Berbicara tentang sampah yang tengah hangat sekarang ini di Jakarta. Saya akan membagi pengalaman tentang "sampah" di Amsterdam. Mengapa saya beri tanda kutip tentang sampah di Amsterdam, silahkan disimak dengan baik hasil pengamatan saya di kota Amsterdam.
Pada hakekatnya di kota Amsterdam mungkin di Belanda secara umum, apabila ada suatu obyek barang yang terletak di luar, bisa di jalanan ataupun tidak melekat di dalam area rumah dan tidak terkunci-dirantai-digembok, beranti obyek barang tersebut dapat dimiliki dan diambil. Siapa cepat dia akan mendapatkannya. Sepengalaman saya, kecuali tanaman dalam pot dan pohon saja saya tidak pernah mendengar ada kompalin akan kehilangan.
Mengapa banyak barang "berharga" yang dibuang begitu saja di sini, itu dikarenakan rumah disini relatif kecil-kecil jikalau tak mau dibilang mini. Jadi ketika suatu rumah tangga butuh penyegaran furniture yang baru, maka barang yang lama akan direlakan. Yah karena juga tidak punya tempat lagi untuk menampungnya.
Kalau mau ditambah sedikit niat berbisnis, kita juga bisa mengambil dan menjualnya kembali lewat internet, mungkin lewat web jual beli ataupun page Facebook khusus barang second. Malahan ada page di Facebook yang mengkhususkan informasi tentang barang berharga di jalanan yang dapat diambil secara gratis.
Selain itu tujuan orang menaruh barang di jalanan bisa juga niat sosial untuk berbagi, karena dijamin untuk barang yang masih layak pakai dan baik pasti akan berpindah tangan kepemilik yang baru tanpa menjadi sampah.
Untuk dapat merasakan sebagai "pemulung" barang berharga di Amsterdam, dapat merasakan pengalamannya malam hari sebelum penjemputan sampah sampai pagi pada hari H penjemputan. Tidak perlu malu untuk menjadi pemburu sampah, tidak ada kesinisan disini, urusan masing-masing aja. Malahan kita akan bersaing dengan pemulung sebenarnya yang didominasi oleh orang-orang dari Eropa Timur.
Kembali lagi tentang sampah sebenarnya, idealnya yang disebut sampah adalah barang bekas dan tidak terpakai yang dihasilkan secara harian oleh rumah tangga, yah paling mudah berupa hasil limbah dapur. Atau silahkan artikan sendiri tentang sampah dengan bijaksana.
Para penduduk sendiri diharapkan untuk memisah dan memilah sampah sendiri, seperti untuk campuran limbah dapur, kertas, plastik, botol, alat elektronik, minyak, dan sandang layak pakai. Karena kesemua kriteria tersebut terdapat tempat khusus berupa kontainer untuk menampungnya.
Kota Amsterdam yang secara umum relatif bersih walaupun dikunjungi banyak turis adalah berkat jasa petugas kebersihan yang sigap di mulai dari subuh sampai malam untuk bertugas. Karena Amsterdam yang dipadati turis tentu akan menghasilkan sampah yang luar biasa banyak.
Jadi bisa dibayangkan untuk perbandingan masyarakat di Indonesia tentang kesadaran akan sampah dan lingkungan, masih jauh boo. Lihat saja informasi umum di media besar utama yang ditemui sehari-hari, masih sibuk tentang gosip, hoax, sekterian, korupsi dan politikus busuk. Yah berarti otomatis tahu sendiri yang dihasilkan.
Suka atau tidak suka, untuk mengukur tingkat pondasi keberhasilan suatu negara, tidak usah pusing-pusing dengan banyaknya kriteria yang abstrak, cukup dilihat akan kesadaran masyarakat tentang lingkungannya, yah tentu bagaimana bijaknya memperlakukan sampah.
Mau contoh tentang keberhasilan suatu pondasi negara, ambil saja contohnya di kawasan negara yang selalu berkonflik, silahkan tanyakan ke orang-orang Bogor di Puncak, bagaimana kelakuan tamu-tamu yang pada berkunjung kesana. Okei, begitu aja dan makasih sudah menyimak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H