang terus meluas dikalangan orang yang tinggal dibelahan bumi utara, selatan, timur dan barat bahwa angka yang lazim mereka gunakan itu adalah dikira angka latin.
Dalam hal ini, seorang ilmuwan, Almarhum Nurcholish Madjid, menjelaskan bahwa tulisan Latin itu terutama angka, sudah lama mati. Angka Romawi dan Arablah yang masih digunakan pada masa modern ini.
Hanya saja, orang jarang sekali menggunakan angka Romawi karena dinilai tidak praktis dan harus memakan tempat. Oleh sebab itu, orang lebih beralih menggunakan Angka Arab karena sangat praktis dan mengena sesuai alur logika.
Penggunaan angka-angka yang begitu marak diberbagai belahan dunia, kerap disandingkan juga dengan tuah pada kehidupan sosial dan juga spiritual. Demikian halnya dengan angka 10 pada kostum pemain sepak bola, dianggap mampu memberi spirit dan keberuntungan tertentu bagi si pemain dan juga skuadnya.
Namun, prestasi tim sepak bola tentu tidak sepenuhnya mengandalkan perolehan keuntungan atau juara dari sekedar pencantuman angka 10 pada salah satu kostum pemainnya. Semua prestasi terukir oleh segala jerih payah dan sikap professional yang unggul dari Negara-negara peserta Piala Dunia 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H