Mohon tunggu...
Tegar Darmawan
Tegar Darmawan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Hai Saya Muhamad Tegar Darmawan, saya cinta buku buku pemikir tokoh nasional, biografi tokoh nasional, sastra. Dan saat ini saya tengah belajar di mesir

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Penyesalan bagi pelajar

24 Januari 2025   15:34 Diperbarui: 24 Januari 2025   15:34 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"suasana hari ini sangat cerah, tenang, dan nikmat" pikirku,
Aku berjalan jalan didaerah kuburan dan berkata "nampaknya kelak suasana hari terasa gelap, suram, dan penuh akan kegelisahan"
Aku duduk duduk dipinggiran kuburan sana dan memandanginya "baru usia 20 tahun tapi nampaknya melesat seperti peluru, mungkin ini yang dikatakan ahli kubur"

Jiwaku terasa ditarik kedalam kubur dan merasakan kesengapan yang dan ketidak tenangan tiada tara, ku lihat penghuni kubur menghampiriku dan berkata "apakah anda pelajar?",
Ku jawab "iya"
"Saya juga pelajar, tapi kau tau, jalan sebagai pelajarku hanya sebatas ujian demi ujian, gaji demi gaji, juga popularitas, pada akhirnya namaku hanya butiran debu tertiup angin, selama hidupku hanya gelisah pada perkara nilai, keuangan, dan kurangnya pengikut"
Dia melanjutkan "kalau dirimu seperti itu, apa yang engkau jawab saat ditanyai pertanggung jawaban?"
"Aku harus bagaimana?" Kataku
"Dia yang mempelajari ilmu diantara permasalahan demi permasalahan umat, sehingga ucapannya layaknya kunci permasalahan umat, jika demikian namamu abadi, jasamu abadi, apa yang ditanyai di hari pertanggung jawaban mudah engkau jawab, tapi itu berlaku yang bertekad dari dulu, dan mengenali permasalahan umat secara rinci

 disamping itu, ilmu yang dia punya menjelma menjadi teman diskusimu dalam diam yang terpatri dalam hati, nasihat hati tidak pernah berdusta tentang dirimu juga yang paling tau tentang dirimu, maka engkau pasti mengikutinya dan menjadi sahabat sehidup sematimu.
"Ucapanmu indah, bagaimana mengetahui ini semua"
"Penyesalan adalah sebaik baik nasihat, tapi tidak berarti lagi bagiku"
"Apakah aku harus menyesal dahulu baru mendapat nasih terbaik lainnya sepertimu?"
"Sebaik baik nasihat selagi hidup ialah diskusi dalam diam dengan hatimu"

Tak lama saya sadar dari lamunanku, aku bertanya tanya "siapa yang berkata denganku sebelumnya?"
Tiba tiba hatiku berkata "aku, aku yang kau besar dengan ilmu dan cinta"

18 januari 2024

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun