Kebijakan fiskal merupakan salah satu instrumen utama yang digunakan oleh pemerintah dalam mengatur perekonomian suatu negara. Subsidi BBM adalah salah satu kebijakan fiskal yang sering diterapkan, terutama dalam rangka menjaga stabilitas harga dan mengendalikan inflasi. Subsidi BBM bertujuan untuk menjaga harga bahan bakar minyak tetap terjangkau bagi masyarakat, sehingga dapat meminimalkan dampak kenaikan harga bahan bakar minyak terhadap biaya hidup dan kegiatan ekonomi secara keseluruhan.
Pentingnya stabilisasi harga tidak bisa diabaikan dalam konteks perekonomian. Fluktuasi harga yang signifikan dapat menyebabkan ketidakpastian ekonomi, mengganggu kestabilan sosial, dan mempengaruhi daya beli masyarakat. Bahan bakar minyak memiliki peran kunci dalam hal ini, karena merupakan komoditas utama dalam transportasi dan produksi.
Salah satu manfaat utama dari subsidi BBM adalah pengendalian inflasi. Ketika harga bahan bakar minyak naik, biaya produksi dan transportasi juga cenderung meningkat, yang kemudian dapat mendorong kenaikan harga barang dan jasa secara umum. Dengan menjaga harga BBM tetap rendah melalui subsidi, pemerintah berharap dapat meredakan tekanan inflasi yang mungkin timbul.
Selain itu, subsidi BBM juga berdampak pada stabilitas harga. Harga bahan bakar minyak yang stabil sangat penting bagi perencanaan bisnis dan industri. Ketika harga bahan bakar minyak fluktuatif, bisnis dan industri sering kali mengalami ketidakpastian dalam merencanakan produksi, distribusi, dan biaya operasional mereka. Dengan adanya subsidi BBM yang menjaga harga bahan bakar minyak tetap stabil, bisnis dan industri dapat membuat rencana jangka panjang yang lebih akurat, mengurangi ketidakpastian, dan meningkatkan efisiensi operasional mereka.
Tidak hanya bagi sektor industri, subsidi BBM juga berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat secara umum. Subsidi BBM membantu mempertahankan daya beli masyarakat, terutama bagi mereka yang bergantung pada transportasi pribadi atau menggunakan produk-produk yang terkait dengan biaya transportasi. Ketika harga bahan bakar minyak tinggi, biaya transportasi juga cenderung meningkat, yang dapat memberikan beban tambahan bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang memiliki pendapatan rendah.Â
Dengan adanya subsidi BBM yang menjaga harga bahan bakar minyak tetap terjangkau, masyarakat dapat menghemat pengeluaran mereka untuk transportasi dan memiliki lebih banyak sumber daya untuk digunakan dalam kebutuhan lainnya, meningkatkan kesejahteraan mereka secara keseluruhan.
Namun, meskipun memiliki manfaat yang signifikan, kebijakan subsidi BBM juga dihadapkan pada sejumlah tantangan dan kritik. Salah satu tantangan utama adalah beban besar bagi anggaran pemerintah. Ketika harga minyak dunia naik, biaya subsidi BBM yang dikeluarkan oleh pemerintah juga meningkat, sehingga meningkatkan tekanan terhadap anggaran pemerintah. Hal ini dapat mengganggu keseimbangan anggaran dan mengurangi ruang untuk pengeluaran pada sektor-sektor lain yang juga penting.
Selain itu, subsidi BBM juga sering dimanfaatkan oleh golongan yang tidak tepat sasaran. Misalnya, kendaraan mewah atau industri besar seringkali mendapatkan manfaat dari subsidi BBM, padahal mereka seharusnya mampu membayar harga penuh bahan bakar minyak. Selain itu, subsidi BBM juga dapat mengurangi insentif untuk beralih ke teknologi ramah lingkungan, karena harga bahan bakar minyak yang rendah membuat alternatif energi yang lebih bersih menjadi kurang kompetitif secara ekonomi.
Pelepasan subsidi BBM juga menjadi tantangan tersendiri. Ketika pemerintah mencoba mengurangi atau menghapus subsidi BBM, hal ini sering menimbulkan resistensi dan protes dari masyarakat yang terbiasa dengan harga murah. Pengurangan atau penghapusan subsidi BBM dapat mengakibatkan kenaikan harga bahan bakar minyak yang signifikan, yang kemudian dapat memicu protes dan ketidakpuasan dari masyarakat yang terkena dampaknya. Pemerintah perlu mempertimbangkan dengan hati-hati dampak sosial dan ekonomi dari pelepasan subsidi ini serta menyusun strategi yang tepat untuk mengatasi resistensi tersebut.
Sebagai contoh, pada tanggal 3 September 2022, Indonesia mengalami kenaikan harga BBM subsidi. Pertalite naik dari Rp7.650 per liter menjadi Rp10.000 per liter, solar subsidi naik dari Rp5.150 per liter menjadi Rp6.800 per liter, dan BBM non-subsidi Pertamax naik dari Rp12.500 menjadi Rp14.500. Keputusan ini diambil oleh pemerintah sebagai langkah untuk mengurangi beban subsidi yang semakin meningkat, sekaligus mengalihkan sebagian dana subsidi ke berbagai bentuk bantuan sosial.
Presiden Joko Widodo mengumumkan bahwa sebagian dari subsidi BBM akan dialihkan untuk memberikan bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan, seperti bantuan tunai untuk keluarga tidak mampu dan subsidi upah bagi pekerja dengan gaji rendah. Meskipun harga BBM subsidi naik, pemerintah tetap mengalami peningkatan anggaran subsidi dan kompensasi energi.Â