Mohon tunggu...
Mahesa Tebing Rinjani
Mahesa Tebing Rinjani Mohon Tunggu... Administrasi - Pelajar Jawa di Tengah Kota Jakarta

ganteng

Selanjutnya

Tutup

Horor

Teriakan di Dalam Apartemen Kosong

16 September 2024   18:50 Diperbarui: 16 September 2024   19:15 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Horor. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Mystic Art Design

Aku selalu berpikir bahwa cerita-cerita horor yang beredar di masyarakat hanyalah mitos, sampai suatu malam aku mengalaminya sendiri. Kejadian ini terjadi beberapa tahun lalu, ketika aku dan beberapa teman memutuskan untuk melakukan petualangan malam di sebuah gedung apartemen kosong di Jakarta Barat. Apartemen ini terkenal dengan cerita latar belakangnya, dimana pemiliknya pada masa itu membawa kabur seluruh uang hasil perjanjian dengan calon-calon penyewa kamar di apartemennya yang megah. Satu gedung besar itu tertinggalkan kosong tak terhuni dan tidak diurusi selama bertahun-tahun.

Waktu itu, sekitar pukul 11 malam, suasana luar pagar apartemen begitu sunyi. Hanya suara jalan raya yang kian menyepi dan hembusan angin dingin yang menemani langkah kami. Apartemen itu berdiri tegak di tengah-tengah rumah dan kios, bagaikan raksasa yang mengawasi setiap gerak-gerik kami. Warga setempat selalu memperingatkan agar tidak bermain-main di sekitar apartemen itu saat malam hari, tapi rasa penasaran kami terlalu besar untuk diabaikan.

Di bawah bayang-bayang bulan pucat, kami mulai memandang pagar tinggi yang mengelilingi apartemen tua yang sudah lama tak berpenghuni. Udara malam terasa dingin menusuk, dan keheningan mencekam seolah membisikkan peringatan untuk tidak mendekat. Namun, dengan napas tertahan, mulailah memanjat pagar berkarat itu. Jemari mereka meraba-raba besi kasar yang dingin dan setiap gerakannya memicu bunyi gesekan logam yang menggema di udara hampa. Saat ia mencapai puncak pagar, tubuhnya seakan terperangkap dalam keheningan berat. Di seberang sana, apartemen itu tampak seperti makhluk mati yang menunggu untuk hidup kembali dengan jendela-jendela kosongnya yang menyerupai mata hampa, menatap dalam gelap.

Saat kami mendekati lobby, ternyata pintu yang kami kira tertutup nyatanya terbuka lebar seakan-akan mengundang seorang tamu untuk masuk, dan tiba-tiba suasanapun berubah drastis. Udara menjadi berat, dan angin yang tadinya hanya berhembus perlahan berubah menjadi dingin menusuk tulang. Salah satu temanku, Doni, tiba-tiba berhenti. Wajahnya begitu pucat, matanya kosong menatap ke arah dalam apartemen.

"Ada apa, Don?" tanyaku sambil menepuk bahunya.

Namun, dia tidak merespons. Dalam keheningan, terdengar suara teriakan melengking dari arah dalam apartemen itu. Suara yang tidak berasal dari manusia. Teriakan itu begitu menusuk telinga, membuat kami semua gemetar ketakutan. Aku bisa merasakan darah di wajahku mengalir dingin, dan bulu kudukku berdiri.

Tiba-tiba Doni berlari masuk ke dalam apartemen, tanpa peringatan. Kami semua panik dan mencoba mengejarnya, tapi dia terlalu cepat. Saat Doni sudah hampir mencapai salah satu ruangan di dalam apartemen tersebut, aku melihat sesuatu yang membuatku tersentak, sebuah sosok bayangan hitam besar, tampak seolah muncul dari lorong panjang apartemen tersebut. Sosok itu seperti manusia, tapi lebih tinggi dan besar, dengan mata merah menyala yang menatap tajam ke arah kami.

Aku ingat seorang bapak-bapak sekitar sana pernah menceritakan bahwa apartemen tersebut sering dianggap sebagai tempat tinggal makhluk-makhluk halus. "Kalau kamu dengar teriakan atau melihat sesuatu yang aneh di dekat maupun di dalam apartemen, jangan sekali-kali mendekat," katanya. Namun malam itu, kami sudah terjebak dalam kengerian.

Aku berteriak memanggil Doni, tapi suaraku tak keluar dengan jelas. Tubuhku membeku dan kakiku mulai melemah. Lalu, terdengar suara langkah kaki mendekat dan aku menoleh ke belakang, ternyata merupakan kumpulan warga sekitar yang berlarian ke arah kami, membawa flashlight HP dan berteriak-teriak agar kami menjauh dari ruangan tersebut.

Salah satu warga akhirnya menarik Doni dengan paksa setelah mendekatinya di depan ruangan tersebut. Ketika dia berhasil dibawa menjauh keluar apartemen, tapi masih di dalam pagar, Doni pingsan, dan wajahnya tampak sangat pucat. Setelah kejadian itu, warga desa menjelaskan bahwa ruangan yang Doni ingin hampiri adalah ruangan salah satu calon penyewa apartemen tersebut yang konon katanya bunuh diri di dalamnya karena rasa bencinya terhadap pemiliknya saat itu yang sudah kabur membawa uang sisanya untuk bertahan hidup. Mereka mengatakan, orang tersebut dendamnya kepada pemilik apartemen hanya akan ditampakkan kepada orang-orang yang mencoba datang melihat apartemen tersebut karena "penunggu" itu merasa ia yang sekarang menjadi pemilik barunya.

Keesokan paginya, Doni bercerita bahwa dia tidak ingat apa-apa setelah mendengar suara teriakan itu. Namun, sampai sekarang, dia sering mengalami mimpi buruk tentang apartemen kosong dan sosok hitam itu. Pengalaman ini benar-benar mengubah cara pandangku tentang hal-hal gaib di sekitar kita. Terkadang, kita tak perlu membuktikan semuanya dengan logika. Ada hal-hal yang memang sebaiknya dihormati dan tidak usah dicari tahu lebih dalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun