Aku melihat kaca, melihat mata itu
Dan berseda gurau pada masa lalu
Kulihat banyak tawa dan riang
Tapi sama saja, sedih juga
Dinding itu kian dinginÂ
Tak kunjung disapa siang
Tak ada yang dapat kembali ke masa lalu
Hanya ada cahaya, yang samar-samarÂ
Aku membayangkan tentang masa depan
Diantara mawar dan melatiÂ
Hitam yang sama kian pekatÂ
Mengunjungi malam yang sama di persimpangan pikiran
Rintik hujan mulai membasahi tanah
Tak rumit, namun merabah jauh ke masa depan
Angka-angka itu tak kunjung berhenti bicaraÂ
Terus mengajak ku bercerita sampai larut malam
Tak ku ingin yang lainÂ
Hanya satu ingin, bersama mu dan bersama malamÂ
Berjalan kaki saja
Bercerita, sambil mengelupas kulit kelengkeng itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H