Sibuk dan pintar menganalisis berbagai macam hal di dunia, telihat pintar dan cerdas, sungguh membosankan
Berfilsafat sampai ke luar angkasa, mengkaji segala hal yang ada di dunia disertai dengan omong kosong
Masalahnya apa?Â
Jauh saya berfilsafat, tapi tak kenal diri sendiri
Siapa sih saya?Â
Saya ini bagaimana?Â
Apa sih maksud semua ini?, apa sih?Â
Kenalkah saya dengan diri saya sendiri?, atau hanya sembunyi di balik puisi?
Sedih, refleksi diri ilmu yang begitu sulit
Saya harus diam, saya harus tenang, tapi itu begitu sulitÂ
Lebih mudah memahami orang lain dan dunia ketimbang diri sendiri
Bagaimana lakon ini harus dimainkan, kalau scrip hidup sendiri tak terbacaÂ
Akibat emosi ini semua, aku salahkan diaÂ
Kenapa?Â
Emosi membuat semua perkakas mengenal diri sendiri enggan untuk menghampiri lagiÂ
Tidurkan saja!, haha kenapa? kamu tidak sanggup memahami dirimu sendiri?, kamu stres?Â
Apa kabar dunia?, mari kita satu lawan satu sajaÂ
Jangan paksa aku mengenal diriku sendiri, karna aku tidak kenalÂ
Mari hujan, petir datanglah kalian, mari kita pergi melihat alam bakaÂ
Kesedihan tak sanggup kutanggung, kesendirian, dan kesepian tak sanggup kuhadapi, buat apa cerdas
Kecerdasan adalah kepalsuan
Kekayaan juga demikianÂ
Kecukupan apalagiÂ
Semua hanya sugesti dunia, buat apa?Â
Adakah yang bahagia?Â
Aku hanya menghibur diri dengan senar gitar ku dan nada kesunyianya
Bagaimana bukankah dunia tempat yang menyenangkan?Â
Alam baka ingin kulihat, harus kulihat, biar bisa kubandingkan
Tidak bisa jawab malaikat itu, apa kau sudah gila?, alam baka tempat orang mati!Â
Yasudah kenapa kau suruh aku menjawab enak tidak di dunia, dunia tempat orang hidup!Â
Sementara aku belum pernah mengunjungi alam kematian, bagaimana mungkin aku dapat memandingkan!
Bawa aku segera!Â
Laksana gemuruh menyiksa batinÂ
Datang dari atas awan melayang-melayangÂ
Menantikan petir menghujam tubuhkuÂ
Gugurkan saja aku, atau aku harus ke atas gunung dahulu?Â
Aku tidak mau melihat air mataÂ
Aku hanya mau menikmati desir angin di sekeliling wajahku, sebelum kematian menjemputkuÂ
Aku ingin mati diatas gunung
Bersama kedamaiannya
Namun bagaimana keluarga ku?Â
Bagaimana mereka?, aku tidak sanggup meninggalkan merekaÂ
Jadi haruskah kita kembali ke dunia dan menikmati sakit tak mengenal diri sendiri
Iya, rasakan dan nikmatilah itu.