Menghabiskan masa kecil disebuah kota kecil bernama Cimahi.
Awalnya pemerintahan di kota berjuluk "Kota Tentara" ini berbentuk kota administratip (kotip), lalu berubah karena dorongan pemekaran menjadi daerah otonomi baru dengan nama Kota Cimahi.
Tinggal di kota kecil ini sampai dengan era 1990an, dirasa cukup nyaman. Selain kerena udaranya sejuk, kota ini termasuk strategis karena bersebelahan langsung dengan pusat Pemerintahan Kota Bandung dari sebelah Barat.
Disamping sejuk dan strategis, persediaan air di kota ini terbilang sangat cukup. Rata-rata dulunya, Â pemenuhan air bersih untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga harian, warga Cimahi mengandalkan sumur sebagai sumber air utama.
Sumur ini berbagai rupa cara pembuatannya hingga melahirkan nama-namanya tersendiri.
Ada sumur biasa yang dibuat berbentuk bulat dan ada juga kotak dengan cara penggalian manual. Ukuran diameter atau diagonal sumur rata-rata 1 Meter keatas.
Kemudian ada juga pembuatan sumur dengan penggunaan mesin atau biasa di sebut sumur bor.
Saking akrab dan lamanya orang Cimahi  dengan sumur, sampai ada satu tempat di Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah, menamai suatu tempat dengan nama daerah Sumur Bor.
Terakhir-terakhir baru bermunculan istilah sumur pompa. Sumur dibuat oleh tenaga-tenaga tukang yang sepenuhnya mengandalkan tenaga manusia dan kedalamannya pun relatif cukup pendek untuk mencapai sumber air permukaan. Perolehan air dari hasil galian biasanya menggunakan alat pompa "Dragon" (merek alat pompa).
Menyusul kemudian trend penggunaan mesin "Sanyo", pompa air listrik yang pada awal-awalnya banyak digunakan kalangan warga menengah keatas.