Mohon tunggu...
Tedi Rustandi
Tedi Rustandi Mohon Tunggu... Apoteker - Kerja Rodi

Rodi adalah sebuah keihklasan yang dibalut oleh harapan, bukan hanya sekedar dari sebuah paksaan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Apakah Indonesia Bisa Bebas Covid-19 di Tahun 2021?

4 April 2021   03:20 Diperbarui: 4 April 2021   06:02 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kontroversi munculnya wacana berbagai kebijakan tentang mudik lebaran tahun 2021 akhirnya tuntas dengan dikeluarkannya keputusan Menteri PMK Muhajir Effendi yang melarang mudik lebaran 2021. Beberapa minggu sebelum adanya keputusan ini, sudah banyak muncul beberapa perdebatan yang berkembang dimasyarakat, apalagi setelah adanya perbedaan informasi yang dikeluarkan oleh Menhub Budi Karya Sumadi dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin. Setelah dikeluarkannya keputusan final ini, beberapa kalangan malah menganggap keputusan yang dikeluarkan oleh Menteri PMK dirasa kurang efektif untuk menekan jumlah penyebaran Covid-19, terutama ditentang keras oleh dr Tirta sebagai salah seorang influencer yang cukup aktif mengikuti dan terlibat dalam isu-isu mengenai Covid-19. Terlepas dari kebijakan itu yang menuai pro dan kontra dimasyarakat, fokus utama mengenai vaksin Covid-19 pun tidak boleh dikesampingkan. Apalagi vaksin sudah terbukti sebagai solusi yang telah digunakan untuk menangani berbagai wabah.

Apakah Indonesia bisa bebas dari Covid-19 di tahun 2021?. Pada awal tahun 2021 Ketua Satgas Covid-19 Doni Monardo mengatakan bahwa Indonesia bisa bebas dari Covid-19 pada 17 Agustus 2021. Target ini diperkuat oleh pernyataan yang disampaikan oleh Presiden Jokowi yang mengatakan bahwa Covid-19 akan bebas dari Indonesia pada akhir tahun 2021. Akankah janji yang dilontarkan Presiden Jokowi dan Ketua Satgas Covid-19 bahwa Indonesia terbebas dari Covid-19 ditahun 2021 akan tercapai. Target itu tentunya menjadi bahan diskusi diberbagai forum ilmiah bahkan dikalangan warganet, ada yang berfikiran optimistis dan beberapa kalangannya melihatnya dengan pesimistis.

Sikap pesimis ini sebenarnya sudah banyak dilontarkan oleh berbagai pihak. Sikap ini cukup menarik perhatian terutama yang disampaikan oleh Co-Founder Microsoft Bill Gates. Tokoh ini tidak hanya menjadi pusat perhatian diawal-awal pandemi terkait dengan ramalan kemunculan Covid-19, saat pandemi berlangsung pun banyak pernyataannya yang menghebohkan dunia. Salah satu ramalannya yaitu pandemi akan berakhir pada akhir tahun 2022, terkecuali untuk negara-negara berkembang, contohnya Indonesia yang kemungkinan bisa lebih lama lagi. Sontak hal ini membuat banyak warganet yang mempercayainya sehingga tingkat kepercayaan publik terhadap pemerintah menurun.

Menurunnya tingkat kepercayaan publik terhadap kemampuan pemerintah pun sebenarnya bisa dibilang wajar karena masyarakat sebelumnya telah disuguhkan berbagai informasi mengenai prediksi berakhirnya Covid-19 di Indonesia. Informasi yang cukup menarik perhatian seperti yang dikeluarkan oleh Bloomberg yang memprediksi bahwa Covid-19 akan berakhir di Indonesia sekitar 10 tahun lagi.

Sejauh ini, telah dilakukan berbagai usaha yang dilakukan pemerintah untuk mencapai target itu. Salah satu usaha yang dilakukan adalah program vaksinasi. Saat ini, jumlah suntikan yang sudah dilakukan rata-rata 500.000 suntikan/hari dengan jumlah vaksin yang tersedia sekitar 15 juta dosis perbulan. Data pada tanggal 27 Maret 2021 menunjukkan bahwa Indonesia baru tervaksinasi sekitar 1,2% dari jumlah populasi, padahal setidaknya perlu sekitar 70% pupulasi untuk bisa terbentuk imunitas komunal (Herd Imunity) dengan target total vaksinasi yang dicanangkan pemerintah sebesar 181.554.565 orang.

Usaha vaksinasi yang dilakukan oleh pemerintah apabila tidak ditingkatkan akan menjadi bumerang tersendiri terhadap janji yang terlanjur dilemparkan ke publik. Apabila ditelaah lebih lanjut, pemerintah dapat mencapai target itu maka perlu melakukan vaksinasi setiap harinya sebesar 1,5 juta orang/hari. Namun sepertinya target ini meleset dari target ideal pada program vaksinasi yang telah dilaksanakan. Pada bulan Maret saja vaksinasi yang ditargetkan sebelumnya 181,5 juta orang, hanya tercapai sebanyak 2.709.545 juta orang.

Rendahnya target tersebut diduga akibat beberapa faktor, mulai dari kendala pengadaan vaksin, distribusi ke daerah-daerah, dan teknis terkait pelaksanaan vaksin. Namun dari ketiga faktor yang mempengaruhi itu, faktor pengadaan vaksin menjadi tolak ukur keberhasilan pemerintah dalam menunaikan janjinya. Pemerintah sampai saat ini belum mampu menyediakan jumlah vaksin yang disesuaikan dengan target. Walaupun selalu ada kenaikan pasokan vaksin yang diperoleh dari beberapa perusahaan farmasi penyedia vaksin. Apalagi vaksin dari AstraZeneca akan tertunda karena adanya embargo dari negara India. Padahal vaksin ini bisa membantu untuk menambah stok vaksin yang pada saat ini telah diperoleh dari Sinovac sebanyak 15 juta dosis/bulan. Maka dari itu pemerintah tidak boleh tergantung pada satu atau beberapa produsen vaksin saja. Lebih dari itu, pemerintah harus juga mempercepat pengembangan vaksin-vaksin yang sedang diteliti oleh lembaga-lembaga di Indonesia, contohnya vaksin merah putih.

Tantangan selanjutnya yaitu munculnya varian baru Covid-19 yang diduga dapat melemahkan perlindungan terhadap vaksin yang saat ini digunakan. Berdasarkan penelitian di Afrika Selatan, varian baru Covid-19 dapat melemahkan sekitar 30% atau 10 kali lipat dapat menurunkan efektivitas vaksin menurut laporan dari Scientific Advisory Group for Emergencies (SAGE). Apabila hal ini terjadi di Indonesia tentunya akan menjadi hal buruk bagi upaya-upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah. Sudah berapa banyak biaya yang dikeluarkan dari kas negara dan tentunya dampak dari Covid-19 yang semakin panjang terutama sektor ekonomi. Namun, ketidakpastian ini jangan sampai membuat pemerintah mengesampingkan target-target vaksinasi yang telah ada. Namun pemerintah harus lebih memperbanyak opsi-opsi dari berbagai kejadian terburuk apabila itu terjadi.

Pemerintah tidak bisa mengandalkan satu upaya untuk melawan Covid-19 karena sampai saat ini belum ada upaya yang telah terbukti mampu melawan Covid-19. Selain itu perlu adanya komunikasi publik dari pemerintah yang baik agar program-program yang dilakukan mendapatkan sentimen positif dari masyarakat sehingga program tersebut dapat berjalan optimal.Tentunya pemerintah dan segala elemen bangsa harus satu visi yang sama untuk berusaha melawan Covid-19 dengan perannya masing-masing. Masyarakat pun harus sadar bahwa tantangan ke depan akan semakin sulit sehingga persoalan mengenai Covid-19 jangan dianggap sesuatu yang remeh, namun kendati demikian masyarakat pun harus tetap tenang dalam menghadapinya tantangan diera pandemi Covid-19.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun