Objek visual poster didominasi oleh illustrasi dua orang petani, masing-masing membawa cangkul dan skop, topi caping, tidak beralas kaki, salah satunya bertelanjang dada, ada juga yang membawa kaos dalam, memakai celana pendek, background illustrasi menggambarkan suasana ladang, dari bentuk tumbuhannya seperti ladang jagung, illustrasi tidak berwarna, cukup hitam putih dengan mengandalkan gelap terangnya pencahayaan, penggerjaan gambar illustrasi serupa dengan tekhnik inking atau sketsa dengan tinta, penggunaan tipografi ada 2, yakni sans sherif dan vernacular, untuk sans sherif terdapat pada kalimat ”Patjoel Skop, poesat pendjoealan diseluruh Indonesia:Wahido Shoten, kali besar barat 29-telp,kota,1188-1208 dan 1322, Djakarta-Kota’’, menggunakan typografi yang simple bersih tanpa ornamen, dari sisi layout memainkan ukuran tiap susunan kata, ada yang ditulis dengan font size besar dan sebaliknya, seperti “Wahido Shoten” dan ”patjoel Skop” ditulis dengan warna merah darah, untuk vernacular terdapat pada kalimat ”dan alat jang teroetama bagai paman tani” di tulis dengan block warna hitam. Outline poster berupa garis yang cukup tebal berwarna merah darah menjadi aksen pembatas antara objek poster dengan sisi luar poster, sudut pembatas berupa setengah melingkar.
Illustrasi menggambarkan rakyat Indonesia dikala itu yang mayoritas sebagai tukang, menurut buku Psikologi Komunikasi 1986 karangan Jalaluddin Rakhmat, tokoh illustrasi petani tidak memperlihatkan ekspresi entah senang maupun sedih, terkesan datar, gesture kepala menunduk merupakan bentuk ketundukan seseorang atau ketakutan terhadap sebuah hal, bisa saja mengalami tekanan, depresi maupun stress, pakaian yang seadanya merepresentasikan kehidupan yang kurang mapan, kalimat “Patjoel dan Skop alat jang teroetama bagai paman tani” dengan illustrasi 2 orang berprawakan pribumi, Wahido Shoten secara tidak langsung ingin menyampaikan sekaligus menawarkan bahwa khalayak Indonesia cocok memakai pacul dan skop, seperti layak untuk dijadikan tenaga buruh untuk mengatasi permasalahan diladang.
Jepang memiliki pendangan yang berbeda dari beberapa negara lain seperti Eropa dan Amerika Serikat mengenai faham dan fungsi desain grafis propaganda terutama poster, Jepang beranggapan bahwa tujuan dari propaganda ialah mempengaruhi khalayak untuk ikut serta dalam mewujudkan cita-cita bersama sebuah bangsa, sebelumnya negara lain hanya mengartikan sebagai langkah media dalam mengelabuhi massa.
Jepang tidak hanya membuat poster untuk tujuan propaganda dibidang politik dan militer, namun mereka turut membuat poster untuk hiburan berupa poster propaganda film yang dibawah naungan “Nippon”, meski dari visualnya tetap terlihat unsur militer dan tidak menutup kemungkinan berisi politik, terlihat sosok pejuang jepang dengan teknik cetak lithografi penggambaran animatik semi realis, poster ini berukuran 97 x 62 cm, pewarnaan cukup menggunakan blok warna hitam dan putih, sehingga terkesan simple dan elegan, typografi yang dipakai berupa jenis sans sherif dan huruf jepang di beberapa sudut poster, tak lupa illustrasi pendukung berupa tank Jepang yang memperlihatkan bagaimana mereka menyerang yang diwakili oleh simbol ledakan dan tembakan peluru tank, warna illustrasi tersebut berupa cream untuk warna fill object dan coklat sebagai shading, background berwarna merah maroon dengan guratan garis putih yang merepresentasikan sebuah gerakan, angin atau laju kendaraan, poster tersebut menjelaskan kegagahan Nishiezoemi sebagai pengendara tank yang mampu menjadi seorang pahlawan bagi negaranya, selain itu mampu merubah mind-set khalayak pribumi bahwasannya pahlawan sejati mereka ialah Nishiezoemi.
Kesimpulan dari ketiga poster tersebut memiliki kesamaan yakni dalam pemakaian kosa-kata untuk bagian headline maupun sub-headline menggunakan bahasa Indonesia dengan ejaan lama namun tidak menutup kemungkinan masih banyak kata atau kalimat yang masih menggunakan bahasa Jepang, warna poster cenderung memakai warna merah karena berhubungan dengan warna lambang negara Jepang, warna yang diaplikasikan bermain teknik blok-blok warna yang simple, kebanyakan menggunakan typografi jenis sans sherif dan di bold.
poster propaganda yang dihadirkan jepang memiliki unsur yang nyentrik, perpaduan antara bahasa Indonesia dengan ejaan lamanya dengan bahasa Jepang, sering kali poster Jepang mudah diidentifikasi dari nama yang dihadirkan, entah itu nama untuk sebuah produk, memperkenalkan aktor atau tokoh dan sebagainya, penonjolan kalimat "Asia Timur Raya" sering didapati dalam poster Jepang di-era 1937 hingga 1945, illustrasi kerap berupa gambar dengan style simple semi realis, ada juga beberapa poster yang menggunakan foto figur namun didalamnya terdapat unsur Indonesia dan Jepang entah kostum, pernak-pernik khas, dan simbol-simbol kepercayaan.
Oleh:
Teguh Setiarso (1412327024)
DKV-Reguler
Program Studi S-1 Desain Komunikasi Visual