Mohon tunggu...
Teguh Ari Prianto
Teguh Ari Prianto Mohon Tunggu... Penulis - -

Kabar Terbaru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sepatu "Butut" Sang Proklamator

1 September 2022   09:09 Diperbarui: 1 September 2022   11:01 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar sepatu yang trend dikenakan jaman Presiden Joko Widodo. Photo diperagakan model

Penampilan berbusana seseorang menunjukan seperti apa kepribadian yang ia miliki dalam sebuah kehidupan bermasyarakat.

Sama halnya bersepatu. Jenis alas kaki ini pun, pada saat dikenakan seseorang, dapat menunjuk seperti apa gaya hidup yang sedang ia hadirkan.

Banyak cerita unik ditengah publik yang lahir dari sepatu. Entah itu kemudian menjadi cerita pencitraan, trend mode, selera, kelas sosial hingga cara pandang terhadap suatu ideologi tertentu.

Tokoh-tokoh Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia yaitu Soekarno dan Muhammad Hatta, adalah sosok-sosok yang kental dengan polemik mengenai sepatu dalam masa-masa perjuangannya.

Rima Melati, soerang peragawati dan sutradara yang pernah melampaui hidup masa mudanya bersama Soekarno, kerap mendapati Bapak Bangsa ini mengenakan sepatu bolong.

Sepatu bolong itu identik dengan sepatu yang sudah rusak atau Orang Sunda suka menyebutnya "sapatu butut".

Apakah kemudian sepatu butut itu layak dipakai oleh seseorang? Jawaban untuk pertanyaan ini akan sangat kompleks apalagi menyangkut sepatu yang dikenakan seorang publik figur.

Seorang presiden bersepatu bolong, apa ini suatu sikap kesederhanaan atau ada tujuan lain untuk menggambarkan suatu kondisi tertentu pada saat itu menyangkut ideologi yang dianutnya atau apapun itu.

Sepatu cermin diri. Dalam trend gaya hidup, wacana sepatu  bisa dibangun bermacam-macam termasuk yang tersiratkan dari kepribadian Bung Karno yang sudah luas diketahui publik.

Tak Terbeli

Keinginan memiliki  barang merek tertentu, kerap hadir dalam benak seseorang.

Merek barang tertentu mengukur selera bahkan kelas sosial dalam masyarakat.

Sepatu, demikian pula adanya. Trend sebuah  merek tertentu adakalnya booming sehingga memengaruhi seseorang untuk memilikinya.

Tokoh Proklamasi RI, Muhammad Hatta, pada tahun 1950-an sangat gandrung dengan sebuah merek sepatu tertentu yang trend saat itu.

Sepatu itu sangat ia idamkan sehingga dengan berbagai cara berusaha mengumpulkan uang agar bisa membelinya.

Sepatunya sangat mahal. Uang Bung Hatta langka bisa terkumpulkan untuk menukarnya dengan sepatu itu.

Sekalinya, sempat terkumpulkan, Bung Hatta selalu mengalah, mengalihkan tabungannya untuk membiayai kebutuhan sehari-hari dirinya dan keluarga.

Diluar masalah itu, Bapak Koperasi Indonesia ini kerap mengambil uang simpanannya agar bisa membantu kawan atau saudara yang terdesak kebutuhan.

Pramukti Adhi Bakti, dalam sebuah kesempatan "Tadarus Buku" bertempat di Museum Konperensi Asia Afrika (MKAA) belum lama ini, menuturkan bahwa Bung Hatta tidak pernah kesampaian membeli sepatu yang ia idamkan hingga akhir hayatnya.

Dalam pertemuan rutin Asia Africa Reading Club (AARC) itu, pembahasan sepatu Bung Hatta mengemuka sambil pembahasan sebuah buku bertajuk Pidato-pidato Bung Hatta.

Proklamator kita lahir dalam kesederhanaan hidup. Menapaki  perjalanan proses perjuangannya dengan penuh liku.

Sepatu dapat menjadi pemantik bagaimana kesederhanaan dan liku hidup  itu bisa kita pahami.

Generasi dan juga anak-anak bangsa penerus semangat kemerdekaan, akan banyak mendapat pembelajaran dari rekam jejak Founding Father Indonesia ini terutama dalam hal melangkahkan kaki menelusuri cita-cita dan kelayakan bersepatunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun