Merek barang tertentu mengukur selera bahkan kelas sosial dalam masyarakat.
Sepatu, demikian pula adanya. Trend sebuah  merek tertentu adakalnya booming sehingga memengaruhi seseorang untuk memilikinya.
Tokoh Proklamasi RI, Muhammad Hatta, pada tahun 1950-an sangat gandrung dengan sebuah merek sepatu tertentu yang trend saat itu.
Sepatu itu sangat ia idamkan sehingga dengan berbagai cara berusaha mengumpulkan uang agar bisa membelinya.
Sepatunya sangat mahal. Uang Bung Hatta langka bisa terkumpulkan untuk menukarnya dengan sepatu itu.
Sekalinya, sempat terkumpulkan, Bung Hatta selalu mengalah, mengalihkan tabungannya untuk membiayai kebutuhan sehari-hari dirinya dan keluarga.
Diluar masalah itu, Bapak Koperasi Indonesia ini kerap mengambil uang simpanannya agar bisa membantu kawan atau saudara yang terdesak kebutuhan.
Pramukti Adhi Bakti, dalam sebuah kesempatan "Tadarus Buku" bertempat di Museum Konperensi Asia Afrika (MKAA) belum lama ini, menuturkan bahwa Bung Hatta tidak pernah kesampaian membeli sepatu yang ia idamkan hingga akhir hayatnya.
Dalam pertemuan rutin Asia Africa Reading Club (AARC) itu, pembahasan sepatu Bung Hatta mengemuka sambil pembahasan sebuah buku bertajuk Pidato-pidato Bung Hatta.
Proklamator kita lahir dalam kesederhanaan hidup. Menapaki perjalanan proses perjuangannya dengan penuh liku.
Sepatu dapat menjadi pemantik bagaimana kesederhanaan dan liku hidup itu bisa kita pahami.