Mohon tunggu...
tegarsianipar
tegarsianipar Mohon Tunggu... Freelancer - "Si Vis Pacem, Para Bellum"

Buku, Saham, Musik, Bola dan Imajinasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

PR yang Terlalu Banyak Menyebabkan Siswa Malas ke Sekolah, Berikut Ide dan Solusinya

27 Oktober 2022   21:59 Diperbarui: 27 Oktober 2022   22:17 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi : Detikcom

"Tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan serta memperhalus perasaan." - Tan Malaka

Selamat malam rekan-rekan pembaca kompasiana, kali ini saya akan menuliskan artikel yang mengulas tentang "PR untuk anak sekolah", diartikel kali ini saya akan membagi ulasan saya kedalam 2 bab, semoga bermanfaat dan selamat membaca. 

Mendapat topik pilihan tentang dunia pendidikan dengan tema khusus "Siswa Tak Lagi Diberikan PR", saya langsung semangat untuk mengulas nya lewat artikel ini karena ini hal yang saya alami langsung sebagai pelajar dan saya dari dulu kepikiran untuk menyampaikan ide sederhana saya terkait hal ini, langsung saja kita ulas. 

Bab I  "Dampak PR Yang Terlalu Banyak Diberikan Guru Kepada Siswa di Sekolah"

Membaca berita yang cukup menarik perhatian mengenai penerapan kebijakan 'membebaskan pelajar dari PR (pekerjaan rumah) yang dilakukan oleh pemkot surabaya mulai 10 November mendatang.

"Sekolah-sekolah di Surabaya boleh saja memberikan PR kepada para pelajar. Namun, tidak boleh terlalu banyak, saya harap meskipun ada PR tapi tidak terlalu berat dan terlalu banyak, yang penting adalah pertumbuhan karakter mereka," ujar pak Eri Cahyadi selaku walikota surabaya.

Jadi artinya bukan PR bakal tidak ada sepenuhnya, melainkan boleh ada tapi tidak terlalu banyak, artinya porsi nya dikurangi. Saya rasa langkah dan pemikiran dari pemkot surabaya ini merupakan langkah jenius dan berani. 

Beginilah seharusnya pemkot atau pemda berani membuat keputusan terkait kebijakan daerahnya tidak selalu menunggu keputusan pusat dari mendikbud. Selagi dinilai langkah tersebut mampu memberikan manfaat yang baik, dan tujuannya pun baik pula. 

Sepengalaman saya sewaktu masih di bangku sekolah dari mulai SD,SMP,SMK,sampai saya tamat KULIAH. Saya rasa PR yang terlalu banyak dari guru memang terbilang memberatkan siswa, bahkan cenderung berakibat membuat siswa takut ke sekolah jika teringat ada PR dari salah satu mata pelajaran yang belum siap padahal akan dikumpulkan hari itu, apalagi PR dari mata pelajaran yang terkenal gurunya cukup killer.

Hal ini saya perhatikan juga terjadi kepada adik perempuan saya yang masih SD kelas 6, saya pernah lihat situasi dimana disuatu pagi dia sedang sibuk mengerjakan PR nya, sambil di sulangi makan oleh ibu saya dan saya liat dia tergesa-gesa ditambah lagi sambil dimarahin ibu saya karena dia lupa mengerjakan PR nya, saya mengamati adik saya tersebut jadi merasa tertekan untuk sekolah hari itu, walau akhirnya dia saya antarkan ke sekolah dan PR nya siap dikerjakan dalam waktu sekejap. 

Saya juga mengamati seringkali teman-teman sekelas saya tidak siap mengerjakan PR, ujung-ujung nya mengerjakan nya disekolah, mengakali nya dengan cara cepat-cepat datang kesekolah sebelum jam masuk, misal jam masuk jam 07.15 WIB, teman-teman saya yang belum siap PR biasanya jam 07.00 sudah di kelas dan berharap mencontek dari kawan yang sudah siap, termasuk kadang saya juga sih yang melakukanya hehehe. Sekedar mengenang masa lalu hehehe.

Per hari ini ketika menulis artikel ini saya merenungkan bahwa memang benar PR yang diberikan guru terlalu banyak membuat siswa cenderung merasakan tekanan mental untuk datang ke sekolah, yang padahal seharusnya anak-anak ditanamkan rasa bahagia, senang, riang-gembira untuk datang ke sekolah bukanya malah dihantui perasaan takut dimarahi karena tidak siap PR, takut dihukum, dan berbagai cara lainya untuk menyalahkan siswa yang tidak siap PR.

BAB II  "IDE & SOLUSI"

Ketika kami mendapatkan PR yang dikerjakan secara berkelompok, saya merasa senang. Bisa belajar sambil bermain bersama teman-teman, kami juga didorong untuk berdiskusi dalam menyelesaikan PR kami, akibatnya terbentuklah aliran pikiran, aliran ide, gagasan dari berbagai macam sudut pandang ataupun isi kepala. 

Apalagi tema belajar nya dibuat seperti kelompok diskusi lalu nanti hasil nya diperdebatkan antar kelompok, ini sangat asik dan menggairahkan niat belajar kami semua, niat baca, mencari tahu, problem solving. Misalnya dibuatlah suatu topik atau contoh kasus tentang suatu mata pelajaran, mata pelajaran apapun itu. Kemudian siswa dibagi kedalam tiga kelompok misalnya, kelompok A,B, dan C, nah nantinya kelompok-kelompok ini dimintai tanggapan nya dan diadu gagasanya nya dengan kelompok yang lainya, sehingga terbentuklah adu ide, adu konsep, adu gagasan dalam suatu persoalan. 

Saya yakin jika ini diterapkan dengan baik, ini akan mampu mendongkrak tingkat pendidikan, budaya malas ke sekolah, budaya takut ke sekolah, budaya anak merasa tidak senang berada di sekolah akan lenyap. 

Begitu juga dengan metode pengajaran dan pembelajaran yang memberikan soal quiz ke siswa, saya dulu sangat senang apabila diberikan soal quiz oleh guru yang metode pengajaran nya senang memberikan soal, kami diberikan soal kemudian siapa yang diluan menjawab dan benar akan mendapatkan poin atas jawabanya. 

Menurut saya metode soal quiz semacam itu akan menambah rasa kompetisi siswa, merangsang otak untuk berpikir dan mencari jawaban, merangsang otak berpikir untuk mengingat tentang pelajaran nya yang lalu, karena tentu saja soal yang diberikan adalah tentang pelajaran yang sudah dipelajari. Saya pernah baca dan lakukan ini adalah teknik "Re call" Dalam metode dunia pengajaran, yang artinya memanggil ulang ingatan kita tentang tema yang dipelajari dan dipersoalkan, tentu saja ini bagus terhadap menjaga ketahanan memori siswa.

Hahhh (menghembuskan nafas), banyak sekali ide menarik yang saya rasa mau saya ungkapkan dan luapkan terkait dunia pendidikan dan teknik pengajaran yang lebih menyenangkan dan jauh dari situasi membosankan yang membuat siswa malas ke sekolah, namun saya bukanlah tenaga pengajar atau guru, saya hanya orang yang ingin menyumbangkan sedikit ide lewat artikel ini. 

Jadi menurut saya langkat dari pemkot surabaya ini, merupakan suatu langkah jenius dan gebrakan yang berani terkait keputusan daerah tentang pendidikan wilayah mereka, semoga bisa dicontoh dan diikuti oleh walikota-walikota lainya di indonesia. 

Demikian sedikit pendapat saya tentang PR untuk siswa sekolah, semoga bisa bermanfaat dan berguna untuk perkembangan dunia pendidikan, terimakasih.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun