Tanahnya Subur, Masyarakatnya Rukun
Keindahan alam jawa timur sangatlah menajubkan. Hamparan pegunungan dan rindangnya pepohonan di lereng semeru merupakan bagian alam yang indah untuk dinikmati.Jalan berkelok dan bukit terjal, seakan bukan satu rintangan berarti saat melakukan perjalanan menuju kawasan pegunungan semeru. Gunung Semeru yang berada di salah satu Kabupaten Lumajang Jawa Timur ini adalah gunung tertinggi di pulau jawa. Pemandangan alamnya nampak sangateksotis.
Menurut Geografis, Gunung Semeru sendiri adalah puser gunung-gunung di tanah jawa. Bila kita menuju kawasan Gunung Semeru akan nampak beberapa gunung-gunung yang mengelilinginya. Seperti gunung bromo dan gunung batok. Bila di musim dingin gunung batok tidak begitu jelas terlihat, selain lebih rendah dengan gunung bromo, kabut tebal pun sering menyelimuti puncak dari gunung batok. Hanya nampak terlihat hamparan lautan pasir yang terlihat dan hijaunya rumput kecil menjadi hiasan lereng gunung batok.
Selain gunung dan bukit, di kaki Gunung Semeru juga terdapat sebuah desa terpencil yang letaknya terputus dengan desa yang lain, yaitu Desa Ranupane. Di desa ini sangat sejuk hawanya. Sehingga tanaman sayuran tumbuh subur dikawasan ini. itulah mukjizat alam yang tidak mampu diprediksi oleh manusia. Hanya kuasa tuhan yang mampu mengaturnya. Konon tanah kawasan Desa Ranupane Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang ini dahulu dikuasai oleh bangsa belanda selama penjajahan.
Masyarakat ranupane sendiri merupakan keturunan dekat suku tengger yang berada di Gunung Bromo. Tradisi dan adatnyapun sama. Setiap pagi mata pencarian mereka adalah bertani sayuran. Selain itu memancing ditelaga ranupane juga sebagai hiburan masyarakat disana. Asal-usul masyarakat tengger ini, selain dari cerita dewi roro anteng dan joko seger. Mereka juga dipercaya merupakan keturunan warga majapahit yang tidak mau memeluk agama islam. Karena gejolak peperanganmereka melarikan diri dari serbuan pasukan demak. Mereka percaya bahwa dewi roro anteng dan joko seger adalah penyelamat desa ranupane. Sehingga berimbas tradisi kasada dikawasan itu. Maka setiap pada 14 bulan purnama adalah hari kasada di Gunung Bromo
Perayaan kasad sendiri sebagai simbol persembahan atau selamatan mengirim hasil bumi ke kawah gunung bromo bagi masyarakat keturunan tengger. Agar anak turun suku tengger di ranupane diberi keselamatan dan mudah rejekinya.. Tradisi itulah yang sampai kini tetap dilestarikan oleh masyarakat desa ranupane senduro. Meskipun sudah modern mereka masih tetap percaya dalam upacara adat leluhurnya. Karena tradisi tersebut sudah mengakar di penduduk Desa Ranupane Kecamatan Seduro Kabupaten Lumajang Jawa Timur. Meski tradisi hindu masih kental disana, namun kebebasan beragama sangat toleran dikawasan ranupane. Terbukti dengan adanya berbagai tempat peribadatan disana.
Sementara itu setiap rumah dikawasan ranupane mempunyai simbol masing-masing bangunannya. Yaitu bangunan pura bagi umat hindu dan patung dua harimau menjadi ciri khas masyarakat ranupane. Simbol dua harimau itu sebagai perlambang kemarahan sifat manusia.Dimana kemarahan itu harus dilawan dengan kesabaran. Mereka beranggapan bahwa berdoa dan memohon ampunan kepada tuhan menjadi kemenangan bagi yang sabar. Dan keikhlasan hati menjadi tujuan murni yang selalu ditunjukan masyarakat ranupane.
Kerukunan itulah yang nampak kental bagi masyarakat ranupane. Bertani diladang adalah satu-satunya mata pencarian masyarakat desa ranupane kecamatan senduro. Didukung tanah subur, menjadi rejeki penghidupan masyarakat ranupane. Meski tanah teras siring, dilereng bukit terjal mereka mampu mengolahnya menjadi lahan subur.Cangkul demi cangkul mereka tancapkan kebumi demi menghidupi keluarga. Tak perduli pria/wanita mereka gotong royong dalam bekerja mengolah tanah. Bahkan anak-anak juga nampak diantara orang tua mereka.Membantu orang tua adalah sebuah kewajiban bagi anak ranupane.Tidak peduli mereka sekolah atau tidak, harus tetap membantu orang tuannya mencari uang.
Dengan uang sepuluh ribu rupiah, mereka mengorbankan masa bermain yang indah, bahkan meninggalkan pendidikan bagi anak ranupane tidak menjadi masalah. Karena pendidikan dianggap nomor dua dikawasan ranupane. Kebanggaan orang tua disana adalah bila anaknya mampu bekerja dan menghasilkan uang sebagai petani.Hanya berbekal sabit, keranjang dan sepatu karet mereka menyususuri ladang demi ladang untuk mencari nafkah. Topi dan sarung sudah menjadi teman hidup di ladang. Pemandangan itu tak terkecuali bagi orang dewasa.Dengan melilitan sarung ditubuh mereka tetap beraktifitas. itulah ciri khas masyarakat ranupane. Pria dan wanita selalu memakai sarung.Mereka menyebutnya kekawung. Bagi pria memakai udeng dan sarung sudah menjadi kebiasaan mereka.Bagi mereka sarung mempunyai makna filosofi yang tinggi.Karena sebagai alat multiguna. Selain sebagai alat penghangat tubuh juga untuk tempat barang atau alat sholat dan ikat pinggang.
Maklum suhu dikawasan ranupane mencapai 15 derajad Celsius. Sehingga suhu dingin selalu menjadi teman keseharian mereka. Hanya sarung sebagai alat satu-satunya yang mampu menahannya. Desa ranupane Kecamatan Senduro Kabupaen Lumajang adalah desa terakhir di lereng gunung semeru.
Diakui atau tidak keindahan Desa Ranupani Kecamatan Senduro Kabupaten Lumjang yang terletak dikaki gunung semeru ini mampu menghipnotis wisatawan untuk datang dikawasan tersebut. Karena kawasan itu berdekatan dengan gunung bromo. Sehingga setiap wisatawan yang mendaki di gunung bromo, pasti melihat keindahan. gunung semeru. Selain indah, kawasan semeru juga sebagai kawasan agrowisata, khususnya sayuran. Pemandanga itulah yang mungkin menjadi nilai tambah kawasan semeru untuk dikembangkan. Apalagi masyarakatnya yang ramah-tamah. Sehingga masyarakat desa ranupani kecamatan senduro terlibat langsung dalam potensi alam tersebut.
Selain sebagai petani, mereka juga bisa menjadi local guide bagi wisatawan yang akan melakukan pendakian di gunung semeru. Seiring perkembangan desa ranupane kawasan senduro menjadi desa wisata. Karena potensi sumber daya alam sangat mendukung. Tinggal memberi pengertian dan pelatihan kepada masyarakat untuk turut melestarikannya.
Agar modernisasi mampu masuk ke ranupani. Sehingga kesan masyarakat dan desa tertinggal mampu dihapuskan. Sebenarnya semua fasilitas pendukungnya sudah ada, namun belum maksimal pengelolaannya. Seperti tersedianya bangunan sekolah dikawasan ranupane.:
Tinggal menunggu kesadaran masyarakat untuk bergerak, bahwa pendidikan itu sangat penting. Apalagi bagi anak-anak usia sekolah. Bekerja adalah urusan wajib bagi orang tua. Tetapi menuntut ilmu adalah kewajiban bagi anak-anak ranupane.
Masalah itulah yang belum disadari bagi masyarakat desa ranupani kecamatan senduro. Menuju desa wisata dan modern belum cukup hanya dukungan sumber daya alam, namun sumber daya manusia harus juga ditinggkatkan. Entah sampai kapan harapan itu terwujud!
Maka pendidikan anak harus diperhatikan. Sebagai calon penerus bangsa dan Negara. Yang nantinya akan merubah kawasan ranupane menjadi cantik dan indah. Hal itu perlu kordinasi matang dengan pihak pemerintah Kabupaten Lumajang. Agar kawasan ranupane senduro menjadi kawasan pariwisata yang mendunia.
Surabaya 10 Oktober 2014
oleh : Tedjo Laksana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H