Mohon tunggu...
Teguh Ari Prianto
Teguh Ari Prianto Mohon Tunggu... Penulis - -

Kabar Terbaru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kerelawanan Pegiat Literasi

6 September 2022   03:58 Diperbarui: 6 September 2022   06:45 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemah Literasi Jawa Barat bersama Forum Taman Bacaan Msyarakat (TBM) boleh saja berakhir di Bumi Perkemahan Kiara Payung Jatinangor Kabupaten Sumedang pada 4 September 2022 lalu.

Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari dua malam itu terselenggara dengan lancar dan dipenuhi antusiasme pesertanya hingga akhir acara.

Spirit terbangun bertubi-tubi, tenaga pergerakan kian membara dan terasa terus memuncak disela-sela kebersamaan antar pegiat TBM tersebut.

Bagaimana tidak, Kemah Literasi menghadirkan banyak pemantik inspiratif dalam berbagai sesi kemasan talk show dan diskusi menarik.

Malam keakraban, kreasi seni, eksplorasi potensi-potensi lokal para peserta hingga serangkaian lomba terus mewarnai sepanjang waktu kegiatan.

Sejumlah besar peserta mengaku puas dengan berlangsungnya acara. Berbagai media massa dan media sosial mengungkap bagaimana rasa senang dan kualitas acara itu mereka rasakan dan peroleh.

Kepulangan yang diiringi kegirangan hati. Melepas penat diakhir minggu dengan perolehan segudang pengetahuan dan pengalaman baru serta saling menguatkan kelanjutan gerak kerelawanan.

Pegiat TBM memang identik dengan semangat yang mengebu-gebu. Dalam segala bentuk kekurangan yang dimiliki, sesungguhnya mereka lahir dari keinginan baik yaitu merubah keadaan lingkungan dengan upaya-upaya kemampuannya berliterasi.

Karya-karya hebat dan hasil kerja pegiat literasi terkadang lahir dari berbagai bentuk keprihatinan yang meraka saksikan sendiri dari lingkungan terdekatnya.

Seorang pegiat literasi dan penulis  berpengalaman,  Maman Suherman, dalam kesempatan berdikusi saat berkemah tersebut mengatakan, pegiat TBM hidup di akar rumput. Meski sering terinjak, mereka tetap memberi keindahan bagi dunia literasi Indonesia.

Maman pun kagum dengan kerelawanan pegiat TBM ini, sebab semangat yang mereka tunjukan tiada habisnya. Kebersamaan dan perasaan senasib sepenanggungan dalam pergerakan itu betul-betul muncul dalam setiap waktu sehingga hadir rasa simpatik dan empatik diantara mereka sepanjang masa.

Saling berbagi, sama-sama mensuport untuk mengatasi segala persoalan yang diahadapi. Pegiat yang lahir dari sikap kerelawanan dan kemandirian, sumbangsihnya nyata  kepada perbaikan kehidupan bangsa.

Berbenah

Seiring waktu dan manfaat yang dihadirkannya, pergerakan kerelawan literasi ini terus melakukan banyak perbenahan.

Founder Sekolah Relawan, Bayu Gautama, yakin bahwa sikap kerelawanan harus dipupuk agar lebih memberikan manfaat luas bagi peebaikan keadaan.

Pihaknya mendorong perubahan-perubahan itu. Meski awalnya sikap kerelawanan itu muncul dari sikap kesukarelaan, namun kita harus mampu mengemasnya secara baik dan lebih tertata.

Pengertian kerelawanan seperti dikutip dari lingkarlsm.com, menyebutkan bahwa pekerjaan kerelawanan (volunteer work) adalah segala bentuk bantuan yang diberikan secara sukarela untuk menolong orang lain. Sedangkan relawan adalah seorang yang secara suka rela (uncoerced) menyumbangkan waktu, tenaga, pikiran dan keahliannya untuk menolong orang lain (help others) dan sadar bahwa tidak akan mendapatkan upah atau gaji atas apa yang telah disumbangkan (unremunerated).

Dari pemahaman diatas itulah, terutama berbicara tentang keahlian, relawan harus berdaya dengan segenap kemampuan khas yang dimilikinya.

Bentuk keahlian relawan dapat berbagai jenis dan bentuknya. Dari keberagaman itu memiliki tugas serta fungsinya masing-masing.

Kemunculan aktivitasnya ada yang berjalan sepanjang waktu atau hadir saat dibutuhkan saja.

Kerelawanan dalam dunia literasi pun demikian adanya. Pegiat TBM, terkadang "dituntut" multitalenta karena mereka kerap berhadapan dengan berbagai persoalan masyarakat secara langsung.

Pegiat literasi dari TBM Sehati, Rudiat, atau akrab disapa Mang Yayat bahkan pernah mengtakan jika pegiat TBM itu seperti "dukun". Masyarakat kadang menuntut pegiat TBM hsrus serba bisa karena keseharian mereka yang bergelut dengan buku, notabene buku gudang ilmu.

Berbenah dalam kerelawanan menjadi kata kunci langgengnya pergerakan. Kita tidak tahu kapan rasa kepedulian itu dibutuhkan. Relawan senantiasa berjaga setiap masa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun