Mohon tunggu...
tegarsianipar
tegarsianipar Mohon Tunggu... Freelancer - "Si Vis Pacem, Para Bellum"

Buku, Saham, Musik, Bola dan Imajinasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tujuan Tertinggi Hidup Manusia

17 Juni 2023   20:15 Diperbarui: 17 Juni 2023   20:36 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mencari ketenangan ditempat makan Puncak penatapan (Sumber : Dokpri)

Jawabannya adalah TIDAK.

Kenapa?, karena setiap pikiran dan sudut pandang manusia itu berbeda-beda, ada yang suka manis ada yang suka pedas. Beda-beda, tidak ada satu definisi atau asas tunggal yang tepat untuk mendefinisikan arti kebahagiaan secara personal.

Namun jika kita katakan arti bahagia adalah hal apapun yang dapat dilakukan atau diperoleh oleh seseorang dan hal itu membuatnya senang, mungkin bisa saja semua sepakat akan hal itu.

Namun jika ditanya apa hal yang membuat mu BAHAGIA?, maka pastinya jawaban setiap orang akan berbeda.

Bagi saya sendiri Bahagia adalah jika saya berada dalam satu kondisi batin yang sangan tenang, raga yang sangat bebas dan keheningan yang menyelimuti saya. bagi saya itu saja sudah cukup, mungkin akan dianggap terlalu abstrak, tapi ya begitulah kebahagiaan bagi saya, abstrak. Saya pernah mengalaminya ketika saya bisa tidur dengan nyaman dan tenang, dan waktu naik gunung juga saya pernah alami.

Kebahagiaan yang bagaimana yang anda butuhkan?, lakukanlah itu, apa guna kerja bagus dan berwibawa, dipenuhi semua ornamen kemewahan, uang yang banyak bisa punya dan beli banyak hal, apa guna semua itu kalau anda tidak BAHAGIA?

Kesimpulan yang saya ambil adalah kebahagiaan tidak selalu berkorelasi dengan kemewahan, uang yang banyak, tahta, istri atau pasangan yang cantik, atau apapun itu, semua itu tidak dapat mengartikan kebahagiaan.

Kebahagiaan berasal dari batin. Batin lah yang bisa menyetujui suatu kondisi yang sudah kita alami apakah kondisi bahagia atau tidak. Material hanyalah faktor yang mungkin berkontribusi untuk mencapai kebahagiaan, namun tidak berarti juga kalau tidak ada material manusia tidak dapat bahagia. 

Bahagia ternyata berasal dari dalam, bukan luar. dari batin, dari pikiran, dari raga yang tenang, damai, dan bebas lepas.

Oleh karena itu dapat kita simpulkan jika tujuan hidup tertinggi manusia adalah mencapai kebahagiaan, maka kita harus berhenti dan membatalkan pemusatan pikiran bahwa kebahagiaan berasal dari faktor-faktor luar, melainkan dalam.

Dengan demikian kita mampu memahami apa yang harus kita kejar dan tuju, yakni faktor apapun yang mampu membuat batin, pikiran, raga dan jiwa kita tenang. Mampu merasakan kedamaian yang sangat dahsyat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun