Mohon tunggu...
Teda Faadhila
Teda Faadhila Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

studied medicine, the future surgeon

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Dibalik Sistem Transport

28 Maret 2013   12:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:05 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkan kau berpikir apa yang terjadi terhadap makanan yang telah kau makan pagi ini?. Mungkin pertanyaannya akan sedikit berbeda jika kau tidak makan pagi. Hey! itu kebiasaan yang tidak bagus. Mungkin kau mengejekku dan berkata bahkan anak SD pun tau kalau makan itu akan dicerna dan dikeluarkan dalam bentuk feses dan urin. Tidak, bukan itu maksudku. Prosesnya tidak segampang itu, kawan. Banyak hal rumit yang terjadi di dalamnya. Tapi aku pun tidak akan menjelaskan semuanya. Ya sekali lagi karena itu sangat rumit dan aku bukanlah anak paling pintar diangkatan yang bahkan hafal titik koma dari semua teks book.

Dari proses yang panjang dan tidak akan kujelaskan tersebut ada satu hal yang menarik perhatianku. Makanan yang sudah kau makan tadi pagi atau mungkin tadi malam atau mungkin satu menit yang lalu, karena memang kau hobi makan, akan dipecah menjadi komponen-komponen yang kecil. Sekecil apa? Baiklah, aku ralat. Makanan tersebut akan dipecah menjadi komponen yang sederhana sehingga bisa diserap oleh tubuh. Kedengarannya gampang. Tapi tahu kah kau kalau penyeraoan itu tidak sesederhana ketika kau menyedot debu yang beretebaran di karpet dengan vacuum cleaner atau ketika ketika kau menumpahkan air di baju temanmu sehingga ia menjadi basah kuyup. Tidak.

Molekuk sederhana tersebut bisa mengalami dua jenis proses untuk dapat berpindah dari saluran pencernaan ke pembuluh darah kecil agar bisa diantarkan ke bagian tubuh yang memerlukan dan terjadi lagi transport dari pembuluh darah kecil itu ke jaringan tubuh yang selanjutnya akan digunakan untuk berbagai macam keperluan.

Proses yang pertama  disebut transport aktif, pengertian sederhananya adalah perpindahan zat yang memerlukan energy. Proses yang kedua, kupikir kau sudah bisa menebaknya, transport pasif dan ya silahkan simpulkan pengertiannya.

Tahukah kau mengapa transport aktif memerlukan energy sedangkan transport pasif tidak? Karena ia melawan gradient, melawan arus yang seharusnya mendorongnya untuk mundur ke belakang tapi ia tetap terus maju menembus membrane sel demi satu tujuan. Kehidupan. Apa jadinya jika transport aktif tidak terjadi? Akan terjadi penumpukan zat di satu sisi dan kekurangan disisi lainnya. Homeostasis atau keseimbangan tidak tercapai maka fungsi sel terganggu dan simpulkan sendiri.

Seperti itulah kehidupan anggap sajalah kita ini adalah sebuah komponen sederhana dari suatu zat entah itu karbohidrat, protein, lemak, vitamin ataupun minelral, kau tidak perlu memikirkan tentang itu, suatu ketika akan tiba saatnya dimana kita harus melawan arus, melawan gradient agar tercapai keseimbangan. Kau akan butuh lebih banyak energy, lebih banyak amunisi karena akan muncul pertentangan, ancaman yang akan membuatmu  dikucilkan dan diasingkan. Semua itu agar kau melangkah mundur, tapi ingat jika kau melangkah mundur maka keseimbangan akan rusak dan kehidupan pun berakhir.

Bukankah rasulullah SAW pernah berkata,

, بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
“Islam muncul dalam keadaan asing, dan ia akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang terasingkan itu.”(HR. Muslim no. 208)

Ketika kau menyeru kepada kebaikan disaat yang lain sudah terbiasa dengan keburukan akan banyak cobaan yang menghadang. Ketika kau berusaha untuk tidak mencontek disaat seisi kelas mencontek dengan resiko nilai mereka akan lebih bagus darimu dan kau, ya kau!, bahkan tidak lulus.

Hidup ini masalah pilihan kawan, kau bisa memilih untuk mengikuti arus, tidak ada pertentangan, ancaman, pengucilan dan pengorbanan dan kau tidak perlu berusaha lebih kuat. Atau mungkin kau lebih memilih untuk melawan arus. Bertahan dengan prinsip dan keyakinanmu dan berharap suatu saat Allah akan membalas semua usahamu, berharap kalau kaulah salah satu orang beruntung tersebut, salah satu komponen yang menciptakan keseimbangan demi sebuah kehidupan.

Nah, sekarang tentukan pilihanmu!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun