Mohon tunggu...
Teguh Hartanto
Teguh Hartanto Mohon Tunggu... Buruh -

Enjoi https://teguhhartanto.net/

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Mengunjungi "Pasar Maling" Terbesar di Belanda

4 Juli 2018   13:47 Diperbarui: 4 Juli 2018   22:17 3497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalan masuk ke Pasar Waterlooplein dari arah Timur, dokpri

Oke, sekarang saya akan mengulas tentang Pasar Waterlooplein atau "pasar maling" ataupun bisa disebut pasar loak yang terbesar di Belanda di Kota Amsterdam.

Pasar loak dalam bahasa Belanda disebut rommelmarkt (kalau dalam bahasa pergaulan di Jawa ada juga istilah pasar atau barang romelan) dan dalam bahasa Inggris bisa disebut fleamarket.

Letaknya kira-kira kalau dari Centraal Station Amsterdam sekitar 2 km ke arah Selatan.

Luasnya kira-kira satu setengah luas lapangan bola (ini perkiraan saya, tepatnya silahkan ukur sendiri aja).

Suasana pagi di sekitar Pasar Waterlooplein, dokpri.
Suasana pagi di sekitar Pasar Waterlooplein, dokpri.
Barang second ataupun loak menjadi hal yang biasa di Negeri Belanda, malahan untuk sekedar jalan-jalan dan cuci mata, pasar loak menjadi pilihan utama warga Belanda kalau perbandingannya pergi ke mall. Nah untuk tempat penjualan barang loak bisa saja melalui pasar musiman untuk acara tertentu, contohnya baca tulisan saya disini dan disini ataupun yang menetep berbentuk toko yang menyerupai mall.

Di Belanda sangat mudah kita menjumpai tempat khusus untuk menjual barang second. Untuk bentuk toko atau mall yang menjual produk second disebut kringloopwingkel. Nanti pada artikel yang lain akan saya tulis tentang kringloopwingkel.

Kalau yang reguler buka sepanjang tahun dan berbentuk pasar terbuka adalah Pasar Waterlooplein. Pasar loak terbesar di Belanda, kalau untuk sejarahnya secara lengkap, silahkan google sendiri saja.

Pasar Waterlooplein dari sisi Tenggara, dokpri.
Pasar Waterlooplein dari sisi Tenggara, dokpri.
Pasar ini buka setiap hari Senin sampai Sabtu pukul 8 pagi. Di jam itu, para pedagang dan asistennya sudah mulai sibuk membangun dan menata lapak, lalu sekitaran pukul 5 sore waktunya berkemas.

Pasar Waterlooplein punya stereotype sebagai pasar maling karena banyaknya lapak khusus jual beli sepeda ditemui di sini.

Karena sepeda merupakan transportasi utama di negeri Belanda, otomatis tingkat pencurian sepedapun sangat tinggi.

Baca lebih lengkap tentang sepeda di Belanda lewat tulisan saya di sini dan di sini. 

Polisipun tidak akan menindaklanjuti laporan tentang pencurian sepeda, biasanya hanya menerima laporan saja tanpa adanya tindakan.

Maka itulah Pasar Waterlooplein terkenal juga sebagai pasar maling karena dicurigai sebagai tempat menampung sepeda curian, merestorasinya dan menjualnya kembali.

Jikalau terjadi pencurian sepeda di kawasan Centraal Amsterdam, bisa aja cek-cek di sini, siapa tahu beruntung.

Suasana di Pasar, dokpri.
Suasana di Pasar, dokpri.
Yah, karena stereotype tentang sepeda itulah terkenal menjadi pasar maling, tapi ya hanya oknum saja yang seperti itu, yang lainnya saya pikir lebih banyak yang jujur tentang cara berdagangnya.

Selain sepeda dan turunannya yang menjadi dagangan, Pasar Waterlooplein juga di ramaikan dengan Awul-awul (cari sendiri artinya apa), souvenir pernak pernik Amsterdam, barang antik, seni, buku, sepatu dll.

Untuk harga barang yang dijual di Pasar Waterlooplein yah relatif murah meriah untuk warga Eropa, apalagi kalau tahu cara negoisasinya.

Para pedagang juga melihat siapa yang akan membeli, apakah turis atau bukan. Tapi disini tidak ada unsur pemaksaan untuk urusan jual beli.

Dagangan untuk para turis, dokpri.
Dagangan untuk para turis, dokpri.
Pasar Waterlooplein juga menjadi tujuan turis yang berkunjung ke kota Amsterdam, mereka sekedar melihat-lihat keunikan tempat iniyang menjadi gabungan pasar sepeda, awul-awul, dan barang antik ataupun untuk sekedar membeli souvenir.

Berdekatan dengan kawasan ini juga terdapat Museum Rembrandthuis (rumahnya Rembrandt van Rijn), kalau yang nggak tahu tentang Rembrandt, silahkan belajar lebih dahulu tentang Raden Saleh.

Rumahnya Rembrandt dan jalan masuk ke pasar dari arah Utara, dokpri.
Rumahnya Rembrandt dan jalan masuk ke pasar dari arah Utara, dokpri.
Para pedagang dan asisten yang meramaikan Pasar Waterlooplein terdiri dari banyak suku bangsa, diantaranya: tentu dari Belanda, Eropa Timur didominasi orang Polandia, yang dari Afrika diramaikan oleh Maroko, Ghana, Senegal dan Suriname.

Dari kawasan Amerika Selatan diwakili Chile, orang Asia kalau yang saya lihat orang-orang Nepal-India dan China. Lalu tentu Yahudi sesuai sejarah pasarnya dan tentu saja Indonesia dengan Indo-indonya. 

Sudah rahasia umum mayoritas yang bekerja sebagai asisten ataupun tangan kanan sang punya lapak adalah para pekerja illegal.

Ya, inilah realita pasar di manapun berada yang kehidupannya cendrung "keras" tapi selalu terbuka untuk siapapun.

Akan tetapi jangan takut disini sangat minim tindak kriminal seperti pencopet dan sejenisnya.

Para pedagang adalah pedagang yang sudah teregristasi dan disetujui pemerintah, selanjutnya akan dikenakan biaya sekitar 15 euro untuk membayar lokasi berjualan setiap harinya (bayarnya ke pemerintah yaa, bukan ke pemalak). Semacam pajak tempat, lalu untuk penyewaan lapak dan tenda dikenakan biaya sekitar 10 euro.

Penampakan orang Indonesia di Pasar Waterlooplein, dokpri.
Penampakan orang Indonesia di Pasar Waterlooplein, dokpri.
Demikian sekilas tentang wisata di kota Amsterdam, tunggu tulisannya berikutnya tentang kota Amsterdam dan denyut kehidupannya.

Terimakasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun