Pada tanggal 29 Desember 2023 pasar saham atau Bursa Efek Indonesia (BEI) telah ditutup perdagangannya, BEI ditutup di Indekas Harga Saham Gabungan (IHSG) di 7.270.Â
BEI menginformasikan sesuatu hal yang cukup penting pada saat menutup perdagangan bursa saham, yakni Market Cap dari BEI yang berjumlah sebesar 11.762 Trilliun, sangat besar bukan?Â
Tapi ada satu hal yang cukup janggal menurut saya disini, apa itu?, yakni jumlah uang beredar kita. Saya mencoba membuat hipotesis sederhana didalam pikiran mengenai hal ini, saya melihat data dari BANK INDONESIA (BI) bahwa total jumlah uang beredar per November 2023 berjumlah sebesar 8.573 Trilliun, jumlah ini jauh lebih kecil ketimbang market cap Bursa Saham kita yang di angka 11.762 Trilliun.
Hal ini menimbulkan pertanyaan didalam pikiran saya, apakah selisih antara market cap bursa saham kita dengan jumlah uang beredar merupakan bentuk nilai imajiner yang dibangun oleh para investor dan spekulan saham?
Apakah logika nya keliru?, kalau keliru tolong berikan pendapat kawan-kawan di kolom komentar ya...
Lagi pula total jumlah seluruh uang beredar ini apakah benar-benar beredar diantara 270 juta masyarakat Indonesia?, atau hanya berpusat disekeliling orang-orang kaya saja, atau 1% orang di Indonesia saja?
Bagi saya distribusi uang beredar kepada masyarakat luas sangat penting untuk dilakukan, karena jika itu dilakukan dengan baik dan benar, maka roda ekonomi akan berputar dengan baik.
Hal ini saya pandang cukup berkeadilan apabila dilakukan dengan tepat, karena tindakan bank sentral untuk print uang baru dan menambah jumlah uang beredar tentu akan mengakibatkan inflasi atau penurunan nilai mata uang dan kenaikan harga-harga bahan pokok, apabila uang beredar yang terus bertambah tidak terdistribusi dengan baik kepada masyarakat tentu ini akan menyengsarakan rakyat.
Tentu sudah kita ketahui bersama dan sudah menjadi rahasia umum pula bahwa 90% uang beredar di Indonesia hanya dikuasai oleh 1% orang-orang kaya di Indonesia, dan sisanya yang 10% berputar ditengah-tengah masyarakat yang 99% sisanya, hal inilah yang membuat kesenjangan ekonomi terus meningkat.
Saya pikir solusi dari persoalan semacam ini memanglah kita harus meningkatkan secara masif pendanaan terhadap UMKM atau UKM, mempermudah regulasi pengajuan dana pinjaman untuk masyarakat dan pengusaha kecil, dan menurunkan suku bunga.
Saya kira solusi semacam ini akan cukup efektif untuk menumbuhkan nilai ekonomi kita.Â
Sekaligus juga pasar saham yang lebih baik dan sehat, sekaligus coba kita pelajari juga bagaimana caranya membuat bursa saham untuk para pedagang kecil dan UMKM dengan syarat-syarat tertentu, agar UMKM juga punya peluang untuk mendapatkan modal atau pendanaan dari masyarakat yang berperan sebagai investor.
Saya kira kalau kita lakukan hal ini, maka ekonomi kita akan semakin bertumbuh, kuat dan sustainable.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H