Asrama yang sudah berumur 25 tahun ini, pernah menampung hingga seratus orang. Betapa riuhnya suasana yang ada. Terbayang khan anak perempuan berkumpul dalam satu tempat ? tinggal di asrama adalah sebuah pilihan yang paling rasional. Sekolah masuk jam 7. Rumah mereka berjarak berkilo-kilo meter dari  lokasi, jika ada moda transportasi pasti tidak masalah. Jangankan untuk transportasi untuk makan saja seringkali banyak anak yang harus putus sekolah. Ibu Asrama seringkali menekan perasaannya dalam-dalam ketika melihat anak asramanya harus pulang kerumah ditengah jalan karena kehabisan biaya. Dan si anak dengan muka lesu menahan isak kembali kerumah.
Ketika melihat ini semua saya jadi merefleksikan dengan kondisi yang ada di rumah saya di bogor, betapa beruntung setiap orang bisa melanjutkan sekolah dengan lebih mudah, begitu banyak pilihan, begitu banyak kesempatan. Ketika seorang anak masuk kedalam sekolah. Tugas utamanya hanya satu belajar yang rajin dan bertanggung jawab agar menjadi pintar. Tak perlu repot memanggul kayu bakar dari rumah, bahan makanan dan yang lain. Karena semua sudah tersedia. Dan sedihnya tetap ada aja yang harus DO.
Saya sangat kagum dengan persistensinya mereka untuk berani memilih sekolah hidup terpisah dari orang tua. Untuk mencapai sebuah cita mulia, memperoleh apa yang menjadi hak asasi hak dasar mereka sebagai anak, Â pendidikan. Kalau melihat ini banyak sekali PR yang harus dikerjakan bangsa ini untuk menjadi bangsa yang lebih baik. Agar semua orang punya akses yang sama terhadap pendidikan.