Mohon tunggu...
tegarsianipar
tegarsianipar Mohon Tunggu... Freelancer - "Si Vis Pacem, Para Bellum"

Buku, Saham, Musik, Bola dan Imajinasi

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

100 Tahun Eka Tjipta Widjaja, Mengenang Perjalanan Hidup Sang Petarung

2 September 2022   23:39 Diperbarui: 2 September 2022   23:41 802
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kemuliaan datang dari orang yang mau melawan takdir" mungkin kalimat dari orang bijak tersebutlah yang pertama kali muncul di benak saya ketika memikirkan sosok Eka Tjipta Widjaja.

Mempelajari sejenak perjalanan kisah hidup beliau, Tentu saja membuat api semangat anak muda menjadi berkobar-kobar, Apalagi mereka yang memimpikan dirinya ingin menjadi pengusaha yang sukses suatu saat nanti tentunya harus belajar banyak dari perjalanan hidup pak Eka Tjipta Widjaja.

Dalam hal memperingati 100 Tahun Eka Tjipta Widjaja, Tampaknya kita harus sedikit kembali kebelakang melihat masa dimana beliau berjuang untuk hidup yang ditempuhnya.

Eka Tjipta Widjaja lahir Pada tanggal 27 Februari 1921  di Quanzhou, Tiongkok. Beliau lahir dalam kondisi keluarga yang miskin ayahnya adalah pedagang di makassar.

Pada saat usia nya baru 9 Tahun beliau bersama ibunya memutuskan untuk berangkat menyusul ayahnya ke makassar dengan menaiki kapal yang memakan waktu perjalanan 7 hari 7 malam, berangkatlah mereka dengan hanya bermodalkan $5.

Sesampainya di makassar Eka Tjipta Widjaja bekerja membantu ayahnya berjualan di toko yang kecil, Eka Tjipta Widjaja sempat bersekolah namun hanya sampai lulus Sekolah Dasar, Beliau tidak dapat melanjutkan pendidikan nya karena kondisi pada saat itu sedang susah.

Namun disinilah akar pelajaran pertama akan kita mulai, Didalam kondisi yang serba kesulitan itu, Eka Tjipta Widjaja tidak menyerah. Karena tidak sekolah lagi dirinya memutuskan untuk berjualan biskuit, permen dan aneka jajanan lainnya dari toko ayahnya dengan menggunakan sepeda.

Pada saat Usianya 15 Tahun, Eka Tjipta Widjaja mencari pemasok kembang gula dan biskuit untuk berbisnis dibidang tersebut, Bisnis nya pun berkembang, Dalam kurun waktu 2 bulan ia bisa meraup keuntungan 20 rupiah yang digunakannya untuk membeli becak.

Lagi-lagi Eka Tjipta Widjaja memberikan pelajaran berharga dalam kisahnya, pelajaran yang bisa kita petik adalah saat usaha nya berkembang dan mendapatkan keuntungan dia menggunakan keuntungan tersebut untuk membeli becak yang tentu saja ini akan menjadi aset untuk mengembangkan usahanya.

Beliau tidak cepat puas dan langsung menghabiskan keuntungannya untuk membeli hal-hal yang hanya sekedar untuk senang-senang, namun dia memikirkan bagaimana keuntungan tersebut dapat digunakan untuk mengembangkan usahanya dengan membeli barang yang bisa digunakan untuk mengembangkan usahanya.

Kembali badai datang kedalam hidupnya dan seolah menjadi mesin penguji mental dan kekuatannya dalam menghadapi kehidupan yang tidak pernah adil, saat usahanya mulai berkembang jepang datang ke Indonesia yang saat itu masih bernama hindia belanda, Bisnis Eka Tjipta Widjaja pun hancur.

Namun bukan Eka Tjipta Widjaja namanya jika kehabisan akal dalam kesulitan hidup, Ia betul-betul seorang pejuang, Seorang petarung hidup yang tangguh. Dalam masa-masa sulit hindia belanda dijajah oleh jepang, beliau tidak kehabisan akal.

Eka Tjipta Widjaja beralih ke bisnis penjualan terigu, semen, gula, dan barang kebutuhan lainnya . Tahun 1945 ketika jepang menyerah datanglah seorang kontraktor hendak memborong semen untuk membuat kuburan orang kaya, lagi-lagi nalar intelijen beliau menangkap ini sebagai peluang. Ia langsung beralih profesi untuk menggarap proyek pembuatan kuburan mewah tersebut dan menjadi seorang kontraktor kuburan.

Setelah semen dan beton habis ia berhenti menjadi kontraktor pembuatan kuburan, Lagi-lagi tak kehabisan akal ia melanjutkan usaha nya dengan berdagang kopra (daging buah kelapa yang dikeringkan) dan memperoleh keuntungan yang besar , ia berkeliling seperti pengembara mendatangi daerah sentral penjualan kopra yang murah, Dan menjual nya kembali dengan harga yang lebih mahal sehingga mendapatkan keuntungan.

Seolah ingin terus melawan kehidupan dan berperang terus pada takdir, Eka Tjipta Widjaja mencari peluang lain untuk dijadikannya usaha, Eka Tjipta Widjaja mencoba peruntungannya dengan menjual gula, teng-teng, dan wijen. Ketika bisnis nya mulai menanjak naik, Harga gula turun drastis bisnis Eka Tjipta Widjaja rugi besar.

Karena rugi besar Eka Tjipta Widjaja terlilit hutang, Modal nya habis ia kemudian menjual harta benda miliknya seperti mobil sedan, jip, perhiasan keluarga termasuk cincin kawinnya untuk melunasi hutang-hutangnya.

Tidak kenal kata menyerah dalam kamus hidupnya, Pada saat umurnya menginjak 37 Tahun Eka Tjipta Widjaja kembali memutuskan untuk mengarungi hidup, Ia berlayar ke Surabaya, Kali ini ia mencoba bisnis kebun kopi dan kebun karet di jember .

Pada tahun 1962 Eka Tjipta Widjaja mendirikan CV. Sinar Mas dan mulai berbisnis membuat bubur kertas dari sisa-sisa pengolahan karet. Tahun 1968 ia membalas kembali serangan kehidupan, Eka Tjipta Widjaja mendirikan pabrik minyak goreng PT.Bitung Manado Oil di Manado dengan merk Bimoli yang sampai saat ini adalah minyak goreng dengan kualitas terbaik yang menjadi konsumsi minyak goreng favorit keluarga di Indonesia.

Usaha-Usaha yang dijalankan Eka Tjipta Widjaja terus berkembang , Tahun 1972 Eka Tjipta Widjaja mendirikan Tjiwi Kimia perusahaan yang bergerak dibidang bahan kimia yang ia ubah namanya menjadi pabrik Pulp and Paper Sinar Mas Group dan terus melanjutkan membangun bisnis-bisnis besar lainya.

Seolah-olah ia telah memukul mundur hidup di medan perangnya sendiri yaitu kehidupan. Ia melucuti badai yang berkecamuk menerpa dirinya sepanjang hidup, Mental nya sudah tertempah, Jadi berkat cobaan-cobaan yang terus menerpa nya silih waktu berganti.

Menurut penghitungan Globe Asia, Eka Tjipta Widjaja tercatat memiliki aset bersih senilai US$ 13,9 miliar (Rp 195 triliun) di tahun 2018 dan berada di peringkat kedua orang terkaya di Indonesia.

Bisa kita bayangkan?, Dari seorang pria miskin penjual biskuit dengan menggunakan sepeda, Kemudian memiliki kekayaan bersih 195 triliun?, Bisakah kita bayangkan itu?, Melihat perjalanan hidup pak Eka Tjipta Widjaja tentu saja kita belajar bahwa cobaan yang datang silih berganti menerpa kita adalah teman berlatih terbaik untuk menglahkan kehidupan yang tak pernah adil.

Bagi saya secara pribadi hal yang paling saya soroti ketika mencoba menulis artikel ini adalah, Beliau itu hanya tamatan SD, Hidup nya terus diterpa masalah, Namun kejernihan akal dan pikiran yang terus berpikir untuk menangkap peluang itulah yang saya salutkan.

Beliau lewat perjalanan hidupnya membuktikan sekaligus membatalkan paradigma "kalau mau sukses minimal harus gelar sarjana", "kalau mau jadi pengusaha harus ada ini dulu ada itu dulu", "kalau mau jadi pengusaha berhasil harus punya banyak modal", semua filosofi kuno ini akhirnya terbantahkan dengan kisah hidup beliau.

Penulis hampir menganggap ini kisah mustahil dan tidak masuk akal, Bagaimana bisa seorang yang diterpa masalah sedemikian rupa terlilit hutang dan sampai harus menjual cincin kawinnya bisa bangkit lagi dan kembali bertarung melawan takdir, Dia tidak pernah menyerah melawan kehidupan yang terus menjegalnya dan membuatnya terjatuh.

sumber : Jawaban.com
sumber : Jawaban.com

Melawan, bertempur, terus berpikir, menangkap peluang di tengah keadaan kacau, Yang saya herankan bagaimana mungkin beliau tetap dapat berpikir jernih ketika dalam situasi kemelut seperti itu.

Namun terlepas dari itu semua ketika ia sudah berhasil menundukkan keadaan ia tidak lupa untuk berbagi pengalaman hidupnya dan berbagi apa yang ia miliki.

Terbukti Pada tahun 2006, Eka Tjipta Widjaja mendirikan Eka Tjipta Foundation (ETF), suatu organisasi nirlaba yang bertujuan untuk meningkatkan pendidikan dan konservasi lingkungan di Indonesia. Pendanaan sepenuhnya berasal dari Keluarga Eka Tjipta .

Sebanyak 80% dari anggaran ETF dialokasikan untuk program pendidikan, seperti beasiswa pendidikan sarjana dan fellowship untuk penelitian dan pendidikan master dan doktoral setiap tahunnya.

Beasiswa tersebut diberikan melalui Program Tjipta Sarjana Bangun Desa (TSBD), yaitu program yang dirancang untuk membantu mahasiswa berprestasi yang diutamakan berasal dari sekitar wilayah unit-unit usaha Sinar Mas.

Atas karyanya dalam bidang filantropi, pada Maret 2010 Forbes Asia memasukan Eka Tjipta Widjaja sebagai satu dari "48 Heroes of Philanthropy". Kemudian pada bulan Juli, 2010, ETF meraih rekor dari Museum Rekor Indonesia (MURI) untuk kategori "Pemberi Beasiswa S1 terbanyak untuk kurun waktu tertentu" (2007/2008 - 2008/2009). Selama periode tersebut, ETF telah memberikan beasiswa kepada 2.018 mahasiswa berprestasi di 30 universitas mitra ETF di seluruh Indonesia.

Eka Tjipta Widjaja meninggal Sabtu, 26 Januari 2019 pukul 19:43 WIB, pada usia 97 tahun di kediamannya, Menteng, Jakarta Pusat. Jenazahnya disemayamkan di Rumah Duka RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta. Eka Tjipta Widjaja dikuburkan di makam keluarganya pada 2 Februari 2019, yang terletak di Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Sosok beliau sebagai pengusaha tangguh tentu akan terus menjadi inspirasi masyarakat Indonesia yang ingin menjadi pengusaha, Jasanya dan sumbangsinya untuk negeri ini akan terus diingat dan dikenang. Pikiran dan kisah hidupnya akan terus dipelajari dan dikaji sebagai contoh nyata sosok seorang petarung kehidupan yang tangguh, bermental baja serta dermawan.

"Saya sungguh menyadari, saya bisa seperti sekarang karena Tuhan Maha Baik. Saya sangat percaya Tuhan, dan selalu ingin menjadi hamba Nya yang baik"

Eka Tjipta Widjaja

Terkenang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun