Mohon tunggu...
Teguh Ari Prianto
Teguh Ari Prianto Mohon Tunggu... Penulis - -

Kabar Terbaru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tanpa Fanatisme, Industri Ini Merugi

5 Oktober 2022   08:11 Diperbarui: 5 Oktober 2022   18:33 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Konflik Suporter 

Dua istilah yang berjalan beriringan dalam industri sepak bola saat ini yaitu pertaruhan perolehan keuntungan perusahaan dan fanatisme pendukung. Hal tersebut ditenggarai telah menggiring sepak bola kepada "peperangan" antar supporter. Konflik-konflik antar supporter kerap terjadi dalam beberapa pertandingan terutama pertandingan antara klub-klub yang pendukungnya selalu memelihara "dendam" untuk alasan-alasan yang terkadang tidak rasional.

Fanatisme sepak bola telah mengusik ketenangan hidup masyarakat. Saat gelaran pertandingan tiba di suatu kota atau stadion yang menjadi tuan rumah --dan kebetulan tim yang akan bertanding adalah tim dengan pendukung yang selama ini bermusuhan- ketakutan masyarakat selalu menjadi-jadi. Ekspresi supporter sepak bola kerap liar, mengenyampingkan tatakrama dan vandalisme. Sementara mereka hadir untuk sebuah pertandingan yang membutuhkan adanya dukungan sportifitas. Bagaimana semangat sportifitas pemain klub terhenti di medan laga lapangan rumput dan tersumbat untuk masuk kedalam jiwa-jiwa supporter?

Tragedi Kanjuruhan, mungkin bisa saja kita sebut sebagai sebuah model ekspresi supporter fanatik. Kerugian jiwa dan sanksi-sanksi menyusul tewasnya ratusan orang usai menonton sepak bola Arema vs Persebaya. Entah apa sebenarnya yang melatari permusuhan diantara kedua pendukung klub Liga 1 Indonesia tersebut, yang jelas nalar sosial masyarakat menolak keras insiden berdarah dan menghilangkan ratusan nyawa itu.

Indonesia barangkali bukan saja satu-satunya negara dengan keadaan supporter sepak bolanya yang fanatik. Beberapa negara lain pun menunjukan hal yang sama saat berbicara fanatisme sepak bola. Banyak klub-klub hebat sepak bola dunia, didukung oleh fanatisme supporter dan brutal. Suatu saat, di salah satu negara di Eropa yang kaya dengan klub-klub dan pemain sepak bola hebat kelas dunia, para suporternya menempatkan fanatisme terhadap klub sepak bola melebihi fanatisme kepada agama.

Sportifitas Sepak Bola.Photo: https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5940700/mau-bisnis-di-industri-sepakbola-simak-4-tips-ini-supaya-nggak-boncos
Sportifitas Sepak Bola.Photo: https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5940700/mau-bisnis-di-industri-sepakbola-simak-4-tips-ini-supaya-nggak-boncos

Dalam era keterbukaan informasi, yaitu ditandai dengan hilir mudiknya berita-berita yang berasal dari luar negeri termasuk berita yang menjukan bagaimana fanatisme berlangsung, terkadang fenomena suporter di negeri orang seperti malah menjadi inspirasi supporter sepak bola dalam negeri untuk meniru hal yang sama. Sementara Indonesia ini sebagai negara yang masyarakatnya sangat menjunjung tinggi toleransi dan keberagaman. Informasi sepak bola sudah sepatutnya kita bendung terutama efek negatif bawaan yang timbul.

Baru saja organisasi sepak bola Indonesia atau PSSI, menuai pujian karena prestasi yang diperolehnya di kancah internasional. Namun pretasi itu lantas mendapat bayaran kontan dengan adanya tragedi kanjuruhan yang menuai kerugian serta sanksi federasi sepak bola dunia.

Sekarang kita rehat sejenak merenungi hasil raihan prestasi itu lalu memikirkan kembali bagaimana kita harus menebus mahal penyelesaian dari tragedi-tragedi yang menimpa dunia sepak bola kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun