Mohon tunggu...
tegarsianipar
tegarsianipar Mohon Tunggu... Freelancer - "Si Vis Pacem, Para Bellum"

Buku, Saham, Musik, Bola dan Imajinasi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jika Langit Memberi Jawab Tentang Siapa Aku

17 November 2022   12:24 Diperbarui: 17 November 2022   12:29 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sibuk dan pintar menganalisis berbagai macam hal di dunia, telihat pintar dan cerdas, sungguh membosankan

Berfilsafat sampai ke luar angkasa, mengkaji segala hal yang ada di dunia disertai dengan omong kosong

Masalahnya apa? 

Jauh saya berfilsafat, tapi tak kenal diri sendiri

Siapa sih saya? 

Saya ini bagaimana? 

Apa sih maksud semua ini?, apa sih? 

Kenalkah saya dengan diri saya sendiri?, atau hanya sembunyi di balik puisi?

Sedih, refleksi diri ilmu yang begitu sulit

Saya harus diam, saya harus tenang, tapi itu begitu sulit 

Lebih mudah memahami orang lain dan dunia ketimbang diri sendiri

Bagaimana lakon ini harus dimainkan, kalau scrip hidup sendiri tak terbaca 

Akibat emosi ini semua, aku salahkan dia 

Kenapa? 

Emosi membuat semua perkakas mengenal diri sendiri enggan untuk menghampiri lagi 

Tidurkan saja!, haha kenapa? kamu tidak sanggup memahami dirimu sendiri?, kamu stres? 

Apa kabar dunia?, mari kita satu lawan satu saja 

Jangan paksa aku mengenal diriku sendiri, karna aku tidak kenal 

Mari hujan, petir datanglah kalian, mari kita pergi melihat alam baka 

Kesedihan tak sanggup kutanggung, kesendirian, dan kesepian tak sanggup kuhadapi, buat apa cerdas

Kecerdasan adalah kepalsuan

Kekayaan juga demikian 

Kecukupan apalagi 

Semua hanya sugesti dunia, buat apa? 

Adakah yang bahagia? 

Aku hanya menghibur diri dengan senar gitar ku dan nada kesunyianya

Bagaimana bukankah dunia tempat yang menyenangkan? 

Alam baka ingin kulihat, harus kulihat, biar bisa kubandingkan

Tidak bisa jawab malaikat itu, apa kau sudah gila?, alam baka tempat orang mati! 

Yasudah kenapa kau suruh aku menjawab enak tidak di dunia, dunia tempat orang hidup! 

Sementara aku belum pernah mengunjungi alam kematian, bagaimana mungkin aku dapat memandingkan!

Bawa aku segera! 

Laksana gemuruh menyiksa batin 

Datang dari atas awan melayang-melayang 

Menantikan petir menghujam tubuhku 

Gugurkan saja aku, atau aku harus ke atas gunung dahulu? 

Aku tidak mau melihat air mata 

Aku hanya mau menikmati desir angin di sekeliling wajahku, sebelum kematian menjemputku 

Aku ingin mati diatas gunung

Bersama kedamaiannya

Namun bagaimana keluarga ku? 

Bagaimana mereka?, aku tidak sanggup meninggalkan mereka 

Jadi haruskah kita kembali ke dunia dan menikmati sakit tak mengenal diri sendiri

Iya, rasakan dan nikmatilah itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun