Mohon tunggu...
TEGAR SATRIA
TEGAR SATRIA Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa Universitas Duta Bangsa Surakarta Fakultas Ilmu Komputer.

Perkenalkan, Nama saya Tegar Satria akrab disapa Tegar.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ujian Akhir Semester 1 Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam

14 Januari 2024   23:00 Diperbarui: 14 Januari 2024   23:05 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. Ekonomi Islam didasarkan pada prinsip-prinsip syariah Islam, yang mencakup berbagai aspek kehidupan, termasuk ekonomi. Prinsip-prinsip ini mencakup aturan-aturan terkait dengan transaksi, investasi, larangan riba, distribusi pendapatan, dan tanggung jawab sosial. Ekonomi Islam menawarkan pendekatan yang universal dan dapat digunakan oleh siapapun, dengan fokus pada keadilan, keseimbangan, dan kesejahteraan umat. Sistem ekonomi Islam juga menekankan distribusi pendapatan yang adil sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam.

  • Peran ekonomi Islam dalam kesejahteraan umat meliputi beberapa aspek, seperti:
  • Meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dan kelangsungan hidup
  • Memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian
  • Memulihkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan menangani masalah kesejahteraan social
  • Meningkatkan kemampuan, kepedulian, dan tanggungjawab sosial dunia usaha dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan
  • Meningkatkan kemampuan dan kepedulian masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial

secara melembaga dan berkelanjutan Dalam konteks ekonomi Islam, kesejahteraan umat diperoleh melalui penerapan prinsip syariah, seperti pemberian dan pengendalian dana abadi (wakaf) dan pengendalian zakat Wakaf dan zakat ini digunakan untuk mendukung kesejahteraan umat, seperti pendidikan, kesehatan, dan kewarganegaraan Selain itu, ekonomi Islam juga menekankan pengelolaan tanah wakaf untuk membantu masyarakat dan mencapai kesejahteraan umat.

2. Akhlak, atau perilaku terpuji, memainkan peran penting dalam mempengaruhi hubungan manusia dalam masyarakat. Sifat-sifat terpuji memberikan jaminan keselamatan kehidupan manusia dalam berbagai aspek, termasuk hubungan dengan Allah, kehidupan pribadi, bermasyarakat, dan negara Akhlak yang baik juga memengaruhi kesejahteraan spiritual dan material, serta memainkan peran dalam memulihkan fungsi sosial, menciptakan kemandirian, dan meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan menangani masalah kesejahteraan sosial Dengan demikian, akhlak yang baik memiliki dampak yang signifikan dalam memperbaiki hubungan antarmanusia dan dalam mencapai kesejahteraan masyarakat.

3. Hukum Islam diterapkan dalam kehidupan sehari-hari melalui berbagai aspek, seperti ibadah, muamalah, dan akhlak. Beberapa contohnya termasuk:

  • Membayar Zakat: Umat Islam wajib membayar zakat sebagai bagian dari kewajiban mereka. Zakat merupakan sumbangan wajib yang diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya, seperti fakir miskin, asnaf, dan lainnya
  • Jujur dalam Berdagang: Hukum Islam mewajibkan umatnya untuk jujur dalam berdagang, termasuk dalam hal memenuhi timbangan dan takaran. Hal ini mencakup larangan terhadap penipuan, penggelapan, dan praktik tidak jujur lainnya
  • Berbuat Adil: Hukum Islam mendorong umatnya untuk berbuat adil dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam hubungan sosial dan bisnis. Hal ini mencakup memberi perlakuan yang adil kepada semua pihak tanpa memandang status sosial, suku, atau latar belakang lainnya
  • Menjaga Akhlak: Hukum Islam juga mendorong umatnya untuk menjaga akhlak dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam interaksi sosial, pekerjaan, dan kehidupan pribadi. Hal ini mencakup larangan terhadap perilaku buruk dan mendorong praktik-praktik yang baik dan terpuji

Dengan menerapkan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari, umat Islam diharapkan dapat menjalani kehidupan yang sesuai dengan ajaran agamanya dan menciptakan masyarakat yang adil, berkeadilan, dan bermoral.

5. Agama Islam menjadi pedoman dalam melaksanakan politik yang baik dengan menyediakan beberapa prinsip dan konsep yang dapat diadopsi oleh umat Muslim dalam menjaga politik yang adil, berkeadilan, dan bermoral. Berikut adalah beberapa cara agama Islam menjadi pedoman dalam politik:

  • Prinsip al-Adalah, al-Musawa, dan al-Hurriyyah: Islam menyediakan tiga prinsip politik umum, yaitu prinsip al-Adalah (rang hakim memilih pemimpin), prinsip al-Musawa (memilih pemimpin yang memiliki kemampuan dan kemahiran), dan prinsip al-Hurriyyah (memilih pemimpin yang memiliki kemampuan dan kemahiran, dan memiliki kemandirian dalam mengevaluasi kebijakannya)
  • Pemisahan Politiik dan Agama: Agama dan politik dalam Islam dapat dipisah-pisah, meskipun keduanya saling melengkapi. Islam memberikan pedoman bagi seluruh kehidupan umat manusia, termasuk dalam politik
  • Pengaturan Urusan-Urusan Manusia: Dalam Islam, politik mendapat kedudukan dan tempat yang hukumnya bisa menjadi wajib. Pengaturan urusan-urusan manusia, seperti pengurusan negara, merupakan tugas politik yang harus dilakukan oleh umat Muslim
  • Konsultasi dan Kesepakatan: Dalam demokrasi Islam, konsultasi dan kesepakatan antara pemimpin dan masyarakat merupakan prinsip penting. Pemimpin harus menghargai kewarganegaraan dan mendengarkan pendapat masyarakat dalam mengevaluasi kebijakan dan keputusan politik
  • Pemimpinan yang Bersifat Khilaf dan Mukhtar: Agama Islam menekankan pemimpinan yang bersifat khilaf (mengarah kepada Allah) dan mukhtar (memilih pemimpin yang memiliki kemampuan dan kemahiran). Pemimpin harus memiliki kualifikasi politik yang sesuai, seperti pemahaman politik dan kemampuan memimpi          

Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip ini, umat Muslim dapat menjaga politik yang baik dan menciptakan masyarakat yang adil, berkeadilan, dan bermoral

5. Konflik agama dapat memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap stabilitas politik suatu negara. Beberapa dampak negatif tersebut antara lain:

  • Ancaman terhadap Keamanan Negara: Konflik agama dapat mengancam keamanan suatu negara, terutama jika konflik tersebut melibatkan kelompok-kelompok yang memiliki perbedaan agama. Hal ini dapat mengganggu ketertiban dan stabilitas, serta berpotensi memicu konflik berskala besar
  • Krisis Kemanusiaan: Konflik agama yang intens dapat berujung pada krisis kemanusiaan, termasuk pembunuhan, pembantaian, dan pengusiran massal. Hal ini akan berdampak buruk pada masyarakat, terutama bagi kelompok minoritas dan rentan
  • Polarisasi Masyarakat: Konflik agama cenderung memperdalam polarisasi dalam masyarakat, memecahbelah hubungan antarwarga, dan menciptakan ketegangan antaragama. Hal ini dapat melemahkan kerukunan sosial dan mempersulit upaya rekonsiliasi
  • Politik Identitas: Konflik agama juga dapat memicu politik identitas yang memecahbelah, di mana perbedaan agama digunakan sebagai alat untuk kepentingan politik. Hal ini dapat mengganggu stabilitas politik dan menghambat pembangunan Negara

Dengan demikian, konflik agama dapat menjadi ancaman serius bagi stabilitas politik suatu negara, dan upaya untuk mencegah serta menyelesaikan konflik tersebut sangat penting untuk memastikan keberlangsungan perdamaian dan kemajuan bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun