Pecel berarti kuliner yang berbahan dasar sayuran dan sambel kacang. Namun karena Indonesia memiliki berbagai budaya dan kebiasaan maka arti pecel disetiap daerah berbeda.
[caption id="attachment_368687" align="aligncenter" width="300" caption="Penampakan Pecel Madiun"][/caption]
Pecel di daerah Slawi, Tegal disajikan dalam bentuk rujak, terdiri dari buah-buahan segar antara lain jambu air, nanas, papaya dan manga disirami dengan saus gula merah yang kental setelah dibubuhi cabe. Di Jawa Timur khususnya daerah Lamongan pecel adalah kuliner berbahan dasar ikan lele goreng yang diberi bumbu sambel terasi, ditambah daun kemangi dan potongan kol mentah. Sedangkan pecel di daerah Banyumas hampir sama dengan daerah lain yang berbahan dasar sayur-sayuran, bedanya dibubuhi sayuran bau merangsang seperti irisan bunga kecombrang dan biji lamtoro.
Lain lagi di Bukittinggi, disana namanya pical. Bahan dasarnya sama seperti daerah lain yaitu kulupan (rebusan) sayuran, ditambah jantung pisang dan rasanya agak asam, karena selain rasa pedas bumbu asam jawanya sangat dominan. Yang terkenal dikota ini picalnya adalah Pical Sikai, pemiliknya sudah mulai usaha sejak tahun 1958. Pelanggannya banyak datang dari daerah lain yang kebetulan singgah ke kota Bukittinggi, letak kedainya ada di sebelah Panorama Ngarai Sianok.
[caption id="attachment_368688" align="aligncenter" width="300" caption="Kedai Pecel Madiun Berkat"]
Di Madiun yang merupakan daerah khas pecel. Bahan dasarnya adalah sayuran kulup berupa bayam, toge, kacang panjang, kemangi, dan daun turi serta sambel kacang sebagai topingnya. Ditambah peyek teri atau peyek kacang, makannya menggunakan pincuk daun pisang. Daun ini dipergunakan agar saat pecel panas merangsang daun tersebut mengeluarkan bau yang membuat selera meningkat. Untuk toge yang dipergunakan adalah toge yang pendek, bukan yang panjang akarnya, agar terlihat bersih. Sebab kalau menggunakan toge yang panjang terkadang banyak kotoran yang masih menempel.
Hampir disetiap sudut kota Madiun jajanan ini mudah ditemui, bahkan sekarang telah merambah ke kota Jogyakarta, yang notabene Jogya adalah kota gudeg. Khususnya dipagi hari di depan Mall Malioboro mulai pukul 6 s.d 9 ada pedagang kakilima yang menjajakan kuliner ini. Namanya “Pecel Madiun Berkat”.
[caption id="attachment_368689" align="aligncenter" width="300" caption="Konsumen Pecel Madiun di Malioboro"]
Setiap hari banyak penggemar pecel yang yang menyambangi tempat ini, hampir 300 pincuk terjual. Namun jika hari Sabtu atau Minggu apalagi long weekend bisa dua kali lipat penjualannya, karena masyarakat yang habis pit-pitan (main sepeda) biasanya singgah kesini. Untuk ukuran kakilima jelas ini merupakan omset yang cukup menggiurkan. Makanya sekarang ini dikiri kanan kedai Lukas terdapat pedagang kalilima sejenis men-dompleng ketenarannya. Lukas sang pemilik kedai ini dibantu oleh 4 orang keluarganya melayani konsumennya dengan menggunakan seragam. Itu pun kewalahan karena penikmat pecel datangnya pagi-pagi, mampir menjelang berangkat kekantor atau tempat kegiatan lainnya.
Selain pecel menu lain pelengkap sarapan juga tersedia antara lain : sate usus ayam, hati rempela ayam, telor dadar, tempe goreng, tahu goreng, peyek serta minum air mineral dan teh. Harga perpincuk pecel ini sangat merakyat, murah delapan ribu dengan nasi dan peyek, sedangkan sate usus ayam seribu, hati rempela ayam dua ribu, telor dadar tiga tibu, tempe serta tahu goreng seribu, teh manis seribu. Pokoknya walau cuma punya duit sepuluh ribu dijamin kenyang dan sehat, makanan ini rendah kolesterol dan berserat tnggi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H