Mohon tunggu...
Teddy
Teddy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Departemen Politik dan Pemerintahan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membumikan Ibu Bumi: Gerakan Ekofeminisme Wadon Wadas Menjaga Ruh Jiwa Mereka

27 Juni 2022   22:00 Diperbarui: 27 Juni 2022   22:13 754
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Astuti (2012) menyebut fenomena tersebut sebagai hubungan histori kausal. Oleh karena itu, perempuan memiliki peran signifikan dalam merepresentasi perjuangan atas nama alam. 

Pada kasus Wadas, Wadon Wadas sebagai aliansi perjuangan perempuan menggunakan cara terlembaga melalui gerakan ekstra parlementer untuk mengklaim representasi atas perdebatan alam. Wadon Wadas menjadi salah satu dari tiga organisasi perlawanan masyarakat wadas yang telah didirikan, antara lain Gempa Dewa (organisasi utama) dan Kawula Muda Desa Wadas (Kamu Dewa). Mereka adalah trisula perjuangan yang saling melengkapi dan memperkuat barisan dalam memperjuangan kepentingan bersama. Seperti yang diungkapkan oleh Gaard (2001) bahwa melalui identitas dan jalan ideologis atau pengalaman yang berbeda dapat menjadi sumber kekuatan yang memperkaya solidaritas tanpa memandang perbedaan. 

Wadon terbentuk atas klaim bahwa perempuan adalah pihak yang paling terkena dampak dari kerusakan alam. Mayoritas penduduk setempat memanfaatkan kekayaan alam dan hayati wadas untuk melanjutkan kehidupan. Sumber penghasilan mereka berasal dari membuat gula aren, besek, ternak dan panen aneka tanaman produktif. Maka dari itu, warga telah hidup menyatu dan berdampingan dengan alam dari generasi ke generasi. 

Bagi perempuan, merekalah yang paling dekat dengan sumber kehidupan, seperti air dan pekerjaan menganyam bilah-bilah bambu menjadi besek sebagai  sumber ekonomi andalan warga. 

Pengetahun lokal perempuan mengatakan bahwa hancurnya alam telah berimplikasi kepada interaksi dengan "ibu bumi". Pengetahuan seperti ini yang disebut oleh Foucault sebagai kontrol terhadap episteme atau sebuah alat kekuasaan yang dibentuk dan dibatasi oleh lingkungan sekitar. 

Kekuasaan menurut Foucault seperti yang dikutip oleh Karlberg (2005) bahwa kekuasaan sebagai kekuatan relasional yang menembus seluruh tubuh sosial yang menghubungkan semua kelompok sosial dalam jaringan timbal balik. 

Dalam hal ini, pengetahuan lokal terhadap bumi Wadas telah menjadi landasan fondasional dalam barisan perjuangan dengan cara-cara terlembaga dalam aliansi.  Oleh karena itu, Strong (1995) berpendapat bahwa kunci untuk memperbaiki bumi terletak pada penghormatan terhadap hukum alam yang dipahami oleh masyarakat setempat. 

Lebih lanjut, ekofeminisme yang menitikberatkan pada perlawanan kelompok perempuan sebagai bentuk respon atas kerusakan lingkungan yang mengganggu kelangsungan hidupnya dapat turut dikategorikan sebagai gerakan ekstra-parlementer. Sebagaimana gerakan ekstra-parlementer merupakan gerakan yang dilakukan oleh kelompok di luar negara dengan tujuan untuk merubah sistem yang erat hubungannya dengan negara. 

Gerakan ini biasanya ditandai dengan keyakinan akan efektivitas militansi dan tindakan langsung oleh mereka yang tertindas terhadap para penindasnya. Secara umum, individu atau kelompok dapat menggunakan cara-cara ekstra-parlementer ketika mereka merasa bahwa perubahan kondisi tidak akan dapat tercapai melalui proses politik. 

Situasi ini mungkin timbul karena mereka tidak dilembagakan (Hogwood, 1987), misalnya ke dalam komunitas kelompok institusional yang artikulasi kepentingannya diwadahi oleh negara. 

Tidak hanya itu, kemunculan gerakan ekstra-parlementer juga dapat disebabkan oleh para pembuat kebijakan yang tidak mampu atau tidak bersedia mengabulkan perubahan kebijakan yang dituntutkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun