Sidang dugaan penistaan agama yang didakwa kepada Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, sampai saat ini masih terus berlanjut, berbagai saksi dihadirkan guna diminta kesaksiannya terkait benar atau tidak Ahok dianggap melecehkan agama Islam atau tidak.
Pada sidang keempat belas, Selasa 14 Maret 2017 yang digelar di Auditorium Kementerian Pertanian (Kementan), Jalan RM Harsono, Jakarta Selatan, tim kuasa hukum Ahok menghadirkan Suyanto, mantan sopir Ahok saat tinggal di Bangka Belitung.
Suyanto menuturkan, pada suatu kesempatan Ahok memintanya untuk menunaikan shalat Jumat, sementara Ahok menyebutkan dirinya akan menunggu di dalam mobil. Sebagai sopir keluarga, tentu Sunyoto sangat paham prilaku majikannya tersebut.
Ia juga mengaku pernah menginap di rumah Ahok, dan menjelaskan bahwa anaknya berteman baik dengan Nicholas Sean Purnama, yang merupakan anak sulung Ahok. Bahkan Nicholas juga sering mengingatkan anaknya untuk menjalankan ibadah shalat.
Menurut Sunyoto, Ahok tinggal dilingkungan perkampungan biasa dan sering membantu pembangunan Masjid. Bahkan menurut Suyanto, Ahok pernah pula menaikkan haji beberapa orang di kampungnya.
Apa yang telah disampaikan Sunyoto dalam persidangan tersebut merupakan bentuk pengakuan yang tulus dari sosok yang mengenal Ahok lebih dekat. Karena sering bersama-sama, ia dapat menjelaskan karena melihat sikap tenggang rasa yang tinggi pada diri Ahok dan keluarganya.
Sementara, saat ini banyak yang mencoba menyimpulkan tentang Ahok berangkat dari “katanya”, sesuai dengan informasi yang berkembang tidak jelas pula dari mana sumbernya, dan ada motif apa pula dibalik bergulirnya rumor-rumor yang sering mendiskreditkan Ahok, termasuk yang berkesimpulan bahwa ia telah menistakan agama.
Jika menyimak pengakuan Sunyoto, rasanya sangat tidak masuk akal sekali jika Ahok bermaksud melecehkan agama Islam dari ucapannya saat di Kepulauan Seribu. Sunyoto telah menunjukkan kepada kita siapa sejatinya seorang Ahok yang terbukti memiliki kepedulian yang tinggi pada saudara-saudaranya yang beragama muslim.
Malah seharusnya kita dapat belajar dari Ahok tentang berbuat baik tanpa melihat suku, agama, maupun ras. Sepantasnya jugalah kita untuk berkaca diri, jangan-jangan kita sendiri belum menyumbang untuk pembangunan masjid, apalagi memberangkatkan orang ke tanah suci. Tidak ada salahnya kita belajar bagaimana berbuat baik dari seorang Ahok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H