Mohon tunggu...
tegar bayu prasetyo
tegar bayu prasetyo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa - Universitas Mercu Buana

NIM : 42319010076 - Dosen Pengampu : Prof Dr Apollo, M.Si.Ak,CA,CIBV,CIBV, CIBG - Desain Komunikasi Visual

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Etika Jawa Kuno

6 Mei 2023   07:44 Diperbarui: 6 Mei 2023   07:48 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pandangan hidup Etika Jawa juga menekankan pentingnya kesederhanaan dan keteladanan dalam hidup. Etika Jawa mengajarkan manusia untuk tidak hanya fokus pada kepentingan diri sendiri, tetapi juga memperhatikan kepentingan masyarakat dan lingkungan sekitar.

Secara keseluruhan, Etika Jawa dapat dianggap sebagai pandangan hidup yang memandang bahwa kehidupan harus dijalani dengan keseimbangan, harmoni, kebenaran, dan kebijaksanaan. Etika Jawa juga menekankan pentingnya menghormati nilai-nilai kebudayaan dan adat istiadat, serta memperhatikan kepentingan masyarakat dan lingkungan sekitar dalam setiap tindakan dan keputusan yang diambil.

sumber : Nusantara News.
sumber : Nusantara News.

Keselarasan dalam Etika Jawa

Keselarasan atau "harmoni" dalam Etika Jawa dikenal sebagai konsep "Rukun", yang dianggap sebagai prinsip dasar dalam kehidupan masyarakat Jawa. Konsep Rukun ini meliputi prinsip-prinsip keselarasan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti hubungan antara manusia dengan Tuhan, hubungan antara manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan alam, dan hubungan antara bagian-bagian dari kehidupan manusia itu sendiri.

Prinsip-prinsip keselarasan atau Rukun dalam Etika Jawa dapat dijelaskan sebagai berikut:

  • Rukun agama: Menghormati agama dan kepercayaan orang lain serta menjaga hubungan harmonis dengan Tuhan.
  • Rukun negara: Menghormati negara dan menjaga ketertiban, keamanan, dan kebersihan lingkungan.
  • Rukun tetangga: Membantu dan menjalin hubungan harmonis dengan tetangga.
  • Rukun keluarga: Menghormati orang tua, menjaga harmoni dalam keluarga, dan memenuhi kewajiban keluarga.
  • Rukun pekerjaan: Melakukan pekerjaan dengan jujur, bertanggung jawab, dan menghormati hak-hak pekerja lainnya.
  • Rukun hidup: Menjaga keseimbangan dalam kehidupan, seperti mengatur waktu, mengonsumsi makanan yang sehat, serta menjaga kesehatan fisik dan mental.
  • Rukun sosial: Menjalin hubungan yang harmonis dengan orang lain dalam masyarakat dan menghargai perbedaan pendapat.
  • Rukun budaya: Mencintai dan menghargai budaya lokal serta menjaga kelestariannya.

Keselarasan atau harmoni dalam Etika Jawa dianggap penting untuk mencapai keseimbangan dan kebahagiaan dalam kehidupan. Konsep Rukun ini menjadi panduan bagi masyarakat Jawa untuk menjalani kehidupan yang seimbang dan harmonis dengan Tuhan, sesama manusia, alam, dan diri sendiri.

Sumber --sumber dalam Etika Jawa

 

Sumber-sumber dalam Etika Jawa dapat ditemukan dalam berbagai bentuk, seperti tradisi lisan, teks-teks kuno, seni dan budaya, serta ajaran agama yang diwarisi dari masa lalu. Beberapa sumber utama dalam Etika Jawa antara lain:

  • Kitab Pararaton: Merupakan salah satu sumber sejarah yang menceritakan sejarah kerajaan-kerajaan di Jawa. Kitab Pararaton juga mengandung nilai-nilai etika yang dijadikan sebagai pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari.
  • Kitab Nagarakretagama: Merupakan sumber sejarah yang menceritakan tentang kejayaan Kerajaan Majapahit pada abad ke-14. Kitab ini juga mengandung berbagai nilai etika Jawa.
  • Kidung Sunda: Merupakan puisi lama dalam bahasa Jawa Kuna yang berisi nilai-nilai etika dan kebijaksanaan yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
  • Kesenian tradisional: Seni tradisional seperti wayang kulit, gamelan, dan tari Jawa juga menjadi sumber nilai-nilai etika Jawa. Setiap pertunjukan seni tradisional Jawa mengandung pesan moral dan nilai-nilai yang dapat diambil sebagai pedoman hidup.
  • Ajaran agama: Islam, Kristen, dan Hindu-Buddha memiliki pengaruh besar dalam Etika Jawa. Ajaran agama yang diwarisi dari masa lalu mengandung nilai-nilai etika yang penting bagi masyarakat Jawa dalam menjalani kehidupan.

Sumber-sumber dalam Etika Jawa terus berkembang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya nilai-nilai etika dalam kehidupan masyarakat Jawa.

Sultan Agung Mataram dan Etika Jawa Kuno

Sultan agung merupakan raja dari Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1613 -- 1645 yang memiliki nama asli Raden Mas Rangsang. Sultan Agung merupakan putra dari Prabu Hanyokrowati dan Ratu Mas Adi Dyah Banowati. Beliau naik tahta pada usia yang ke 20 tahun. Semasa hidupnya, Sultan Agung memiliki delapan serat karya

Serat Sastra Gendhing adalah salah satu karya sastra Jawa kuno yang dianggap penting dalam sejarah kebudayaan Jawa. Serat Sastra Gendhing merupakan sebuah teks sastra berbahasa Jawa yang ditulis dalam bentuk prosa yang memuat cerita tentang kehidupan kerajaan Jawa pada abad ke-16.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun