Mohon tunggu...
tegarsianipar
tegarsianipar Mohon Tunggu... Freelancer - "Si Vis Pacem, Para Bellum"

Buku, Saham, Musik, Bola dan Imajinasi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menunggu Kematian

8 Mei 2023   23:53 Diperbarui: 8 Mei 2023   23:57 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sunyi itu semakin mendekat

Kekosongan jiwa merayap ke pikiran
Tubuh tidak dapat lagi mengontrol
Kematian tampak semakin dekat

Debu naik berterbangan
Besi ayunan itu kini berkarat
Akar pohon yang besar tidak lagi diduduki
Sunyi, sepi, bersamaan datang dengan badai kekosongan jiwa

Hancurkan saja jalan aspal itu
Pukul 00:00 masih ada yang bekerja
Membenturkan palu ke tanah
Kesunyian itu tetap tinggal di tengah riuh

Puisi ini menunggu tintanya habis
Dibalik jari yang memanifestasi pikiran
Dalam kehancuran kita tetap dipaksa bertahan
Pada kerapuhan yang terus memanggil untuk hilang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun