5. Selo: 6.112 keluarga dengan 21.125 jiwa
6. Klego: 6.093 keluarga dengan 23.137 jiwa
7. Juwangi : 5.683 keluarga dengan 20.733 jiwa
8. Wonosamodro: 5.561 keluarga dengan 20.104 jiwa
9. Ngemplak: 5.335 keluarga dengan 22.401 jiwa
10. Karanggede: 5.332 keluarga dengan 20.708 jiwa
Kemiskinan ini tidak semata mata terjadi tanpa adanya sebab, banyak penyebab mengapa kemiskinan ini ada di kabupaten Boyolali, diantara lain :
- Rendahnya upah pekerja
Pemberian upah ini telah diatur dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 18 Tahun 2022 tentang penetapan upah minimum tahun 2023. UMK Kabupaten Boyolali tahun 2022 yakni Rp 2.010.299,30. Namun apakah semua pekerjaan terkhusunya buruh harian lepas merasakannya. Banyak sekali kasus pekerja yang hanya dibayar Rp 70.000,00  satu hari dengan hari kerja selama 5 hari, jika ditotal maka satu bulan hanya mendapat Rp  1.400.000,00. Dan akhirnya banyak yang memilih untuk merantau agar dapat memenuhi kebutuhan mereka dengan layak.
- Kurangnya tingkat keahlian
Jumlah pengangguran di Boyolali tiap tahunnya antara 7.000-8.000 orang. Jumlah ini terus naik setiap tahun. Padahal pada data tahun 2021, Jumlah pencari kerja mencapai 7.829 orang, sedangkan lowongan kerja yang tersedia 16.637. Didominasi perusahaan dan pabrik garment yang tersebar di beberapa kecamatan.
Hal ini terjadi karena selama ini, mayoritas perusahaan mencari calon tenaga kerja yang sudah berpengalaman, sedangkan pencari kerja didominasi mereka yang baru lulus SMA/SMK maupun perguruan tinggi.
Lalu mengapa rendahnya upah dan kurangnya tingkat keahlian serta pengangguran mempengaruhi kemiskinan. Jika ditarik akar masalahnya kemiskinan sudah pasti bersumber dari kurang mampuan untuk memenuhi kebutuhan dalam hal ekonomi. Jika upah rendah namun kebutuhan hidup tinggi maka akan terjadi kekurangan.
Sama hal nya dengan keahlian-pengangguran. Jika banyak Perusahaan mencari tenaga kerja ahli namun sumber daya manusianya tidak terlatih maka mereka tidak akan dilirik Perusahaan tersebut, walaupun jumlah lowongan lebih besar dibanding dengan jumlah pencari kerja, Perusahaan tidak mau membuang waktu dengan sumber daya manusia yang tidak terlatih. Akhirnya hal ini akan berujung pada pengangguran. Jika menganggur maka tidak mempunyai penghasilan dan akhirnya akan jatuh pada garis kemiskinan.
Untuk memberantas itu Pemerintah Boyolali banyak membuat kebijakan salah satunya dengan mendirikan BLK atau Badan Latihan Kerja. Nantinya pencari kerja bisa difasilitasi untuk mendapatkan pelatihan di Balai Latihan Kerja . Mulai dari program keahlian menjahit, teknik mesin, teknik informatika, pengoperasian mesin bubut, pertukangan hingga boga.
 Jika calon pekerja ini menempuh progam keahlian menjahit mereka saat lulus bisa bekerja di pabrik-pabrik garment ataupun menjadi penjahit rumahan. Apalagi di boyolali banyak sekali terdapat pabrik garment. Kemudian, jika mereka menerima pelatihan mesin, mereka dapat mendirikan bengkel atau bekerja pada pabrik motor dan sebagainya.