Pulau Lombok merupakan pulau kecil yang berada di provinsi Nusa Tenggara Barat. Pulau ini dikenal dengan sebutan pulau seribu masjid. Selain keindahan alamnya, berkunjung ke beberapa desa wisata di pulau Lombok tentunya akan menambah pengetahuan baru mengenai adat istiadat masyarakat sekitar yang masih terjaga dengan baik. Desa adat sebagai bentuk bagian dari warisan budaya nusantara.
Dengan adanya desa-desa adat tersebut, maka Indonesia memiliki keberagaman budaya yang tetap lestari. Bahkan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan lokal ataupun mancanegara. Banyak wisatawan yang penasaran mengenai kehidupan suku tertentu di pulau yang begitu indah ini. Budaya Peresean adalah salah satu warisan leluhur nenek moyang masyarakat Lombok. Budaya ini hingga sekarang masih dilestarikan dan selalu dihadirkan setiap tahun pada musim kemarau dan momentum perayaan-perayaan kedaerahan maupun nasional.
Atraksi Budaya Peresean awalnya dilakukan dengan mencari anak-anak pemuda terkuat, yang kini menjadi ajang dalam memperkuat persaudaraan antar daerah dan antar agama. "Peresean merupakan bagian dari warisan nenek moyang kita di Pulau Lombok, salah satu warisan budaya yang tidak bisa kita tinggalkan," ungkap Bondan selaku petarung Peresean Lombok. Peresean juga diyakini oleh masyarakat setempat sebagai ritual meminta hujan saat musim kemarau panjang tiba. Kini, Peresean menjadi tradisi budaya yang diminati oleh para wisatawan.
Dalam Peresean, petarung akan diawasi oleh wasit yang akrab disebut dengan pakembar. Dalam satu "pertandingan", ada dua pakembar yang mengawasi, satu untuk di luar area dan lainnya di tengah area. Petarung tidak dipersiapkan sebelumnya dan peserta dipilih secara acak dari kerumunan masyarakat yang menyaksikan acara ini. Penonton juga boleh mengajukan diri sebagai pepadu (petarung).Â
Pepadu akan berhadapan sambil mengayunkan penjalin ke arah lawan, seperti sedang mencambuk. Bagian tubuh yang boleh menjadi sasaran cambuk adalah kepala, pundak dan punggung, sedangkan bagian bawah kaki (paha) tidak diperbolehkan. Pepadu lainnya boleh menangkis serangan menggunakan ende (tameng) dan membalas serangan dengan cara yang sama. Aksi saling cambuk itu membuat suasana menjadi tegang dan seru.Â
Ditambah lagi Peresean diiringi dengan musik pengiring yang terdiri dari gong, kendang, rincik, simbal, dan suling sehingga suasana menjadi meriah. Pakembar akan menghentikan pertandingan ketika ada salah satu pepadu yang terluka atau berdarah. Jika selama pertandingan belum ada yang terluka, maka Peresean akan terus dilanjutkan hingga ronde kelima, tergantung kesepakatan awal. Kemudian, pakembar akan melihat siapa yang memiliki luka paling sedikit, maka dialah pemenangnya.
Kebudayaan dan masyarakat merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dua unsur tersebut menjadi satu kesatuan dalam menjalankan fungsi dan perannya ditengah kehidupan sehari-hari. Tanpa adanya kebudayaan, masyarakat menjadi liar karena tidak adanya unsur-unsur atau nilai-nilai yang terkandung dalam kehidupan suatu masyarakat tersebut. Pengaruh kebudayaan di suatu masyarakat sangat dipengaruhi oleh tradisi-tradisi yang berkembang dari nenek moyang.
 Tradisi tersebut kemudian dijadikan norma,nilai dan keyakinan dalam bertindak pada masyarakat dan dianut oleh generasi penerus mereka sehingga turunlah tradisi tersebut kepada anak-anak yang selanjutnya diadopsi dari generasi secara turun-temurun.
Peresean tersebut bisa dikaitkan dengan teori sosiologi budaya, hal ini dikarenakan bahwa sosiologi budaya dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan oleh masyarakat yang bagaimana mereka melakukan sebuah interaksi yang dilakukan dalam kehidupan sehari -- hari untuk dapat dikatakan sebagai kebudayaan dalam masyarakat. Budaya masyarakat ini mencakup segala aspek mulai dari sistem pengetahuan, keyakinan, bahasa, kesenian, mata pencaharian, dan lain-lain.
Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang satu sama lain saling membutuhkan. Makhluk sosial itu sendiri dapat diartikan sebagai setiap manusia pasti akan melakukan interaksi dengan manusia lainnya. Dengan adanya interaksi itu, hubungan manusia satu dengan manusia lainnya akan terjalin dengan baik. Interaksi sosial ini sudah terjadi mulai dari lingkungan keluarga, kemudian lingkungan sekolah, lingkungan pekerjaan, dan lain-lain. Hampir semua aktivitas yang dilakukan oleh setiap manusia membutuhkan interaksi sosial dengan orang lain. Peresean bisa dikaitkan dengan teori pendekatan struktural fungsional.
 Teori fungsional memiliki asumsi utama, yaitu melihat masyarakat sebagai suatu sistem yang di dalamnya terdapat subsistem, keseluruhan subsistem tersebut memiliki tugas dan fungsinya masing-masing. Persean bisa dikaitkan dengan teori pendekatan struktural fungsional dari Emile Durkheim, teori ini mengatakan bahwa "culture" atau budaya baik yang bersifat materiil maupun immateril mempunyai kekuatan untuk menjaga nilai solidaritas, itu dapat wujudkan dengan cara individu berpartisipasi dalam sebuah ritual ataupun kebudayaan, artinya individu ikut melestarikan dan juga menjaga eksistensi kebudayaan tersebut, sehingga semakin kuat nilai-nilai kebudayaan tersebut yang pada akhirnya akan menguatkan solidaritas kelompok masyarakat dengan saling menguatkan dalam menjaga kebudayaan masyarakat setempat.