Kelopak mata saya diperiksa dengan seksama. Kemudian, saya duduk di depan sebuah alat. Alatnya selintas sama seperti kalau kita ingin memeriksa mata kita minus atau tidak. Dagu saya ditempelkan ke dudukan alat tersebut, kemudian saya mengikuti arahan yang dokter instruksikan.
Setelah kelopak mata saya diperiksa. Kemudian dokter Endang menjelaskan apa yang terjadi dengan mata saya. Mendengar penjelasannya, Saya berasa mahasiswa kedokteran yang sedang koas. Penjelasannya detail dan mudah dipahami.
Menurut beliau, bintitan itu terjadi karena kelenjar minyak yang berada di kelopak mata tersumbat. Karena tersumbat itulah maka menyebabkan terjadinya pembengkakan pada kelopak mata.
Masih menurut beliau, proses terjadinya bintitan hampir sama dengan terjadinya bisul pada bagian tubuh lain. Yang membedakan adalah lapisan kulit tempat terjadinya.
Bintitan bahasa kedokterannya adalah "hordeolum". Jika tidak ditangani dengan benar atau tidak kunjung sembuh, hordeolum bisa menyebabkan "kalazion". Jika bintitan berubah menjadi "kalazion" maka salah satu pengobatannya adalah dengan cara diinsisi (pembedahan ringan).
Dari hasil konsultasi saya dengan dokter Endang, tata laksana pengobatan bintitan atau hordeolum bisa dengan cara mengompres bagian kelopak mata dengan air hangat yang ditetesi oleh betadine. Durasi kompres dengan air hangat kurang lebih selama lima menit.Â
Selain itu memang ada beberapa obat minum pereda nyeri dan antibiotik serta salep untuk mata. Dokter Endang juga menyarankan penderita bintitan harus menghindari makanan yang banyak menganduk minyak, seperti gorengan, kacang-kacangan, dan telur.
Dan hari ini hari ke -9 dan mata saya masih bintitan. Doakan saya lekas sembuh ya kawan-kawan Kompasianer.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H